Kantor HAM PBB hari Selasa mengatakan bahwa kebanyakan korban yang berjumlah 108 orang yang dibunuh secara keji di Syria minggu lalu ditembak pada jarak dekat, sebagian adalah wanita dan anak-anak yang ditembak di dalam rumah mereka.
Namun laporan tadi tidak menyebutkan siapa pelaku penembakan, tapi menurut para saksi dan korban yang selamat pembantaian itu dilakukan oleh milisi pro-pemerintah yang dikenal sebagai shabia, yang membantai penduduk dari rumah ke rumah.
Dalam perkembangan terakhir, delapan negara termasuk AS, Perancis dan Inggris menguris diplomat Syria dari negara mereka sebagai protes atas pembantaian itu sementara Rusia mengecam pembunuhan massal itu.
PBB mengatakan bahwa sekurangnya 108 orang, 34 wanita dan 49 anak-anak, dibunuh dalam sebuah serangan yang dimulai pada hari Jumat dan berlanjut hingga malam hari di Houla, yakni desa-desa pertanian yang miskin di pusat kota Homs.
Pengamat PBB menemukan bahwa 20 dari para korban dibunuh dengan senapan artileri sementara sisanya dibunuh dari jarak dekat.
Di Damascus, utusan internasional, Kofi Annan, bertemu dengan Assad hari Selasa untuk mengungkapkan “kekhawatiran yang mendalam ” atas pembunuhan di Houla dan kekerasan lainnya, kata juru bicara Annan, Ahmad Fawzi.
Rezim Syria menolak berperan dalam pembantaian itu, sambil menyalahkan “teroris bersenjata” yang menyerang posisi militer di wilayah itu dan membunuh penduduk sipil. Namun, mereka (Rezim Syria) tidak memiliki bukti untuk mendukung cerita itu juga tidak bisa mengungkap jumlah korban.
Para pengamat PBB menemukan bekas peluru dari tank dan artileri di Houla setelah serangan itu, namun mereka tidak mau menyalahkan rezim Assad.
PBB mengatakan bahwa milisi shabiha berperan atas kekerasan yang telah berlangsung selama 15 bulan di Syria. Rezim Assad seringkali menggunakan para preman dan milisi bersenjata untuk menekan para pemrotes atau melakukan serangan bergaya militer untuk menyerang wilayah-wilayah pihak opisisi.
Pihak pemberontak di seluruh negeri secara teratur menyerang konvoi militer dan pos-pos pemeriksaan, dengan membunuh tentara.
Masyarakat internasional bereaksi dengan untuk menekan Syria sebagai reaksi atas pembantaian itu ketika Perancis, Inggris, Jerman, Italia, Spanyol, Kanada dan Australia mengusir para diplomat Syria.
Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan Paris mengusir Dubes Syria dan Perancis akan menjadi tuan rumah pada awal Juli atas apa yang dinamakan sebagai Sahabat-sahabat Syria, yakni kelompok negara-negara yang mencari jalan untuk memecahkan krisis. (mediaumat.com, 30/5/2012)