Solusi Kapitalisme untuk Masalah Keluarga Sudah Gagal Total
HTI Press. Solusi yang diberikan kapitalisme untuk mengatasi masalah keluarga dinilai gagal total. Program pemerintah selama ini hanya mengeksploitasi wanita sehingga melupakan kewajibaan utamanya. Demikian papar Titin Erliyanti dalam Sarasehan Muslimah pada Ahad (1/7) lalu.
Sarasehan yang berjudul ” Menuju Keluarga Bahagia dan Sejahtera dengan Khilafah” ini digelar oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Kab Bantul. Acara ini bertempat di Aula Perpustakaan Umum Bantul.
Dalam acara tersebut, Titin Erliyanti S.Pd juga memaparkan bagaimana kondisi keluarga yang ada di Indonesia. Menurutnya, keluarga di Indonesia saat ini ikatannya sangat rapuh, tidak bahagia dan tidak sejahtera. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka perceraian dari tahun ke tahun serta banyaknya kepala keluarga (ayah-red) yang tidak bekerja. Keadaan keluarga yang rusak ini berakibat fatal bagi keberlangsungan pendidikan anak-anaknya. Mereka akhirnya terjebak free sex, narkoba dan budaya premanisme (tawuran-red). Semua ini akibat dari sistem kapitalisme, yang bermuara kepada kedzoliman dan penderitaan. Standar kebahagiaan menurut kapitalisme adalah tercapainya pemenuhan materi sebanyak-banyaknya.
Solusi yang diberikan kapitalisme untuk mengatasi masalah keluarga ini mengalami kegagalan total. Misal program P2WKSS & UPPKS, program pemerintah dalam memberikan pinjaman modal kepada para wanita untuk bekerja, ternyata hanya mengeksploitasi wanita sehingga para wanita melupakan kewajiban utamanya mengurus rumah dan anak. Akhirnya, perceraian semakin meningkat. Selain itu, program KB (keluarga berencana) pun mengalami kegagalan, karena meski jumlah anak sedikit, ternyata tetap tidak membawa kesejahteraan.
Pembicara kedua, Ir. Alyna Tsalisa, menjelaskan bahwa Islam mampu membuat keluarga bahagia dan sejahtera. Islam memiliki aturan terhadap keluarga, yang bisa dirangkum dalam 3 poin, yang pertama landasan berkeluarga harus karena keimanan kpd Alloh, Kedua tujuan berkeluarga adalah membentuk keluarga yang sakinah mawadah warahmah, seperti perintah Alloh dalam QS Ar-Rum 21. Dan yang terakhir islam mengatur tentang pembagian tanggungjawab dalam keluarga, Ayah sebagai pemimpin keluarga dan berkewajiban memberikan nafkah, sedang istri sebagai ummu warobatul bait (pengatur urusan rumah tangga dan pendidik anak-anaknya). Islam menjamin kehidupan keluarga melalui negara, negara memberikan fasilitas secara langsung berupa pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Oleh karena itu lanjutnya, wajib bagi kita segera meninggalkan kapitalisme dan menuju kepada sistem islam.
Terlihat para peserta sangat antusias terhadap acara ini, pada waktu sesi diskusi berlangsung ada sekitar 3 orang yang mengajukan pertanyaan, salah satunya Rina Agustina dari Sidomulyo Bambanglipuro yang bertanya tentang seorang istri yang membantu suami dalam hal mencari nafkah keluarga.
Acara ditutup dengan closing statement bahwa tujuan keluarga untuk membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera hanya bisa dengan Islam. Dan Islam bisa diterapkan secara sempurna jika ada sebuah Negara yang menerapkannya (khilafah).[]