HTI PRESS, Makassar- Hotel La Macca kembali menjadi tempat berkumpulnya Para tokoh, akademisi, dan mahasiswa . Ahad (29/4), DPD I HTI Sulsel menggelar HIP seri 30 dengan tema.”Pengelolaan SDA dan Energi, sumbangan Islam untuk Indonesia.”
Sedikit berbeda dari HIP sebelumnya, kali ini Talk show di awali pemaparan potensi oleh beberapa peserta yang memang pakar di bidang sumber daya alam.
“Luas area cekungan minyak bumi di blok cepu meliputi tiga kabupaten kota. Padang lamun Indonesia sangat luas. Energi gelombang laut yang di miliki negeri ini, sangat baik jika dimanfaatkan untuk listrik. Bahkan, enam dari sepuluh jenis penyu dunia ada di Indonesia. Negeri ini sangat kaya.” Ungkap bapak Amrullah Saleh, S.Si. M.Si, peserta yang diminta memaparkan potensi kelautan Indonesia. Termasuk Pemaparan bapak Muflih Sp, M.Si terkait potensi sumberdaya alam bidang pertanian juga tak kalah menarik. Bagi negeri Indonesia, Pepatah tongkat dan kayu jadi tanaman masih sangat relevan dengan kesuburan tanah negeri ini.
Tiga pemateri yang hadir antara lain bapak Andi Amrullah, S.T., M.T (pakar pertambangan UVRI), Ir. Hasanuddin Rasyid M.Si (Lajnah Fa’aliyah HTI Sulsel), dan Firman Menne, S.E. Ak, M.Si (Lajnah Maslahiyah HTI Sulsel).
Kekayaan alam Indonesia nampak jelas dari data-data yang di kemukakan bapak Andi Amrullah. Hanya saja, pengelolaannya tidak didukung oleh peralatan yang memadai. Apalagi, sumber kekayaan ini di kuasai oleh korporat asing.
“Kita bukan tidak bisa membangun teknologi, hanya saja ini persoalan sistemik. Kita berada pada kemiskinan struktural, sehingga kita harus melakukan transformasi struktural pula.” Ungkapnya.
Selanjutnya, Pak Firman Menne mengetengahkan bahasan dari sudut pandang ekonomi, beliau menjelaskan bahwa salah satu kesalahan dalam pemanfaatan energi ini yaitu di serahkannya tambang-tambang tersebut kepada asing. Sekira 85% tambang Indonesia, di kuasai oleh mereka.
Persoalan SDM juga mendapat sorotan dari bapak Hasanuddin Rasyid. Menurutnya, SDM kita hanya menjadi mur, baut untuk mesin-mesin produksi. Kemampuan para sarjana tidak tergarap dengan baik berbarengan dengan fasilitas Negara yang tidak mumpuni. Olehnya itu mesti ada transformasi sosial politik menuju perubahan yang sifatnya fundamental. Kalau tidak, maka yang tersisa hanyalah keluh kesah tak bermanfaat.
“Di dalam konsep khilafah, ada badan khusus bukan swasta yang akan mengelola sumber penting ini. Mereka boleh menjual tapi sebatas biaya eksplorasi.” Ucapnya. [ItonRoy LI Ilamiyah Sulsel]
Humas DPD HTI SulSel Ustadz Abdul Jalil