Kelompok “Anonim Tunisia” spesialis dalam hacking dan penetrasi situs-situs internet, pada hari Rabu (25/4) mengancam akan melancarkan “perang terbuka” terhadap kelompok Islamis di Tunisia.
Ancaman itu ditujukan pada kelompok Salafi dan Gerakan Islam An-Nahdhah, yang memimpin koalisi pemerintahan di Tunisia, serta Hizbut Tahrir-kelompok tidak berlisensi-yang menyerukan agar mendirikan negara Khilafah.
Kelompok tersebut, pada bulan Maret lalu dan bulan April ini telah menerobos halaman, situs dan rekening milik partai-partai dan gerakan Islam, serta para pejabat pemerintah Tunisia, yang dipimpin oleh Hamadi Jebali, Sekretaris Jenderal Gerakan An-Nahdhah, partai terbesar dalam koalisi pemerintahan di Tunisia.
“Anonim Tunisia” yang menyatakan sebagai pembela kebebasan mengatakan dalam sebuah pesan suara dalam bahasa Prancis yang dipublikasikan hari ini pada halaman pribadi di Facebook: “Kami mengumumkan secara resmi akan melancarkan perang terbuka terhadap kelompok Salafi Tunisia, Hizbut Tahrir dan Gerakan An-Nahdhah.”
Kelompok tersebut menuduh Salafi Tunisia pada akhir 2011 telah membeli senjata Kalashnikov yang diselundupkan melalui negara tetangga, Libya. Kelompok itu juga menuduh Lutfi Zaitun, anggota gerakan An-Nahdhah dan penasihat politik untuk Perdana Menteri, sedang memanfaatkan “Salafi Tunisia” sebagai pelindung bersenjata.
Kelompok itu mengklaim bahwa Lutfi beberapa kali melakukan intervensi untuk membebaskan para angota Salafi yang ditangkap oleh pasukan keamanan, setelah mereka melakukan “pelanggaran” yang mengharuskan mereka dijatuhi sanksi hukum.
Kelompok ini menyatakan “dukungannya” kepada para karyawan televisi pemerintah Tunisia yang mengancam para pemimpin dalam Gerakan An-Nahdhah yang berencana melakukan “privatisasi”.
Ada 6 orang luka-luka pada hari Selasa dalam bentrokan di depan televisi publik antara para karyawan di lembaga penyiaran yang memperkerjakan 1.300 orang, dengan para demonstran yang berafiliasi dengan Gerakan An-Nahdhah yang mendukung “privatisasi” media penerangan publik.
“Anonim Tunisia” tersebut menyeru semua kelompok di Tunisia dan “semua kekuatan politik” di negara itu untuk turun ke jalan dalam demonstrasi yang rencananya akan digelar pada tanggal 1 Mei 2012, di Jalan Raya Habib Bourguiba, pusat utama ibukota untuk mengekspresikan “ketidakpuasan” atas apa yang mereka nilai sebagai “penyimpangan Revolusi Tunisia” dari tujuannya.
Pada bulan Maret lalu, “Anonim Tunisia” telah menerobos situs internet tidak resmi milik Gerakan An-Nahdhah dan beberapa halaman akum Islami di Facebook, yang paling terkenal adalah halaman akun facebook milik “Hizbut Tahrir”.
Pada bulan ini, kelompok tersebut telah menerobos alamat email pribadi milik Hamadi Jabali, yang menjabat sebagai Perdana Menteri, Muhammad Ben Salim, Menteri Pertanian dan anggota Biro Eksekutif Gerakan An-Nahdhah, serta situs resmi Rasyid Ghannouchi, Ketua Gerakan.
Kelompok tersebut telah membocorkan ratusan e-mail di situs jaringan internetnya, yang mereka klaim bahwa itu merupakan arsip e-mail milik Jabali dan Ben Salim.
Kelompok itu mengancam akan menyebarkan “informasi yang sangat rahasia” dari pemerintah Tunisia yang sekarang jika kembali menutup situs-situs internet seperti yang berlaku di masa pemerintahan Presiden terguling Tunisia Zainal Abidin Ben Ali.
Rasyid Ghannouchi dalam sebuah pernyataan yang dibuatnaya pada hari Ahad lalu di sebuah koran lokal menilai operasi penerobosan itu sebagai “perang elektronik”, dan ia mengatakan bahwa hal itu dilakukan oleh “para bandit dan musuh”.
Manji Marzouk, Menteri Teknologi dan Komunikasi di Tunisia, pada tanggal 17 April 2012 mengumumkan bahwa kementeriannya akan memulai pelaksanaan “program” untuk melindungi situs pemerintah dari operasi hacking dan penetrasi. Ia menyarankan para pejabat pemerintah agar men-download e-mail ke komputer mereka, dan tidak membiarkannya tetap dalam e-mail pribadinya untuk mengantisipasi operasi hacking dan penetrasi.
“Anonim Tunisia” mengatakan dalam pesan suara yang dipublikasikan di internet pada tanggal 18 April 2012, bahwa semua operasi penetrasi dilakukan dari luar Tunisia.
“Anonim Tunisia” itu menyatakan bahwa “Interpol (International Criminal Police Organization) tidak mampu menangkap para “anonim” yang menerobos situs web pemerintah AS, dan situs Biro Investigasi Federal (FBI).” (islammemo.cc, 25/4/2012).