Kasus yang pembelotan pertama yang melibatkan pesawat tempur sejak awal pemberontakan 15-bulan terhadap Presiden Bashar al-Assad.
Pilot jet tempur MiG 21 Suriah yang terbang ke Yordania telah meminta suaka politik saat mendarat di Yordania, kata Menteri Negara Informasi, Samih al-Maaytah. Maaytah mengatakan bahwa sang pilot meminta suaka politik di negaranya.
Televisi pemerintah Syria menyebutkan pilot itu sebagai Kolonel Hassan Mari Hamada, dan mengatakan bahwa komunikasi hilang dengan pesawat itu ketika ia sedang dalam misi pelatihan dekat perbatasan dengan Yordania.
Al-Jazeera melaporkan bahwa pilot pesawat tempur buatan Rusia itu mendarat di salah satu pangkalan militer di timur laut negara di provinsi Al Mafraq yang dekat dengan perbatasan dengan Suriah.
Al-Jazeera menambahkan masih belum diketahui apakah ada pembelot lain atau penumpang lain bersamanya di pesawat itu dan juga akan menjadi ancaman sangat serius bagi pemerintah Yordania yang perlu berpikir apa yang harus dilakukan tentang pesawat tempur Suriah yang ada di tanah Yordania.
“Begitu mereka memasuki perbatasan ada pemeriksaan mendalam tentang latar belakang pembelotan itu,” kata wartawan A-Jazeera. “Dan pihak berwenang telah memutuskan untuk menjaga mereka di sebuah pangkalan militer terpencil. Mereka tidak ingin mereka berinteraksi dengan pengungsi lainnya karena ini merupakan ancaman bagi Jordan yang telah secara dramatis meningkatkan keamanan perbatasan.”
“Yang dikuatirkan adalah bahwa tentara yang membelot di dalam negara yang menjadi pengungsi akan mencoba menyelundupkan senjata ke Suriah dari perbatasan Yordania.”
Aktivis Suriah mengatakan bahwa perkembangan ini merupakan pembelotan pertama yang melibatkan pesawat sejak awal pemberontakan yang terlah berlangsung selama 15 bulan terhadap Presiden Bashar al-Assad.
Sumber: www.aljazeera.com (21/6/2012)