Upaya Penetrasi Revolusi Suriah

Siapa pun yang dengan cermat mengikuti berbagai pernyataan yang dibuat oleh negara-negara besar—terutama Amerika—terkait jalannya peristiwa revolusi di Suriah, maka ia akan melihat bahwa pernyataan itu difokuskan pada tiga aspek. Pertama, mendukung secara lahir terhadap revolusi, dan menyerukan wajibnya melepaskan kepemimpinan Suriah dari posisinya dalam pemerintahan. Kedua, tidak adanya kepemimpinan politik yang mampu mengambil alih kendali komando di Suriah, baik dari kelompok revolusi, maupun dari kepemimpinan politik dalam dan luar negeri. Ketiga, perlunya melahirkan kepemimpinan politik dari barisan rakyat Suriah yang mampu memimpin rakyat, dan itu akan terjadi jika ia merupakan tokoh yang diterima rakyat, untuk mendapat dukung secara global dan internasional.

Adapun terkait yang pertama, yaitu mendukung secara lahir terhadap rakyat Suriah, dan menyerukan wajibnya melepaskan kepemimpinan politik dari posisinya. Sungguh, sikap seperti ini benar-benar telah dikemukakan oleh (Amerika dan Eropa) hampir dalam semua revolusi. Kemudian darinya dibuatlah garis besar untuk menaiki revolusi-revolusi ini, dan mengambil kendali kepemimpinannya. Maka. seperti itulah sikapnya terhadap revolusi Mesir, begitu juga sikapnya terhadap revolusi Tunisia sebelumnya, serta terhadap revolusi-revolusi lainnya.

Pada awal revolusi Mesir—misalnya—pernyataan-pernyataan para politisi Barat sangat jelas terhadap pemimpin Mesir dan rakyat Mesir. Dalam hal ini, TV BBC pada awal revolusi 29 Januari 2011 mengutip dari Presiden AS, Obama, yang mengatakan: “Rezim Mesir wajib memberi kesempatan bagi kebebasan berekspresi, kebebasan memilih, hak untuk berdemonstrasi di Mesir.” Dan pada hari berikutnya BBC juga mengutip dari negara-negara besar di Uni Eropa (Inggris, Prancis dan Jerman) berupa pernyataan bersama (Perdana Menteri Inggris, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, dan Kanselir Jerman Angela Merkel). Dalam pernyataan bersamanya ini mereka “menyerukan Presiden Mubarak untuk melakukan perubahan melalui pemerintah dengan representasi luas dan pemilu yang bebas; memperlakukan semua peristiwa saat ini dengan cara moderat tidak ekstrim; menyerukan agar menghindari kekerasan terhadap warga sipil tak bersenjata seberapapun biayanya; menyerukan para demonstran agar menggunakan hak mereka secara damai; serta menyerukan pentingnya melaksanakan reformasi politik, ekonomi dan sosial, yang dijanjikan oleh Presiden Mubarak secara penuh dan cepat, serta merespon semua aspirasi masyarakat.”

Intervensi Barat, dan terutama AS terus menerus dilakukan hingga tingkat penahanan dan pengarahan langsung. Begitulah apa yang diungkapkan oleh Menteri Kerjasama Internasional Mesir, Dr. Faiza Abu Naja dalam pernyataannya terkait penyelidikan secara khusus terhadap masalah pendanaan Amerika yang tidak bersih untuk LSM Mesir, yang kemudian berubah menjadi krisis politik antara Mesir dan Amerika, di mana ia mengatakan pada tanggal 19/02/2012: “Peristiwa revolusi 25 Januari terjadi begitu mengejutan bagi AS dan di luar kendalinya. Sehingga hal itu mendorongnya untuk bekerja seketika dengan semua potensi dan alat untuk menahan situasi, dan mengarahkannya ke arah yang dapat merealisaikan kepentingan AS dan Israel juga.”

