Hizbut Tahrir Indonesia Melanjutkan Kehidupan Islam
Saad Kattani, Sekretaris Jenderal partai “Kebebasan dan Keadilan”, sayap politik kelompok Ikhwanul Muslimin mengatakan bahwa Mesir adalah negeri yang taat menjalankan agama. Karenanya, wisata pantai, mengenakan bikini dan pakaian renang tidak boleh di pantai umum, hal itu untuk melindungi anak-anak kami dari fitnah; dan pemakaian pakaian renang dibatasi di pantai khusus. Begitu juga dengan minum miras tidak dibolehkan di jalan-jalan. Sebgai contoh perusahaan penerbangan Mesir yang menurunkan para peminum miras dari pesawatnya, dan ini-pada awalnya-tidak mempengaruhi pendapatannya, namun di sini ada penentangan dari para konsumen, yang berusaha memboikotnya sehingga perusahaan penerbangan Mesir merugi.
Katatni dalam konferensi koalisi dukungan untuk pariwisata yang dihadiri anggota Ikhwanul Muslimin terkemuka Dr Hassan Malik, mengatakan bahwa kita perlu sebuah fatwa yang dikeluarkan oleh Majma’ al-Buhuts al-Islamiyah, bukan Dar al-Ifta’ untuk memecahkan masalah pertentangan di sektor pariwisata sehingga dapat mengikat dan diikuti oleh semua. Kami tidak memiliki agama yang dikhususkan, atau Islam Ilhwanul Muslimin, dan yang lain bukan Ilhwanul Muslimin. Dalam hal ini. partai tidak datang untuk melarang miras dan bikini, karena semua itu perkara sepele, yang tidak perlu menguras pikiran masyarakat awam dan masyarakat berilmu, serta tidak perlu sampai diperdebatkan.
Katatni menambahkan bahwa kami bukan diantara mereka yang menuntut pelarangan pariwisata, atau penghapusan dari kamus pendapatan pariwisata. Namun, saya mengatakan ketakutan itu sangat tidak memiliki dasar yang dibenarkan. Sebab saya tidak yakin bahwa ada partai yang bertujuan untuk kebangkitan dan mewujudkan sebuah visi yang jelas untuk Mesir, yang pikirannya terbatas untuk masalah “bikini dan miras”. Sehingga tidak ada orang yang waras atau pemimpin yang sampai mengatakan pernyataan atau memiliki pandangan seperti itu (annaharkw.com, 25/6/2012).
