Bandung- SEKITAR 50 tokoh umat se-Bandung Timur hadir dalam saresehan yang digelar Hizbut Tahrir DPC Ujungberung, Kamis (17/5). Acara yang bertajuk Islam: Jalan Kebangkitan Hakiki ini diselenggarakan di rumah makan La Ponyo, Cileunyi, Bandung, dengan format seperti acara Indonesian Lawyers Club (ILC) yang ditayangkan salah satu stasiun televisi.
Sebagai pemandu, dalam awal acara Ust. Asyrofi mengajukan pertanyaan mendasar tentang sejarah dan makna kebangkitan Indonesia. Gayung pun bersambut. Jawaban dan pernyataan sejumlah tokoh pun bermunculan. Dari mulai yang datar, hingga yang kontroversial.
Dalam pandangan Prof. Umar (Syarikat Islam), Boedi Utomo bukanlah orang pertama yang menyuarakan kebangkitan. Ini yang perlu kita kaji lebih dalam. Hal senada juga dikemukakan Kol (Purn) Herman Ibrahim. Menurutnya, kebangkitan yang banyak dibicarakan orang, adalah kebangkitan yang dihubungkan dengan Boedi Utomo. Perlu ada koreksi soal awal mula kebangkitan dan tentang siapa sebenarnya yang menjadikan negeri ini merdeka, tandasnya.
Bahkan dalam penilaian Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jabar, yang juga Pembantu Rektor 4 UIN SGD Bandung Prof. Najib, kebangkitan sebenarnya hanya produk politik saja. Makna kebangkitan itu sendiri kerap kental dengan nuansa politik.
Dalam tataran pelaksanaan, arah kebangkitan juga mendapat sorotan Prof. Otong. Menurutnya, tidak adanya pihak yang mengoreksi mengakibatkan dampak yang tidak diinginkan dalam memaknai kebangkitan. Pada saat ini menjadi semrawut, tanpa ada arah yang jelas dan terukur.
Adapun Dr. KH. Abdul Hamid yang mubaligh menilai pentingnya Islam menjadi landasan kebangkitan Indonesia. Umat Islam yang ada di indonesia ini benar-benar dirugikan. Pasalnya, Islam yang sudah memiliki konsep, justru tidak digunakan sebagai landasan kebangkitan negara ini, jelasnya.
Dalam kerangka memposisikan arah kebangkitan yang berlandaskan ruh Islam, perwakilan Hizbut Tahrir Dr. Fahmi Lukman menegaskan pentingnya umat Islam mengubah pola pikir dan pemahamannya terhadap agamanya. Umat ini kerap salah memahami agamanya, sehingga makna kebangkitan pun menjadi hilang dari benak kaum muslimin. Karena itu, jelasnya, yang seharusnya menjadi standarisasi perubahan adalah pola pikir.
Fahmi juga menegaskan, Islam memiliki ideologi dan metodologi yang jelas. Islam juga memiliki konsep dan seperangkat aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan, dan inilah yang harus menjadi sebuah pegangan ummat Islam saat ini. Islam sebagai ideologi, tandasnya, harus dijalankan setiap umat Islam sebagai landasan keimanan kepada Allah SWT.
Editor buku API SEJARAH Salman Iskandar, Tanggal 20 Mei itu hanya sebuah simbol saja yang diharapkan oleh Ki Hajar Dewantara yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan pada masa Hatta. Perlu diketahui pula siapa sebenarnya Ki Hajar Dewantara itu. Tanggal 20 Mei itu hanyalah lahirnya Boedi Utomo, bukan tentang kebangkitan indonesia, jelasnya.[] bandungoke.com
Alhamdulillah acara semacam ini bisa digelar. Kalau saya boleh usul, HTI pasti bisa jika berupaya bagaimana dapat menggelar acara seperti ini minimal sebulan sekali. Akan sangat bermanfaat bagi umat dalam menangkal serangan libralisme yang kian canggih.