Kongres Pelajar Muslimah 2012 “Menyatukan Peran Remaja sebagai Agen Perubahan”
HTI Press. Remaja Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia wilayah Rancaekek, Jatinangor, Cileunyi, Cicalengka, dan Majalaya sukses menggelar Kongres Pelajar Muslimah se-Bandung Timur dan Sumedang pada tanggal 17 Juni 2012 bertempat di Aula Pesantren Al-Masoem Cileunyi. Acara yang mengangkat tema; Peran Remaja Muslimah sebagai Akselerator Perubahan ini dihadiri oleh sekitar 600 perwakilan pelajar yang memiki background organisasi seperti OSIS, Rohis, serta aktif di kegiatan ekstrakurikuler.
Hadir sebagai Keynote Speaker, penanggung jawab MHTI wilayah Rancaekek, Ustz. Rismayanti, S.Pt yang memaparkan data-data akurat tentang kondisi remaja di Indonesia serta peran yang seharusnya mereka berikan dalam perubahan. Disambung oleh Dosen Poltekes Jurusan Kebidanan Ustz. Ferina, M.Kes yang menjelaskan fakta kondisi remaja berdasarkan pengalamannya selama menjadi praktisi pendidikan dan kesehatan. Hal ini ditegaskan pula oleh keynote speaker ketiga, guru SMA Al-Masoem, Ustz. Kurnia Agustini, S.Pd yang menyinggung bahwa pemerintah sudah gagal menjalankan tugasnya menjaga generasi, sehingga perubahan menjadi hal yang mutlak untuk dilaksanakan. Beliau juga memaparkan bagaimana Daulah Khilafah mencetak para generasi yang cemerlang dengan diterapkannya Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Hadir pula sebagai keynote speaker, wakil dari kalangan remaja, Finalis Pildacil 2006 Aghnia Mujtaba yang berbagi kisahnya dalam menyelami beberapa dunia remaja, dari mulai dunia entertainment, dunia maya (blog, facebook, twitter, dsb), serta dunia dakwah. Dari pengalamannya, terlihat bahwa remaja Indonesia saat ini kebanyakan tumbuh menjadi remaja yang rapuh serta tida memiliki pijakan yang benar. Sehingga dia pun mendorong para remaja untuk mau mengkaji Islam bersama Hizbut Tahrir. Karena dengan mengkaji Islam maka hidup akan menjadi stabil dan terarah.
Acara ini berlanjut dengan orasi dari tujuh perwakilan pelajar yang berprestasi. Hadir sebagai orator pertama, Marwah Hayati Nufus yang memukau peserta dengan orasinya tentang Fakta Keterpurukan Remaja dibawah Kapitalisme dan Liberalisme. Dalam orasinya Marwah mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi remaja yang mau bersusah payah dalam hal yang kurang bermanfaat seperti memburu tiket konser, nonton acara live music, namun abai terhadap kondisi Islam.
Orasi kedua dibawakan dengan gaya khas remaja oleh Rima Rahmawati dengan orasinya yang berjudul “Korean Wave; Bukti Krisis Idola di Kalangan Remaja”. Dia mengkritik kegandrungan remaja perempuan yang berlebihan terhadap artis-artis Korea. Padahal, mereka sama sekali tidak patut untuk di contoh, seperti rendahnya tingkat percaya diri yang ditandai dengan tingginya angka operasi plastik serta tampilan perempuannya yang membuka aurat. Belum lagi mereka mudah untuk depresi dan senang minum soju (arak korea) dan makan babi.
Orasi ketiga dibawakan oleh Inda Banita dengan orasinya yang berjudul “Aku Berhenti Berharap pada Kapitalisme”. Dalam orasinya, Inda memaparkan bagaimana kapitalisme adalah racun yang berbungkus madu. Sehingga mengantarkan Indonesia pada pintu gerbang kehancuran dan keterpurukan dengan membabat habis SDA dan menghancurkan generasinya.
Dilanjutkan dengan orasi keempat yang dibawakan oleh Susi Susilawati yang membawakan orasi berjudul “Mengapa Harus Takut kepada Islam?”. Dalam orasinya, Susi mengungkapkan curahan hatinya tentang kritik dan pandangan miring dari kebanyakan orang ketika dirinya memutuskan untuk ber-Islam secara kaffah. Dia juga mengungkapkan bahwa seorang muslim tidak seharusnya takut pada agamanya sendiri. Serta mendorong remaja untuk tetap istiqamah dengan Islamnya.
Orasi kelima dibawakan oleh Nur Latifah dengan orasinya yang berjudul “SNSD; Senang Ngaji Semangat Dakwah” yang menggambarkan aktivitas para pengemban dakwah yang istiqamah dalam menyampaikan Islam. Mengangkat kegemilangan Islam, orator yang keenam dan ketujuh, Hilmi Siti Nur Halimah dan Annisa Amalia Farouq membawakan orasi yang masing-masing berjudul “Kecemerlangan Remaja di bawah Naungan Khilafah” dan “Remaja Islam Dambaan Umat”. Dalam orasinya mereka berdua menggambarkan contoh pemuda-pemuda Islam yang berkontribusi terhadap dunia. Mereka juga menyampaikan kerinduan yang amat sangat akan tegaknya kembali Daulah Khilafah Islam.
Acara ini diselingi oleh pemutaran film garapan panitia yang berjudul “HaMa (Hamil Muda)”, aksi teatrikal dan musikalisasi puisi yang menggambarkan kondisi remaja muslim dalam cengkraman kapitalisme. Aksi ini juga menggambarkan Islam sebagai satu-satunya solusi yang akan menyelamatkan generasi muda dunia.
Rangkaian acara ditutup oleh pernyataan sikap pelajar muslimah yang ditandatangani oleh orator dan perwakilan peserta. Pernyataan sikap ini juga diikrarkan oleh seluruh peserta yang hadir. Terdapat harapan yang besar peserta yang hadir dalam acara dapat mengikuti kajian intensif dan menularkan kepada remaja-remaja lainnya. []
ALLAHU AKBAR!!! Smg mkn bnyk lagi remaja yg tercerahkan…
Alhamdulillah,semoga bisa menginspirasi remaja yang lain untuk terlibat dalam aktifitas perubahan. Saatnya remaja jadi Agent of Change! Allahu Akbar!!
Arus perubahan itu tak terelakkan, tak kan terbendung. Dunia sudah muak dengan Demokrasi-Sekulerisme, ideologi sampah penuh racun. Masyarakat tak sabar menunggu Perubahan yang Hakiki!