HTI Press. Upaya Hizbut Tahrir Indonesia untuk terus mensosialisasikan Khilafah sebagai sebuah Negara yang akan menerapkan syariah islam secara kaffah, mensejahterakan umat dan memberikan keadilan bagi seluruh umat manusia terus digencarkan.
Pada hari Ahad (24/6), DPD II HTI Banjarnegara mengadakan acara Dauroh Islam mengangkat tema “Mengenal Lebih Dekat Khilafah Sbg Solusi Persoalan Umat”. Dauroh ini bertempat di balaidesa Danaraja Banjarnegara, dengan menghadirkan pembicara ust. Amin RH (Ketua HTI Purbalingga). Beberapa tokoh dan ustadz hadir dalam acara tersebut, diantaranya ust. Sholahudin, yang merupakan tokoh NU di Mandiraja.
Dalam tausiyahnya, Ust. Amin RH menjelaskan bahwa “Khilafah saat ini sudah sering dibicarakan oleh banyak orang, bahkan orang-orang kafir pun membicarakannya, contoh presiden Bush, National Inteligence Council dll, tentu saja mereka (orang kafir) membicarakan tentang Khilafah motifnya untuk menghalang-halangi tegaknya Khilafah bukan turut memperjuangkannya. Dalam hadits nabi SAW juga banyak bertebaran tentang bisyaroh akan tegaknya kembali Khilafah, namun sayang saat ini umat islam justru banyak yang tidak tahu ttg ajaran islam yang asli ini yaitu Khilafah. Karenanya umat islam, wabilkhusus para tokoh dan ulama wajib mulai mempelajari, mendukung dan syukur-syukur turut memperjuangkan tegaknya Negara khilafah ini”.
Ada satu pertanyaan menarik dari ust. Sholahudin – tokoh NU mandiraja, yaitu : pendiri HT – Syaikh Taqiyudin an-Nabhani – dikatakan sebagai seorang mujtahid mutlak, jika demikian telah memenuhi syarat untuk membuat mazhab baru, lalu apakah Hizbut Tahrir itu sebuah mazhab ? dan Khilafah yang akan didirikannya juga adalah Negara berdasar mazhab ?
Dijawab oleh ust. Amin RH, bahwa Hizbut Tahrir bukanlah sebuah mazhab, melainkan sebuah partai politik yang berideologi Islam. Hizbut Tahrir adalah sebuah kelompok yang berdiri di atas dasar ideologi Islam yang diyakini para anggotanya, yang diperjuangkan untuk menjadi pengatur interaksi masyarakat dalam segala aspek kehidupan.
Disebutkan dalam kitab Hizbut Tahrir bab Keanggotaan Hizbut Tahrir, bahwa Hizbut Tahrir adalah partai bagi seluruh kaum Muslim tanpa melihat lagi faktor kebangsaan, warna kulit, dan mazhab mereka, karena Hizbut Tahrir memandang mereka semua dengan pandangan Islam. Karenanya para aktivis Hizbut Tahrir berasal dari berbagai macam mazhab atau latar belakang, ada yang dari NU, Muhamadiyah, Salafi dll…bahkan mantan rocker juga ada. Mereka bisa bersatu untuk memperjuangkan tegaknya Khilafah.
Namun demikian, jika umat Islam menaruh kepercayaan (tsiqah) kepada kualitas keilmuan Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, radhiyallâhu ‘anhu, pendiri Hizbut Tahrir, maka dimungkinkan akan dapat terwujud mazhab An-Nabhani -bukan mazhab Hizbut Tahrir- pada masa mendatang. Khilafah yang akan didirikan oleh HT juga bukan Khilafah berdasar mazhab, namun berdasarkan Islam. Jika berdasar mazhab maka akan sulit menyatukan kaum muslim sedunia, contoh Negara Iran, karena berdiri atas dasar mazhab maka sulit menyatukan umat islam yang lainnya yang berbeda mazhab, demikian pula Saudi saat ini yang dikenal oleh masyarakat sebagai Negara Islam, karena berdiri atas dasar mazhab wahabi, maka sulit merangkul umat islam yang lainnya. Jadi Khilafah yang diperjuangkan oleh HT adalah Khilafah Islam atau Negara Islam yang berdiri atas dasar islam untuk menaungi semua mazhab.
Pada hari yang sama, di Purbalingga, dalam rangka untuk menyamakan persepsi dikalangan Tokoh dan takmir masjid ttg bagaimana fungsi masjid seharusnya dan bahaya depolitisasi masjid, HTI Purbalingga juga menggelar Dirosah Syariyyah Ammah dengan mengangkat tema “Bahaya Depolitisasi Masjid” di kantor DPD II HTI Purbalingga, dengan pembicara ust. Hanif Al-Fasiry (LKU Banyumas Raya). Peserta yang hadir diantaranya para takmir masjid, tokoh dan al Irsyad Purbalingga. (Humas HTI Purbanegara)