Bashar Assad mengumumkan dalam pidatonya pada tanggal 3/6/2012, bahwa musuhnya berada di dalam perbatasan, dan bukan di luar perbatasan. Bahkan ia berjanji akan terus berperang melawan rakyatnya ini sampai keadaan kembali seperti sebelum pecahnya revolusi rakyat, pada tahun lalu, tepatnya tanggal 15/3/2011. Artinya, dengan pernyataannya ini, Assad mengumumkan dengan telanjang bahwa entitas Yahudi yang berada di luar perbatasan, yang sedang menduduki Dataran Tinggi Golan dan Palestina bukanlah musuhnya, namun musuhnya adalah rakyatnya sendiri yang berada di dalam wilayah Suriah.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada 25/5/2012 telah mengirimkan surat kepada Dewan Keamanan yang menyatakan bahwa berbagai pemboman yang terjadi akhir-akhir ini merupakan aksi dari kelompok-kelompok teroris yang berpengalaman. Dalam hal ini, ia mengulangi kebohongan rezim garong sekuler di Suriah. Sehinga dengan ini menunjukkan, bahwa Ki-moon yang bekerja sebagai buruh Amerika Serikat di Perserikatan Bangsa-Bangsa ternyata sedang bekerja untuk rezim garong ini.
Dalam suratnya itu, ia menyerukan untuk tidak memasok senjata kepada kedua pihak yang berkonflik. Dan ini artinya bahwa tidak boleh memasok senjata bagi tentara pembebasan di Suriah, sekalipun pihak rezim memiliki senjata. Sementara Rusia, Iran dan para milisinya tengah mendukung rezim dengan telanjang. Mereka membantunya dengan senjata dan para ahli yang terlibat dalam perang genosida.
Amerika mengumumkan larangannya untuk memasok senjata kepada tentara pembebasan, juga meminta negara-negara lain untuk tidak memasok senjata pada tentara ini. Padahal semua tahu dengan telanjang bahwa rezim sekuler di Suriah melakukan kejahatan harian dengan membantai puluhan, membombandir kota-kota dan desa-desa, serta menghancurkan rumah-rumah yang tengah dihuni pemiliknya, hal ini persis seperti yang dilakukan oleh entitas Yahudi di Gaza; seperti yang dilakukan AS di Fallujah, Irak; dan seperti yang dilakukan Rusia di Chechnya.
Dalam hal ini, rezim sekuler Suriah bertindak seperti pasukan pendudukan, sebab mereka yang berkuasa di rezim sekuler ini menganggap rakyat Suriah yang Muslim sebagai musuhnya, seperti yang dikatakan Bashar Assad dengan telanjang dalam pidatonya. Dan tindakan mereka ini didukung oleh Amerika, Rusia dan negara-negara Barat lainnya, serta penguasa-penguasa regional.
Negara-negara tersebut begitu cepat bergerak ketika di Libya dalam melawan Gaddafi, dimana mereka mengklaim bahwa intervensi mereka bersifat kemanusiaan agar Gaddafi tidak menghancurkan kota-kota dan rumah-rumah yang tengah dihuni pemiliknya. Dan sekalipun Gaddafi Suriah melakukan seperti yang dilakukan Gaddafi Libya, namun mereka mendukung Gaddafi Suriah Bashar Assad, membantunya dengan semua sumber kekuatan, dan terus memberinya waktu demi waktu agar leluasa dalam membantai, menyiksa dan menganiaya masyarakat.
Namun tidak sedikit masyarakat yang menyadari bahwa tidak adanya intervensi Barat secara militer di Suriah, sebagaimana intervensinya di Libya, adalah anugerah bagi rakyat Suriah, karena jika Barat melakukan intervensi atas nama NATO, niscaya Barat akan memaksakan dominasinya atas Suriah, dan mendikte untuk Suriah rezim yang diinginkannya, seperti yang terjadi di Libya sekarang.
Seruan Ki-moon untuk tidak mempersenjatai oposisi itu dilakukan karena takut akan jatuhnya rezim, dan kemudian kekuasaan diambil alih oleh orang-orang mukhlis di antara rakyat Suriah yang menolak rezim sekuler dan terikat dengan Barat. Dimana dalam suratnya kepada Dewan Keamanan, ia mengatakan bahwa oposisi Suriah sedang menguasai sebagian besar kota-kota Suriah. Artinya bahwa rakyat Suriah sedang menguasai banyak kota di Suriah, dan rakyat Suriah sedang berusaha untuk membebaskan kota-kotanya dari dominasi rezim sekuler busuk yang menjijikkan, serta berusaha melepaskan diri dari penindasan kolonialisme Barat (kantor berita HT, 9/6/2012).