Sungguh, sikap Barat terhadap revolusi lebih jelas setelah itu, bahkan sampai pada penggunaan kekuatan militer dan dukungan keuangan. Inilah yang terlihat jelas dalam “Konferensi Teman Libya di Paris”. Dan konferensi itu mengeluarkan sejumlah keputusan. Sebagaimana yang dikatakan Sarkozy, pada konferensi pers di akhir konferensi—seperti yang dikutip oleh Al Jazeera Net pada 2/9/201: “Kolonel Gaddafi harus ditangkap dan diadili oleh rakyat Libya. Sementara itu, aset Libya yang dibekukan akan segera dicairkan untuk kepentingan Dewan Transisi. Dan NATO akan terus melakukan operasi militernya untuk melindungi rakyat Libya.”

Adapun alasan sikap tersebut dilakukan, maka itu kembali pada dua petimbangan para politisi Barat. Pertama, konsistensi dengan pemikiran demokrasi yang menyesatkan di depan rakyatnya dan negara-negara di dunia. Kedua, keyakinan yang pasti bahwa mempertahankan para penguasa itu merupakan kerugian politik, sebab mereka pasti akan lenyap. Oleh karena itu, harus mendukung rakyat, dan berdiri di pihak mereka secara terbuka guna melakukan intervensi, arahan dan pengawasan dalam satu waktu. Dengan demikian, ini sebenarnya merupakan dukungan palsu dan tipuan terhadap revolusi.

Dan sama seperti itu juga, adalah dukungan Amerika terhadap revolusi Suriah, yakni karena keyakinan yang pasti bahwa rakyat pada tahap ini ketika mereka bangkit dan memberontak terhadap pemimpin atau kepala, maka mereka tidak akan berhenti hingga penguasa thaghut berhasil ditumbangkan. Oleh karena itu sejak awal Amerika telah membuat garis yang terhubung dengan rakyat Suriah, yaitu melalui Turki, serta pembentukan Dewan Nasional dan Dewan militer Suriah.

Inilah yang terkait dengan point pertama, yaitu pura-pura menunjukkan dukungan terhadap revolusi, termasuk revolusi Suriah.

Adapun perkara kedua, yaitu tidak adanya kepemimpinan politik yang mampu mengambil alih kendali komando di Suriah, maka perkataan ini samar terselubung dan menyesatkan, karena sebenarnya ada banyak pemimpin yang berjalan di garis AS melalui Turki—ketika ia membentuk Dewan Nasional Suriah—termasuk pemimpin keagamaan dari beberapa kelompok di Suriah, seperti Ikhwanul Muslimin.

Namun kata-kata yang tidak pernah dijelaskan oleh Amerika adalah tentang tidak adanya dukungan dari sebagian besar rakyat Suriah terhadap para pemimpin yang dibentuk melalui Turki, dan terutama dari mayoritas koordiantor revolusi Suriah. Kadang-kadang Amerika mencoba berkilah dengan pernyataan adanya kelompok Salafi fundamentalis yang memiliki hubungan dengan al-Qaedah. Sementara yang dimaksud dengan Salafi yang memiliki hubungan dengan al-Qaedah di sini adalah kelompok yang menyerukan pemikiran untuk tegaknya Khilafah Islam dan kekuasaan Islam.

Dan alasan Amerika menutupi—kelompok yang menyerukan pemikiran untuk tegaknya Khilafah Islam dan kekuasaan Islam—dengan penyebutan al-Qaedah adalah perang internasional terhadap al-Qaedah, dan tuduhan terorisme yang melekat padanya, sehingga ada dalih dan opini yang diterima rakyat, para politisi dan organisasi internasional di Barat ketika Amerika tidak mendukung rakyat Suriah secara militer—dalam revolusinya—seperti yang telah dilakukan Amerika di Libya, agar melawan organisasi-organisasi ini di masa yang akan datang, dan sampai ada keyakinan di tengah-tengah masyarakat Barat bahwa kelangsungan Assad dan kelangsungan perang di dalam rakyat Suriah adalah lebih baik dari munculnya al-Qaedal dan terorisme untuk memerintah, menurut klaim Amerika.

