Talk Show Jelang Ramadhan: “Keluarga Bahagia Sejahtera Hanya dengan Islam dan Khilafah”
HTI Press. Keluarga sebagai institusi terkecil tempat ditanamkannya nilai – nilai keagamaan yang akan melahirkan individu – individu yang siap terjun ke masyarakat terus menerus mengalami pergeseran fungsi. Nilai – nilai tersebut hendak diganti dengan nilai – nilai yang ditawarkan barat seperti nilai liberal, KKG dan kapitalis. Kekayaan, penghasilan di atas rata-rata, pemuasan materi lainnya menjadi penentu dari makna sebuah kebahagiaan dan kesejahteraan di era kapitalis ini.
Menyikapi persoalan tersebut Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Wilayah Kendari mengadakan Talk Show Jelang Ramadhan dengan tema “Keluarga Bahagia Sejahtera Hanya dengan Islam dan Khilafah”, bertempat di Aula Pesantren Ummushabri Kendari (Ahad, 8/7/12) dengan menghadirkan pembicara Hermawati Anggraeni (Pemerhati Keluarga) dan St. Suraidah Ad Datu (Ketua DPD I MHTI Kendari). Acara ini dihadiri oleh 116 orang ini berasal dari praktisi pendidikan, kesehatan, mahasiswa, pelajar hingga ibu rumah tangga.
Sebagai pembuka, panitia mempersembahkan drama tetrikal yang menggambarkan keluarga shobri yang miskin, religius, bahagia namun tidak sejahtera dan keluarga chika yang sejahtera (kaya) namun tidak bahagia. Cerita ini diangkat sebagai fakta kehidupan dua keluarga yang kontradiktif di era kapitalis sekarang.
Pada sesi awal, pembicara menggambarkan keluarga bahagia dan sejahtera menurut kapitalis. Sebuah Kebahagiaan hendaklah sinkron dengan kesejahteraan begitu pula sebaliknya. Namun, faktanya adalah kesejahteraan bisa diraih tapi kebahagiaan tidak, begitu pula sebaliknya kebahagiaan bisa diraih tapi kesejahteraan belum tentu. Hal ini menyebabkan tidak hanya suami tapi istri pun ikut terlibat mencari nafkah untuk menyejahterakan keluarga. Tidak sedikit dari mereka menelantarkan anak – anak. Belum lagi pemenuhan kebutuhan tidak melihat standar haram dan halal yang ditetapkan oleh syara’ seperti riba, pencurian, perampokan bahkan bisnis haram. Asal muara dari tidak tercapainya makna bahagia dan sejahtera adalah karena masyarakat tidak kembali kepada aturan Islam, justru mereka condong untuk berkiblat kepada aturan kapitalis. Padahal sistem ini tidak mampu memberikan perbaikan, justru lebih mengarah kepada kehancuran termasuk keluarga.
Pembicara ke dua, lebih kepada solusi perbaikan. Solusi tersebut tidak lain adalah dengan kembali kepada aturan Islam. Arus globalisasi lewat pintu kapitalisasi dan liberalisasi semakin menggerus nilai-nilai Islam yang membuat semakin lemahnya penanaman nilai – nilai Islam dalam masyarakat. Dalam Islam, makna sebuah kebahagiaan adalah dengan menggapai Ridho Allah. Kaum muslimin dituntut untuk berlomba – lomba mencari Ridho Allah sedangkan materi hanyalah pemenuhan yang bersifat sementara di dunia. Hendaklah kita segera sadar untuk melakukan sebuah perbaikan mendasar dan sitemik untuk menyelamatkan kehidupan dari buruknya kapitalisme. Perubahan tersebut harus dilakukan oleh semua pihak baik individu, keluarga, maupun Negara. Menjelang Ramadhan, keluarga hendaklah mempersiapkan diri dengan sungguh – sungguh untuk meraih pahala sebanyak – banyaknya dengan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dan ikut memperjuangkan Syariah dan Khilafah.
Pada akhir acara kedua pemateri mengajak peserta untuk ikut bergabung memperjuangkan Syariat dan Khilafah agar terwujud sebuah kebahagiaan dan kesejahteraan yang hakiki bagi seluruh umat manusia.[]