Pemerintah Indonesia tidak layak membantu IMF dengan memberikan tambahan permodalan.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara G20 di Meksiko yang berlangsung di Los Cabos, Meksiko membuktikan Dana Moneter Internasional alias IMF benar-benar sudah mandul. Lembaga keuangan internasional yang selama ini menjadi harapan negara-negara di dunia membantu mengatasi krisis ekonomi, ternyata justru harus mengemis meminta tambahan anggaran.
Terbukti ketika negara-negara G20 harus berpatungan mendukung ketersediaan sumber keuangan yang cukup bagi IMF hingga 430 milyar dolar AS. Dana tersebut dikumpulkan melalui mekanisme bilateral arrangement antara negara donor dan IMF.
Negara-negara di dunia memang tengah dihantui krisis ekonomi dan keuangan. Kondisi paling parah kini melanda Yunani dan negara-negara di zone Eropa. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran negara-negara lain di luar zone Eropa, termasuk Indonesia.
Sebelumnya krisis juga sempat melanda AS pada 2007 lalu. Penyebab krisis ekonomi di negara adidaya itu adalah akibat terjadi penumpukan utang hingga 8,98 trilyun dolar AS, pengurangan pajak korporasi, serta pembengkakan biaya perang Irak dan Afghanistan.
Paling krusial adalah Subprime Mortgage yakni, kerugian surat berharga properti. Kondisi itu kemudian membuat bangkrut Lehman Brothers, Merryl Lynch, Goldman Sachs, Northern Rock,UBS, Mitsubishi UF, dan yang lainnya. Krisis ekonomi yang melanda AS menyebabkan hampir 8,2 juta orang terpaksa kehilangan pekerjaan.
Kawasan Asia, termasuk Indonesia juga pernah dilanda badai krisis ekonomi dan keuangan pada periode 1997-1998. Ketika terjadi krisis, pemerintah Indonesia justru mengundang IMF untuk membantu mengobati. Tapi apa yang terjadi resep yang IMF berikan membuat penyakit ekonomi di Indonesia makin parah. Bahkan Indonesia menjadi salah satu negara di kawasan Asia yang paling lama keluar dari krisis.
Di negara-negara lain juga sudah terbukti IMF tidak bisa mengatasi persoalan krisis ekonomi. Karena itu sudah terbukti mengundang IMF menjadi ‘dokter’ krisis ekonomi malah membuat negara-negara makin kolaps.
Anehnya lagi ketika peran IMF yang makin mandul tersebut, justru masih ada saja negara-negara yang bersedia membantu permodalan lembaga internasional itu. Tak terkecuali dengan Indonesia. Komitmen tersebut sebenarnya sudah muncul saat KTT G20 yang berlangsung di Washington DC, April lalu.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengakui, pemerintah telah menyatakan komitmen memberikan pinjaman sebanyak 1 milyar dolar AS kepada IMF, meski masih dalam kajian. Dalam forum KTT G-20 di Meksiko negara-negara anggota IMF sepakat untuk memberikan tambahan modal untuk IMF.
“Posisi Indonesia masih dibicarakan secara intern. Berapa nilainya? Belum bisa disebutkan, tetapi saya rasa maksimal 1 milyar dolar AS,” ujarnya. Sumber dana komitmen pinjaman untuk IMF, menurut Agus, berasal dari cadangan devisa Indonesia. Namun demikian, dana tersebut tidak langsung ditempatkan di IMF, tetapi tetap tercatat sebagai bagian dari cadangan devisa Indonesia yang dapat dipinjam oleh IMF.
Koalisi Anti Utang menilai, pemerintah Indonesia tidak layak membantu IMF dengan memberikan tambahan permodalan. Setidaknya ada tiga alasan. Pertama, masih dominannya peran negara maju dalam pengambilan keputusan di IMF menunjukkan bahwa reformasi lembaga keuangan internasional yang didorong G20 adalah palsu dan tidak menghasilkan perubahan yang mendasar.
Kedua, tidak adanya perubahan dalam persyaratan utang IMF. Deregulasi, privatisasi dan pengetatan anggaran sosial masih menjadi resep generik IMF kepada negara peminjam. Ketiga, utang IMF untuk mengatasi krisis hanya akan menguntungkan bank-bank besar penyebab utama krisis di Amerika dan Eropa, sedangkan rakyat di negara penerima utang akan menanggung beban krisis lewat pemotongan anggaran sosial dan pembayaran utang.
Krisis ekonomi menjadi bukti bahwa sistem kapitalisme tak lagi bisa diharapkan. Meminta bantuan IMF untuk mengatasi krisis ekonomi juga bukan jalan keluar. Sistem Islam menjadi solusi terbaik. (Joe Lian)