Club Remaja MHTI edisi Spesial Liburan “Mencari Peradaban Islam Yang Tersembunyi”

HTI Press, Surabaya. Siapa bilang dakwah Islam kepada remaja harus disampaikan dengan rumit hingga dahi harus mengernyit? Mengkaji Islam di mata para pelajar  tak perlu ditampakkan sebagai sesuatu yang membosankan, apalagi menyeramkan. Salah satu caranya ialah dengan mengajak mereka seperti outbound jelajah hutan bakau (mangrove) yang diadakan Lajnah Khusus Sekolah (LKS) Muslimah HTI chapter Surabaya Barat hari Senin (25/06) yang lalu. Kegiatan Club Remaja MHTI kali ini digelar di kawasan Wisata Anyar Mangrove (WAM) Surabaya dengan mengusung tema “Mencari Peradaban Islam Yang Tersembunyi”.

Sekitar 40 peserta remaja muslimah dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing terdiri dari 5-8 orang, lalu tiap kelompok menyusuri kawasan mangrove menuju 5 pos yang telah ditentukan.

Suasana diskusi yang serius tapi santai menghiasi setiap pos. Pada pos “Civilization” peserta diajak memetakan mana nama-nama yang merupakan ilmuwan Islam dan yang bukan. Beberapa dari mereka tidak tepat dalam mengelompokkan nama-nama tertentu karena ilmuwan Islam tersebut jarang mereka dengar dibandingkan ilmuwan Barat. Ukhti Sri yang membina di pos “Civilization” lalu menjelaskan bahwa di masa kegemilangan Islam atau Khilafah  Islamiyah, para ilmuwan tidak sekedar merumuskan teori untuk mencari uang tapi karena dorongan keimanan. Hal ini berbeda dengan ilmuwan Barat dan kebanyakan kaum intelektual sekarang yang mengejar materi duniawi saja.

Sementara itu pada pos “Yang Muda Yang Gaul”, ukhti Tri dan Kamilla memancing adik-adik remaja muslimah melalui tema pergaulan. Adik-adik ditanyai bagaimana pendapat mereka jika ada teman yang mengajak pergi ke konser musik yang di dalamnya ada ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan perempuan), sedangkan jika menolak ikut akan dianggap bukan temannya lagi. Beberapa peserta awalnya menganggap aneh mengapa konser musik tidak boleh diikuti karena di dalamnya ada ikhtilath. Namun di akhir sesi, ukhti Tri menjelaskan bahwa kita tak perlu takut dianggap bukan teman hanya karena tidak mau diajak bermaksiat. Sebab teman yang baik ialah teman yang mengajak pada kebaikan, bukan sebaliknya.

Pada pos yang lain, “Smart With Islam”, peserta diajak berbincang soal fenomena pendidikan saat ini. Topik yang dekat dengan remaja-contek-menyontek-seolah tak pernah habis untuk didiskusikan. Sebagian mengaku bahwa menyontek itu sudah terlanjur menjadi kebiasaan umum di lingkungan sekitarnya. Namun, ukhti Ummi dan Naufa yang memandu pos itu memberikan gambaran bahwa sekolah merupakan sarana mencari ilmu, bukan sekedar mencari nilai. Tentunya jika berlaku curang, bukan ridho Allah SWT yang didapat, malah berdosa dan tidak mendapat pengetahuan.

Materi aqidah Islamiyah pun tak luput dari kegiatan outbound ini. Pada pos “One Faith”, peserta diajak berdiskusi mengenai keimanan. Studi kasus tentang seorang remaja muslimah yang diolok-olok dan dicap ‘sok alim’ karena mengenakan kerudung dilontarkan kepada adik-adik peserta. Kesimpulan yang diambil peserta forum kecil pos ini akhirnya adalah bahwa memenuhi perintah Allah itu tidak perlu risau dengan anggapan orang lain. Sebab di akhirat nanti tiap individu akan ditanyai amal perbuatannya sendiri-sendiri.

Pos lain yang tak kalah seru adalah pos “Speak Out Your Voice”. Pada pos yang bertema dakwah ini, ukhti Najah dan Nurul mengajak para peserta menggambar kapal di atas kertas yang telah dibawa. Hadist perumpamaan kapal lalu diceritakan sambil mencoba membayangkan melalui gambar yang dibuat peserta. Mereka diajak berdialog, betapa kacau keadaan masyarakat jika satu sama lain tidak mau saling mengingatkan kepada kebaikan. Maka amar ma’ruf nahyi mungkar itu penting bagi umat Islam. Selain memang berdakwah itu wajib, dakwah di kalangan remaja bukan melulu tugas bu Nyai atau ustadzah di televisi. Mengingatkan kawan agar sholat dan mengingatkan yang masih doyan pacaran juga termasuk berdakwah.

Setelah semua pos dilalui, peserta kembali berkumpul di dermaga untuk kemudian menaiki perahu wisata menuju pos pantau di kawasan pantai timur Surabaya. Menyusuri kawasan mangrove yang indah membuat adik-adik remaja semakin mengenali alam ciptaanNya yang harus turut dijaga dan dilestarikan. Begitu tiba di pos pantau, adik-adik dan kakak-kakak panitia menyantap makan siang bersama dan melepas penat sambil berfoto. Acara outbound pun diakhiri dengan kesimpulan akhir bahwa dengan belajar (mengkaji) Islam akan menjadikan generasi remaja muslimah sekarang sehebat generasi peradaban Islam terdahulu. Peserta yang paling aktif selama pos diskusi kemudian diganjar hadiah dari panitia.

Beberapa peserta mengaku sudah sering mengikuti kegiatan CR dan mendapatkan banyak ilmu tentang Islam, seperti Lailatul, siswi SDN Banyu Urip. Meskipun ketika awal keberangkatan rombongannya sempat tersesat ke kawasan mangrove lain di Surabaya, Lailatul mengaku senang mengikuti kegiatan Club Remaja yang konsepnya berbeda kali ini. Peserta lain seperti Anita, siswi SMP Tanwir, malah berpendapat waktu kegiatannya kurang panjang. Dari hasil angket yang dibagikan, mayoritas adik-adik remaja bersedia mengikuti kajian Islam secara rutin sekali dalam seminggu. Semoga dakwah ini semakin dekat kepada pertolonganNya melalui generasi muda yang turut memperjuangkan tegaknya kembali Khilafah Islam ‘Ala Minhajin Nubuwwah.(art)

One comment

  1. Assalamu,alaikum, subhanallah Ukhtifillah yang dirahmati ALLOH SWT smoga sang kHALIQ senantiasa tetap mencurahkan RAHMATnya kpd kita semua, yang Insya Alloh tetap menjadi pembela agamanya yang Haq sampai dihari akhirat kelak
    AMIIN
    ALLOHU AKBAR

    kegiatan yang penuh makna ini dan syarat dengan syari’at Islam kobarkan semangat untuk menjadi pejuang islam yang tangguh dan mengamalkannya demi tegaknya DAULAH KHILAFAH ALA MINHAJINNUBUAH
    ALLOHU AKBAR !!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*