Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengadakan pertemuan dengan Pemimpin Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir (SCAF), Hussein Tantawi pada hari kedua kunjungannya ke negara Afrika Utara.
Kunjungan pada hari Minggu itu terjadi sehari setelah Clinton bertemu dengan Presiden Mesir Mohamed Morsi di istana presiden di Heliopolis, setelah tiba di Kairo, hari Sabtu.
Selama pertemuannya dengan Tantawi, pejabat Amerika itu dilaporkan membahas transisi kekuasaan kepada pemerintah sipil. SCAF mengambil alih kekuasaan setelah kejatuhan diktator Hosni Mubarak di Mesir Februari 2011.
Kunjungan itu dilakukan saat ratusan orang Mesir melakukan demonstrasi di Kairo pada Sabtu untuk memprotes kunjungan Clinton.
Para demonstran mengatakan bahwa mereka menentang upaya AS untuk mengontrol dan berpotensi memecah belah Mesir.
Washington, yang memberikan dukungan di belakang rezim Mubarak selama lebih dari tiga dekade, kini mengklaim mendukung transisi Mesir menuju demokrasi.
Pekan lalu, Morsi memerintahkan parlemen untuk bersidang lagi, suatu hal yang bertentangan dengan keputusan Mahkamah Agung Konstitusi yang membubarkan legislatif sebelum pemilihan presiden bulan Juni.
Berdasarkan deklarasi konstitusional yang dikeluarkan pada tanggal 17 Juni, militer mengambil alih kekuasaan legislatif dan kontrol atas anggaran negara.
Morsi memerintahkan parlemen yang dibubarkan untuk melanjutkan kegiatan legislatif dan juga menyerukan pemilihan parlemen baru yang akan diadakan dalam waktu 60 hari dari pengesahan konstitusi baru.
Namun, pengadilan tinggi membatalkan dekrit Morsi itu, dan memutuskan bahwa keputusannya adalah ‘mengikat’ dan tidak bisa dibatalkan.
Para pakar Mesir mengatakan militer dan pengadilan tinggi berusaha untuk melemahkan kekuasaan presiden baru untuk mempertahankan kekuasaan.
(rz/ http://www.presstv.ir/detail/2012/07/15/251058/clinton-meets-egyptian-military-head-tantawi/)