Kepemimpinan politik di mata AS, negara-negara Eropa, atau negara-negara lainnya, adalah para pemimpin yang menyerukan pemikiran Barat, serta tidak berusaha untuk memisahkan dan memerdekakan dari kebijakan-kebijakan Amerika, dan tidak pula dari kebijakan-kebijakan Barat pada umumnya, yakni selain Hizbut Tahrir secara khusus. Sebab Hizbut Tahrir sekarang ini merupakan satu-satunya di arena politik—dalam revolusi dan yang lainnya yang terjadi di negara-negara di dunia—yang berusaha untuk menerapkan metode Islam yang murni, dan menyerukan untuk menegakkan sebuah negara Islam yang unik, yang tidak terkait dengan konsep negara sipil, dan tidak pulan demokrasi Barat yang diselimuti kepalsuan dan kedustaan.

Yang benar adalah, bahwa para pemimpin politik di dalam maupun di luar Suriah di antara orang-orang yang berjalan sesuai arahan Barat dan mendukung pemikirannya, itu sudah ada, namun seperti yang telah kami katakan bahwa mereka tidak memiliki dukungan rakyat, seperti yang diinginkan Amerika dan Barat pada umumnya. Oleh karena itu, negara-negara ini begitu takut ketika runtuhnya pemerintahan Assad kehilangan kontrol terhadap kelompok orang-orang tulus—termasuk para komandan militer yang memiliki posisi di tentara—, serta para pemimpin yang membelot dari tentara karena memilih berjihad, mengakhiri ketidakadilan, juga membela kehormatan dan darah, serta keinginannya yang kuat untuk membebaskan tanah Suriah yang dirampas oleh Yahudi.

Untuk alasan ini, sejak awal hingga saat ini mereka membiarkan tangan Assad melakukan pembunuhan di dalam negeri Suriahi, yakni untuk menekan kondisi dalam negeri Suriah, terutama pembentukan tentara pembebasan Suriah dan koordinasi revolusi agar terikat dengan Turki melalui Dewan Nasional dan Dewan Militer.

Inilah yang mulai dilakukan Amerika secara riil hari ini dalam “Konferensi Teman Suriah” di Turki, sama seperti itu adalah “Konferensi Teman Suriah” di Tunisia, yakni mulai mengatur Dewan Militer di Turki yang diikuti oleh para pemimpin di dalam negeri, dan kemudian mengikat erat Dewan ini dengan Majelis Nasional yang idak lain adalah antek Amerika. Bahkan Amerika berusaha untuk menggelar konferensi yang lebih luas, mungkin secara regional atau internasional, atau mungkin keduanya, yakni setelah memastikan loyalitas dari para pemimpin politik dan militer di Suriah.

Pertanyaan penting di sini adalah: Apakah Amerika akan berhasil dalam kebijakan kriminalnya ini terhadap rakyat Suriah, aspirasi mereka, dan orientasinya yang benar?

Ada tiga hambatan di depan Amerika yang harus dilaluinya. Pertama, mengatasi kelompok (arus) penentang dari negara-negara Eropa, terutama karena—negara-negara Eropa—itu memiliki beberapa alat melalui negara-negara sekitarnya dan para antek di dalam negeri di antara para politisi. Kedua, menundukkan para koordinator dan pengagas tentara pembebasan Suriah untuk bergabung di bawah para anteknya di Turki agar menerima arahan serta dukungan keuangan dan militer. Ketiga, menghancurkan pemikiran yang shahih di tengah-tengah rakyat Suriah terkait wajibnya menegakkan pemerintahan Islam di bawah naungan negara Islam.

Ketiga hal ini tidaklah mudah, namun para antek Amerika dari Turki akan bekerja keras untuk mengatasi. Dan—sangat disayangkan—Amerika akan menggunakan para pemimpin Ikhwanul Muslimin melalui Turki—seperti yang dilakukan sebelumnya di Mesir dan Tunisia—untuk mengatasi masalah negara sipil dan penolakan Negara Islam.

Dengan demikian, hari-hari mendatang akan berdarah dan sengit dengan semua arti kata. Karenanya kami memohon kepada Allah untuk melunakkan rakyat yang beriman ini, dan mudahkan baginya untuk mendapatkan ahlun nushrah (orang-orang yang memiliki kekuatan dan pengaruh), yang akan menyelamatkannya dari semua kejahatan dan persekongkolan Barat, Amîn, Yâ Rabbal Âlamîn [Hamad Thabib].

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*