Saatnya Intelektual Berkontribusi Dalam Arus Perjuangan Penegakan Syariah dan Khilafah
HTI Press. Sosok intelektual ibarat lokomotif bagi sebuah kebangkitan. Dengan potensinya, mereka mampu mengentaskan umat dari keterpurukan selama ini. Kali ini Muslimah HTI DPD I Jawa Timur mengadakan Diskusi Interaktif berupa Seruan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia kepada Intelektual Muslimah: “Saatnya Intelektual Berkontribusi Dalam Arus Perjuangan Penegakan Syariah dan Khilafah”.
Sabtu 14 Juli 2012, sekitar 30 orang dari kalangan intelektual (dosen) menghadiri acara yang bertempat di Rumah Makan Mayo Surabaya. Mereka berasal dari berbagai Perguruan Tinggi baik UNAIR, ITS, IAIN, UNIBRAW dan Universitas Jember.
Sebagai pengantar, diputarlah video yang memvisualisasi permasalahan umat Islam di berbagai negeri termasuk di Indonesia.
Acara inti dipandu oleh dr. Hj. Faizah Rosyidah dari Lajnah Khusus Intelektual MHTI. Beliau mengajak para intelektual untuk menjadi intelektual muslimah sejati. Dengan menjalankan 4 fungsi yaitu ibu dan pengatur rumah tangga bagi anaknya sekaligus ibu pembina generasi, pelaku dan pemimpin dakwah bagi intelektual muslimah lainnya, penyedia konsep problem solver dan sebagai pressure group yang mengkritisi kebijakan pemerintah. Karena itu, tidak ada pilihan kecuali bergabung dalam barisan penegak syariah dan khilafah saat ini juga. Hal itu sebagai bentuk syukur atas nikmat akal yang Allah SWT telah lebihkan atas para intelektual, sebelum datangnya ajal dan hari penghisaban.
Suasana menghangat ketika sesi sharing bersama Dr. Ni’matuzzahra (Dosen FST UNAIR, dosen berprestasi sekaligus Kaprodi Teladan 2011). Beliau menceritakan bahwa ilmuwan cenderung berpikir untuk dirinya sendiri, tidak peka terhadap permasalahan umat, apalagi yang bukan bidangnya. Dengan keistiqomahan Hizbut Tahrir menginteraksi beliau, alhamdulillah sekarang beliau memutuskan menjadi pelajar Hizbut Tahrir. Hal tersebut mengakhiri kegelisahan beliau selama ini yang hanya berkutat pada ilmu dunia saja padahal ada tuntutan juga untuk menjadi muslim kaffah. Tidak ada jalan lain untuk bisa mendapatkan keutuhan pemahaman kecuali dengan mengkaji intensif dan menjadi pelajar.[]