Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto: Cegah Separatisme, Lekatkan Papua dengan Islam

Papua kembali memanas, bahkan eskalasinya meningkat hampir 50 persen di banding 2001. Apa penyebabnya? Akankah Papua lepas? Temukan jawabannya dalam wawancara wartawan mediaumat.com Fatih Mujahid dengan Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto. Berikut petikannya.

Papua bergejolak lagi, Apa pendapat Anda?

Memang gejolak yang terjadi pada beberapa waktu terakhir ini menujukkan beberapa karakteristik yang menarik. Pertama, ada peningkatan eskalasi. Dibanding dengan semester awal tahun 2001, semester satu tahun 2012 ini meningkat hampir 50 persen tindak kekerasan.

Kedua, bila dicermati tindak kekerasan itu tidak diseluruh Papua, tapi berkosentrasi di tiga distrik yaitu Jayapura, Abepura, dan Puncak Jaya.

Ketiga, korbannya acak. Maksudnya bukan kelompok tertentu, seperti aparat saja.

Tetapi?

Selain TNI dan Polisi, tapi ada juga warga asing, warga biasa bahkan ada juga pendatang. Melihat faktanya korban ini menjadi sulit untuk diterka apa motifnya itu. Maksudnya motif dari sasarannya itu karena dia tidak menyasar kelompok masyarakat tertentu.

Dan sampai sekarang Polisi kesulitan mengidentifikasi karna hampir tidak meninggalkan jejak, tidak ada saksi, bukti-bukti yang ada juga sangat sulit dikaitkan ke pihak-pihak tertentu dan yang pasti dari semua kejadian itu tidak ada motif ekonomi. karena tidak ada satu pun korban yang dirampas hartanya, habis ditembak selesai.

Tujuannya?

Kalau kita lihat tujuan dari tidak kekerasan ini adalah tujuan politik dengan menciptakan instabilitas di Papua. Lalu, bahwa kekerasan ini juga ingin mengangkat Papua ini sebagai wilayah yang harus terus menerus mendapat perhatian khususnya di dunia internasional.

Jadi jelas bahwa motif politik itu begitu kuat. Ada sekian pihak yang memiliki motif politik untuk melakukan tindak kekerasan seperti itu, karena gerakan separatis.

Apakah ada campur tangan asing?

Harus diingat bahwa gerakan separatis itu nggak berdiri sendiri. Gerakan separatis itu mempunyai link up ke pihak internasional. Itu bukan saja terjadi di Indonesia , tapi juga di seluruh dunia dan seluruh tempat. Kalau ada gerakan separatis pasti dia punya link up ke internasional  negara tertentu.

Biasanya tokoh-tokoh penggeraknya itu di negara tertentu  dari sana mendapatkan bantuan dana dan bantuan politik.

Dan tentu ada campur tangan asing baik itu dalam artian kelompok separatis, negara asing  atau kelompok tertentu yang mendukung gerakan separatis ini.

Apa akar masalahnya?

Ini terkait dengan pandangan politik tertentu, misalkan di Papua sampai sekarang masih terus ada pandangan politik kalau Papua itu merupakan satu identitas politik sendiri yang ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Maka mereka merasa punya hak kewenangan historis untuk berdiri sendiri bebas dari apa yang disebut negara Indonesia.

Lalu, Papua itu merupakan provinsi yang sangat strategis dan kaya. Secara geografis letak geografis Papua terletak di wilayah yang jauh dari pantauan Jakarta. Kalau dibentangkan itu Jayapura itu sama jauh dengan Tokyo, naik pesawat sekitaran 6 jam. Jadi sangat jauh memang sehingga secara politik memang kontrolnya melemah.

Kemudian, Papua sangat kaya karena Papua memiliki semua sumber daya alam yang ada di pulau lain. Di sana ada hutan, emas, minyak, tembaga bahkan uranium. Bisa dibilang Papua itu kepulauan yang sangat komplit. Sedangkan keterikatan politik terhadap Jakarta secara historis bisa disebut paling lemah.

Alasan lainnya?

Ada semacam persoalan laten yang belum juga terselesaikan yaitu kemiskinan, ada semacam diskriminatif. Walaupun dari segi alokasi anggarannya sudah sangat luar biasa, tapi, itu tidak menjawab persoalan di sana jadi hal-hal seperti itulah yang akhirnya gejolak itu timbul kemudian dimanfaatkan pihak asing yang ingin memang melepaskan Papua.

Kenapa mereka menginginkan Papua lepas?

Sebab, jika Papua lepas mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Mungkinkah Papua lepas seperti Timor-Timur?

Sangat mungkin. Karena dalam politik itu tidak ada yang tidak mungkin. Apalagi Indonesia ini secara militer sangat lemah. Bahkan dari segi kemampuan militer dibanding dengan Malaysia kita sekarang kalah. Jadi sangat mungkin.

Dengan memprovokasi penduduk setempat kemudian dengan sedikit kemampuan militer itu bisa terjadi pemisahan itu. Apalagi kalau ada rekayasa politik seperti di Timor-Timur. Berbalik ke pemerintah di Jakarta apakah menyadari komplesitas persoalan dengan sesuatu yang bisa mempertahankan Papua.

Lalu, bagaimana sikap umat Islam terhadap permasalahan Papua?

Umat Islam harus berfikir bahwa umat Islam ini sekarang sudah terpecah belah lebih dari 50 negara. Itu keadaan buruk karna secara syar’i seharusnya umat Islam itu bersatu. Jadi ketika terpecah belah itu bertentangan dengan ajaran Islam.

Kalau Papua itu berpisah berarti terpecah lagi, sudah terpecah belah terpecah lagi. Itukan berarti lebih buruk lagi. Karena itu, umat Islam harus mewaspadai setiap gerakan separatis ini, baik itu didorong oleh faktor-faktor internal  maupun campur tangan asing.

Apa yang bisa menyelamatkan Papua?

Sebenarnya ada satu potensi kekuatan yang bisa menghambat terjadinya instabilitas itu yaitu Islam. Maksudnya ginih, kita mengambil pelajaran dari Aceh. Memang semangat separatis di Aceh kuat. Tapi semangat separatisme di sana itu didorong faktor agama berupa keinginan untuk mejalankan Islam secara lebih sungguh-sungguh.

Nah, kemudian keinginan itu diakomodasi. Maka, Kemudian mereka menemukan faktor yang cukup menenagkan yang membuat Aceh tetap bersatu yaitu Islam itu sendiri.

Kalau Papua?

Begitu juga sebenarnya dengan Papua. Kalau mereka menyinggung entitas politik yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka itu, menurut Yoris Raweyai itu adalah sebuah kerajaan Islam didekat Merauke. Jadi disitu ada kerajaan Islam, maka sebenarnya entitas yang ada itu adalah entitas Islam.

Namun memang sebenarnya ini merupakan perebutan hegemoni, perebutan klaim apa Papua itu Islam atau Kristen. Yang selama ini yang masuk dipikiran publik, Papua itu Kristen. Nah, kerukunan itu kalau kita bicara faktor agama Kristen itu bisa menjadi faktor yang dominan menumbuhkan separatis itu, seperti RMS yang mayoritas penduduknya Kristen. Karena tidak pernah ada umat Islam itu menginginkan separatis kecuali ingin membuat Islam lebih bagus.

Harapannya itu terletak pada pemerintah karena pemerintah yang memiliki seluruh kekuasaan untuk menghilangkan disintegrasi bangsa dan separatisme.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*