Jakarta. Liberalisasi bisa masuk ke dalam tubuh umat Islam ketika umat merasa senang dengan liberalisasi yang dibawa oleh Barat. “Mengapa bisa merasa senang? Karena dia tidak menganggap apa yang dimilikinya itu lebih baik daripada apa yang mereka punyai,” tegas ahli tafsir Rokhmat S Labib, Rabu (17/5) di Wisma Antara, Jakarta.
Menurutnya, anggapan bahwa agama Islam yang dipeluknya kurang, lebih buruk, lebih terbelakang, oleh karena itu ia perlu mengambil, meniru sesuatu yang dianggap baik. Itulah yang menyebabkan kaum Muslimin mengambil kapitalisme dan mengikuti sekularisme.
Jika bicara dalam konteks individu, lanjutnya, agar seorang Muslim tidak tertarik dengan berbagai macam liberalisasi tadi harus diingatkan identitas dirinya. “Anda ini Muslim yang akidah Anda, agama Anda itu agama yang diridhai Allah SWT. yang Anda menjadi mahkluk yang mulia, dimuliakan oleh Allah SWT sebagai khairul bariyah (sebaik-baiknya makhluk)!” ujarnya dalam talkshow Halqah Islam dan Peradaban (HIP) Edisi ke-39 tersebut.
Sementara orang-orang Yahudi, Nashrani, dan orang-orang kafir lainnya, lanjut Labib, bukanlah orang-orang yang dimuliakan Allah tetapi sebaliknya, orang-orang yang dihinakan oleh Allah. “Bahkan sebutannya pun luar biasa. Alquran pun menyebutnya syarrul bariyyah (seburuk-buruknya makhluk)!” ujar penulis kitab tafsir Alquran Tafsir Al Wa’ie.
Bahkan dalam ayat yang lain orang-orang kafir itu sesungguhnya syarrul dawaab (seburuk-buruknya binatang). Labib pun membacakan Alquran Surat Al Anfal Ayat 55, yang artinya, Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.
“Jadi kalau ayat tersebut menyebut seperti itu maka bayangan kita bahwa mereka itu lebih buruk daripada babi ngepet, lebih buruk daripada anjing kurap, lebih buruk daripada ular berbisa, begitu kira-kira,” ujar pengasuh rubrik Telaah Wahyu Tabloid Media Umat.
Menurutnya, ayat tersebut harus dibaca keras-keras agar mereka tahu bahwa mereka itu seburuk-buruknya binatang, agar mereka mengoreksi diri. Demikian juga agar seorang Muslim tidak tertarik mengikuti mereka, menjadikan mereka sebagai idola, mengundang mereka ke sini dengan bayaran yang luar biasa.
“Coba lihat, hampir saja Lady Gaga diundang, mungkin hanya nyanyi beberapa lagu, joged-joged sebentar, milyaran yang didapat. Sementara di saat yang sama, lihat rakyat kelaparan, mereka siang dan malam bekerja, para buruh itu juga tidak mendapatkan hasil yang sebesar apa yang mereka peroleh,” ujar Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia dihadapan sekitar 200 peserta.
Ia menegaskan hal itulah yang harus diingatkan kepada kaum Muslimin. “Anda ini seorang Muslim, Anda ini dimuliakan oleh Allah SWT karena akidah yang Anda peluk, karena agama yang Anda ikuti, maka jangan kita korbankan agama Anda, Anda campakan agama itu dan mengikuti agama mereka yang akan mengantarkan kalian kepada kehinaan di dunia dan akhirat,” pungkasnya.
Dalam acara bulanan yang bertema Liberalisasi Agama dan Budaya, Strategi Penjajah Hancurkan Islam tersebut, Mochtar Naim (Budayawan); Harry Moekti (Dai mantan artis); dan Hafidz Abdurrahman (Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI) hadir sebagai pembicara.[] joko prasetyo/mediaumat.com