Khilafah Peduli Kesehatan Maternal

HTI Press. Upaya Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) menjalin silaturahmi dengan berbagai elemen masyarakat terus dilakukan. Termasuk dengan para pakar kesehatan di negeri ini. Seperti yang dilakukan tim Lajnah Maslahiyah yang berdiskusi dengan tim dari Direktorat Jabatan Kesehatan Ibu dan Anak, di Hotel Akmani, belum lama ini.

Direktur Bina Kesehatan Ibu dan Anak, DR Maya Gita Koeamara Sakti, MHA, beserta tiga stafnya, Titut, Yuli dan Difie, menyambut hangat kehadiran tim delegasi MHTI yang dipimpin Ustazah Rini.

Diawali dengan perkenalan, selanjutnya tim MHTI menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya, yaitu berdiskusi tentang gagasan baru sebagai satu masukan untuk mengatasi persolaan kesehatan maternal/ibu.

Ust. Rini menyampaikan makalah berjudul “Khilafah Model Cemerlang Jaminan Kesehatan Semua Ibu”. Dalam pemaparannya dinyatakan bahwa Khilafah merupakan Sistem Kehidupan yang cemerlang karena bersumber dari akidah Islam/ Allah SWT yang memiliki karakter komprehensif, praktis dan sesuai fitrah manusia.

“Khilafah telah terbukti selama 13 abad menyinari dunia yang kegemilangannya spektakuler, sains dan teknologi menyatu dengan ketinggian moral dan aspek kemanusiaan. Salah satunya terjaminnya kesehatan ibu dengan layanan gratis dan berkualitas,” kata Ust. Rini.

Ini berbeda dengan sistem kapitalis yang diterapkan saat ini layanan kesehatan dijadikan komoditas sehingga sulit diakses. MHTI memandang bukan sekadar persoalan manajemen tapi menyangkut persolan paradigmatik yaitu layanan kesehatan dilihat dari sudut pandang sebagai jasa yang dikomersialkan sekalipun pemerintah melakukan tindakan Jampersal atau Jamkesnas.

Ia melanjutkan, problem kesehatan maternal sebuah realita yang dikonstruksi oleh berbagai variabel yang ada dalam sistem saat ini, apakah sistem ekonominya,pemerintahannya sehingga layanan kesehatan harus dibeli oleh masyarakat. Seharusnya ada kesadaran bagi kita bahwa meskipun kita berusaha melakukan program-program yang ada tetap ada problem yang mendasar yang penyelesaiannya tidak cukup dengan cara pragmatis, kecuali kembali kepada akar masalah yaitu persoalan kesehatan ibu bersumber dari sistem kehidupan kapitalistik.

Khilafah memandang pentingnya menjamin kesehatan semua ibu, karena kesehatan saudara kembarnya iman. “Islam memandang ibu sosok mulia yang menjaga keberlangsungan generasi. Dengan Sistem Islam memungkinkan keniscayaan terjaminnya kesehatan ibu sehingga angka kematian maternal harus nol,” papar Ust. Rini.

DR Maya Gita menanggapi pemaparan yang disampaikan oleh delegasi MHTI. Beliau mengatakan, Kementerian Kesehatan mendapat tanggung jawab menjalankan program yang sudah ada hirarkinya. Sementara apa yang disampaikan oleh delegasi MHTI menyangkut sistem yang diluar kewenangan beliau. “Untuk kesehatan ibu mengacu pada target yang ditentukan oleh MDGs, pada saat ini adalah target yang kelima, dengan indikator-indikatornya,” jelasnya.

Menyangkut angka kematian ibu indikatornya adalah semua persalinan harus melalui tenaga kesehatan, pemeriksaan selama kehamilan dan setelah persalinan. Dari diskusi tersebut tergambar betapa panjangnya birokrasi yang ada karena harus melibatkan banyak ditjen yang masing-masing memilki wewenang sendiri-sendiri yang sangat terbatas dan tergantung kebijakan wilayah tertentu. Program-program yang dijalankan lebih banyak melibatkan peran aktif masyarakat karena pemerintah tidak mungkin menanganinya secara mandiri. Program-program yang dijalankan sangat pragmatis dimana memberikan solusi tergantung masalah yang ada. Misalnya anemi disebabkan oleh apa oleh kekurangan gizi atau malaria.

DR Maya Gita menanggapi wanita bekerja bukan karena beban finansial, tapi lebih disebabkan gaya hidup yang dipengaruhi oleh tayangan televisi misalnya. Beliau sangat apresiasi terhadap usaha yang dilakukan oleh MHTI yang memilki perhatian yang cukup besar terhadap kesehatan ibu, terbukti dengan data-data yang ditampilkan oleh MHTI yang cukup lengkap. Beliau juga menyarankan untuk menyampaikan untuk berdiskusi dengan MeKoKesRa dan KNPP serta Meneg PP yang merupakan badan yang lebih berwenang dalam menentukan kebijakan tentang kesehatan maternal.

Delegasi MHTI menanggapi bahwa masalah kesehatan merupakan masalah yang komprehansif yang harus melibatkan lintas sektoral. Sehingga MHTI dalam menyampaikan gagasannya juga kepada semua lembaga pemegang kebijakan. MHTI memandang untuk membangun peradaban yang unggul dibutuhkan kesehatan yang baik sehingga negara dengan segala kemampuannya menjamin kesehatan dapat diakses dengan mudah, berkualitas dan gratis.

Berkenaan dengan angka kematian maternal targetnya adalah 0 artinya tidak boleh membiarkan seorang ibupun meregang nyawa dalam persalinan. Perbincangan yang berjalan hangat dan bersemangat harus diakhiri karena DR Maya Gita harus menjalankan agenda beliau selanjutnya. Tapi beliau berjanji akan melanjutkan diskusi pada waktu lain. Beliau senang dan berterima kasih karena mendapat pandangan baru menyangkut kesehatan maternal.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*