Saksi Ceritakan Horor Pembantaian Suriah

Tak pandang bulu, penyerang menembak dan menusuk korbannya. Termasuk anak-anak kecil.

Belum usai horor pembantaian 108 warga di Houla, pembunuhan besar-besaran kembali terjadi di Suriah. Desa Qubair dan Maarzaf menjadi ajang pertumpahan darah, saat tentara pro pemerintah menghujani kota dengan peluru dan gempuran tank.

Shabiha — barisan begundal
pendukung pemerintah bahkan membabi buta, menembak dari jarak dekat, menusuk. Tak pandang bulu, korbannya laki-laki, perempuan, bahkan anak-anak yang salah satunya berusia 2 tahun.

Enam jam setelah tank dan milisi menarik diri dari Mazraat al-Qubeir, seorang petani menemukan pemandangan mengerikan: jasad-jasad hangus di antara rumah membara di dusun yang biasanya tenang itu.

“Asap membara dari rumah-rumah. Ditingkahi bau mengerikan jasad manusia yang terbakar,” kata pria yang tak disebut namanya, dengan alasan keamanan itu, seperti dimuat Reuters.

Saat berlari ke rumahnya, ia terduduk lemas, menyaksikannya sudah membara. Tujuh orang anggota keluarganya tewas mengenaskan.

Ia mengaku menyaksikan saat shabiha menyerang desanya. Beruntung pria yang mengaku dari keluarga Yateem itu sempat bersembunyi di kebun zaitun. “Setelah serangan itu rasanya seperti kota mati,” tambah dia,

Kala itu, Rabu 6 Juni 2012, tank-tank militer mengepung Mazraat al-Qubeir, yang sejumlah kecil penduduknya diketahui ikut dalam gerakan revolusioner menentang Presiden Bashar al-Assad. Tak lama kemudian para preman shabiha datang, dengan berjalan kaki menyandang pisau dan senjata.

“Setelah tentara menembaki satu daerah, aparat dan shabiha lantas menyerbu rumah-rumah penduduk. Aku mendengar suara tembakan dari tiga rumah, lalu penyerang keluar dan membakar rumah itu,” kata saksi. “Aku nyaris tak mendengar apapun di tengah suara tembakan membabi buta. Baru pada pukul 20.00 mereka selesai.”

Para aktivis menduga, pemberontakan anti-Assad beroperasi di area dekat desa itu, yang hanya dihuni sekitar 150 penduduk. Mereka diduga menjadi target balas dendam atau “penghukuman kolektif”. Tetapi sebagian besar mengatakan Mazraat al-Qubeir tidak pernah bergabung dengan pemberontakan terhadap empat dekade pemerintahan keluarga Assad. “Mereka warga Suriah yang cinta damai, tak mendukung pemerintah atau pemberontak,” kata seorang aktivis, Abu Ghazi.

Saat ini PBB masih memonitor dan menverifikasi kematian 108 orang dalam pembantaian Houla 25 Mei 2012. Tim PBB harus bekerja di bawah ancaman tembakan. Saat mencapai lokasi pembantaian, Sekjen PBB Ban Ki-moon menggambarkan kondisi di sana “sangat barbar”.[] (VIVAnewsumi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*