DPD Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jawa Timur akan menggelar 12 aksi untuk menolak kedatangan kapal perang Angkatan Laut AS yang sandar di Dermaga Jamrud Utara, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, pada 28 Mei hingga 8 Juni 2012.
“Kami menolak kedatangan kapal AS, karena hal itu menyalahi prinsip politik ‘bebas aktif’ yang dianut Indonesia, sebab kalau ‘bebas aktif’ seharusnya kapal perang China juga diterima,” kata Lajnah Siyasiyah DPD HTI Jatim Ustaz Muh Rif’an Wahyudi di Surabaya, Kamis.
Didampingi Ketua DPD HTI Surabaya Ustaz Fikri A Zuhdiar, ia mengemukakan hal itu menanggapi rencana kedatangan tiga kapal perang AS di Dermaga Jamrud Utara, Perak, Surabaya untuk mengikuti latihan bersama bersandi “Cooperation of Afloat Readines and Training” (CARAT).
Menurut dia, kapal AS yang sandar/singgah selama dua hari di Perak itu merugikan kalangan pengusaha Rp40 miliar, padahal kerugian politis lebih berbahaya.
“Itu karena kapal perang AS itu akan memetakan sumberdaya alam yang ada selama di Indonesia dan hal itu juga mengukuhkan hegemoni Amerika di wilayah Asia yang dikemas dengan latihan bersama serta bakti sosial,” katanya.
Senada dengan itu, Ketua DPD HTI Surabaya Ustaz Fikri A Zuhdiar menyatakan telah menyiapkan dua langkah menyikapi hal itu yakni melakukan audiensi dengan pejabat berwenang dan menggelar aksi pada 12 titik.
“Surat audiensi sudah kami layangkan kepada Pangarmatim, Pangdam V/Brawijaya, Pelindo III, dan Kapolres Pelabuhan Perak, tapi hanya Kapolres yang menerima kami, sedangkan Pangarmatim kunjungan ke Merauke dan surat audiensi lainnya masih dalam proses administrasi,” katanya.
Namun, pihaknya juga sudah merancang langkah lain yakni menggelar 12 aksi pada 12 titik di Surabaya selama empat hari pada 26, 27, 28, dan 29 Mei yakni satu aksi besar di depan Gedung Negara Grahadi pada 26 Mei dan 11 aksi “on the spot” pada 11 titik lokasi pada 27, 28, dan 29 Mei.
“Kalau aksi besar diikuti 1.000-an aktivis HTI dari Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo, sedangkan 11 aksi lainnya merupakan aksi yang hanya diikuti 10-30 orang pada 11 lokasi,” katanya.
Ke-11 lokasi adalah persimpangan Balai Pemuda, persimpangan BG Junction, pertigaan Babatan, Tugu Pahlawan, Tanjung Perak (Gapura Surya), Konjen AS di Citraland, Barunawati (Perak Barat), Gerbang Armatim (Jalan Jakarta), persimpangan Suramadu-Kenjeran, dan Bundaran Al-Irsyad.
“Aksi on the spot hanya menyebarkan rilis atau menyampaikan pendapat. Pesan yang disampaikan dalam 12 aksi itu sama yakni argumentasi Islam dan keberadaan AS yang memusuhi Islam,” katanya.
Ia menambahkan, AS merupakan musuh karena AS merupakan penjajah dalam bentuk apapun yang menggunakan demokratisasi, sekulerisasi, dan liberalisasi, tapi intinya merampok sumberdaya alam dan melakukan intervensi UU yang bersifat ekonomis. (antarajatim.com, 24/5/2012)