Dari Anas bin Malik dari Nabi saw yang bersabda:
الدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ
“Doa adalah inti ibadah“.
Di dalam “Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jâmi’ at-Tirmidzi” terdapat penjelasan terkait sabda Rasulullah saw.: “Doa adalah inti ibadah“.
Kata “al-mukhkhu” dengan dibaca dhommah mim-nya secara bahasa artinya adalah “niqyul ‘adzmi, sumsum atau tulang otak”, “ad-dimâgh, otak”, “syahmatul ‘aini, biji mata” dan “khâlishu kulli syai’in, inti atau sari”. Artinya bahwa doa itu merupakan inti dari sebuah ibadah. Sebab orang yang berdoa itu tidak lain, bahwa ia sedang memohon kepada Allah ketika harapan kepada selain-Nya sudah terputus. Dan hal itu merupakan hakikat tauhid (pengesaan kepada Allah) dan keikhlasan. Mengingat tidak ada ibadah yang melebihi derajat keduanya.
Ibnu al-Arabi berkata: “Dengan jiwa (nyawa), anggota tubuh menjadi kuat (hidup). Begitu juga doa, ia merupakan jiwa (nyawa) bagi ibadah, dimana dengannya ibadah seorang hamba menjadi kuat, karena ia adalah ruh (jiwa) bagi ibadah.”
Sebagian ulama tafsir (mufassir) mengatakan terkait firman Allah SWT: “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku.” (TQS. Al-Mukmin [40] : 60). Kata ‘an ‘ibâdatiy, dari menyembah-Ku, yakni ‘an du’âiy, dari berdoa kepada-Ku.
*** *** ***
Doa adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Dan dalam hal ini, sungguh terdapat banyak ayat dan hadits yang menganjurkan dan mendorong untuk berdoa, diantaranya adalah firman Allah SWT: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (TQS. Al-Baqarah [2] : 186).
Dan firman Allah SWT: “Atau siapakah yang memperkenankan orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan, serta yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi?“(TQS. An-Naml [27] : 62).
Dan sabda Rasulullah Saw:
«مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا».
“Tidak ada seorang Muslim pun yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa yang di dalamnya tidak ada (sesuatu yang mengandung unsur) dosa, dan memutuskan silaturahmi, kecuali Allah akan memberinya salah satu dari tiga perkara, yaitu: bisa jadi Allah akan mempercepat terkabulnya doa itu saat di dunia; atau Allah akan menyimpan terkabulnya doa di akhirat kelak; atau bisa jadi Allah akan memalingkan keburukan darinya sesuai dengan kadar doanya.” (HR. Ahmad).
Dengan demikian, seorang Muslim sangat ditekankan untuk berdoa kepada Allah SWT di saat senang dan susah, serta di saat sendirian dan bersama banyak orang, sehingga ia memperoleh pahala dari Allah SWT. Sesungguhnya, di dalam doa itu tampak ketundukan dan kebutuhan seorang hamba kepada Allah SWT.
Ada sebagian orang yang bertanya-tanya: Mengapa Palestina dan Irak belum juga dibebaskan, padahal sudah banyak doa yang kita panjatkan! Mengapa Allah tidak murka pada Yahudi, padahal kami telah berdoa untuk kehancuran mereka setiap pagi dan petang! Mengapa Allah belum membalas atas kejahatan yang dilakukan Amerika dan Inggris! Mengapa Allah belum juga menghilangkan bencana, kemiskinan dan perpecahan ini, padahal kami terus berdoa kepada tanpa bosan dan lelah! Mengapa Allah SWT belum juga mengubah keadaan buruk yang menyelimuti kami, padahal kami selalu mengatakan: “Allah akan mengubah keadaan ini”, dan kami mengatakan: “Allah akan melapangkan semua kesulitan ini”!
*** *** ***
Perlu diketahui bahwa doa tidak akan membuat sesuatu tanpa memalui sebabnya, jika tidak, tentu Rasululah Saw merupakan manusia yang paling berhak merasakan hal itu, dan Allah SWT benar-benar menolongnya tanpa perlu usaha dan kerja keras. Oleh karena itu, jika kita benar-benar ingin membebaskan Palestina, Irak dan lainnya; benar-benar ingin mengusir Yahudi dari negeri kita; dan benar-benar ingin mengubah keadaan buruk yang menyelimuti kita, maka kita harus bekerja keras dan sesrius dengan mencontoh Rasulullah Saw. Sedangkan doa, maka tujuan dari doa itu adalah memperoleh pahala dengan menjalankan perintah Allah SWT. Doa itu adalah ibadah di antara ibadah-ibadah yang lain. Sebagaimana, bahwa shalat itu ibadah, dan puasa itu ibadah, begitu juga doa, maka ia ibadah. Seorang Mukmin yang berdoa dan meminta kepada Allah SWT agar memenuhi semua kebutuhannya atau yang lainnya di antara berbagai doa yang terkait dengan urusan duani dan akhirat, adalah untuk mendapatkan pahala dari-Nya dan dalam rangka menjalankan perintah-Nya.
Terakhir, kami mengingatkan dengan sabda Rasulullah Saw:
«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ عِنْدِهِ ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلاَ يَسْتَجِيبُ لَكُمْ».
“Demi Zat yang diriku berada di tangan-Nya, sungguh kalian (mempunyai dua pilihan, yaitu) melakukan amar ma’ruf nahi munkar, atau (jika tidak dilakukan) Allah akan mendatangkan siksadari sisi-Nya yang akan menimpa kalian. (Jika hal itu tidak dilaksanakan), kemudian kalian berdoa, maka (doa itu) tidak akan dikabulkan.” (HR. Tirmidzi)
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 29/5/2012.