Anak dan Keluarga Mulia, Bahagia, dan Sejahtera Dengan Khilafah
HTI Press. Sabtu, 22 Juli 2012, bertempat di Gd. MUI Kota Bogor, DPD II Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Bogor menyelenggarakan Seminar Anak dengan mengangkat tema “Anak dan Keluarga Mulia, Bahagia, dan Sejahtera dengan Khilafah “. Acara ini dihadiri oleh sekitar 100 orang muslimah yang terdiri dari para tokoh intelektual, guru dan komite dari berbagai sekolah, juga para praktisi dan pemerhati pendidikan dari berbagai daerah di kota dan kabupaten Bogor.
Bertepatan dengan hari anak, acara ini diselenggarakan sebagai wadah untuk menjalin silaturahmi di antara kaum Muslimah Bogor, dan sebagai upaya mencerdaskan umat untuk menyadari dan meyakini dengan benar akan perlunya penerapan Syari’ah Islam secara total sebagai solusi fundamental atas seluruh permasalahan umat, termasuk yang menimpa anak dan keluarga muslim saat ini.
Ustadzah Eko Pudjiastuti, S.P. (Pembina Dakwah Sekolah MHTI dan Pengisi Forum Parenting), memaparkan data betapa buruknya kondisi anak dan keluarga muslim saat ini. Data Pengadilan Agama Kota Bogor menyebutkan, angka kasus perceraian terus meningkat tiap tahun. Pada 2011, tercatat 1.109 kasus perkara pengajuan perceraian. Kemiskinan yang terus meningkat. Pornografi dan pornoaksi yang marak di tengah masyarakat, termasuk anak. Padahal dalam Islam, posisi anak sebagai aset dunia akhirat dan calon pemimpin masa depan, juga posisi keluarga sebagai tempat lahirnya kasih sayang dan ketenangan, harus mendapat perhatian. Potensi yang dimiliki manusia berupa potensi akal serta potensi hidup berupa kebutuhan jasmani dan naluri-naluri, untuk digunakan mengabdi kepada Allah sesuai tujuan penciptaan manusia, sehingga pemenuhannya terjamin.
Sementara solusi yang diberikan melalui kebijakan negara saat ini telah terbukti tidak dapat mengatasi permasalahan yang terjadi, apalagi untuk menyejahterakan. Disamping penyelesaian yang dilakukan oleh beberapa individu dan kelompok berupa sembako murah, berobat gratis, dan beasiswa, hanya dapat dirasakan oleh segelintir orang. Padahal nasib anak dan keluarga merupakan tanggung jawab kita semua, baik orang tua/keluarga, guru/sekolah, masyarakat, juga negara.
Ustadzah Yusriana (Dewan Pimpinan Pusat MHTI) menyampaikan bahwa akar masalah dari semua problematika anak dan keluarga yang terjadi saat ini, tidak lain karena sistem Kapitalisme yang diterapkan di negeri ini. Sistem buatan manusia sehingga tidak dapat memecahkan permasalahan manusia, mengagungkan kebebasan, dan tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia secara menyeluruh. Berbeda dengan Islam yang memiliki mekanisme dalam menyejahterakan anak dan keluarga. Mekanisme langsung dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan. Disamping mekanisme tidak langsung, berupa kewajiban bekerja bagi laki-laki baligh, penyediaan lapangan kerja, kewajiban ahli waris, dan subsidi Baitul Mal. Adanya jaminan pemenuhan semua kebutuhan pokok seluruh individu masyarakat, bahkan hingga pemenuhan kebutuhan pelengkap, dengan diterapkannya politik ekonomi Islam.
Karenanya, para pembicara mengajak seluruh kaum muslimah untuk meyakini bahwa kesejahteraan hakiki tidak akan didapat dari sistem Kapitalisme, melainkan dari penerapan Syari’at Islam dalam Daulah Khilafah. Oleh karena itu, menjadi bagian penting dari kehidupan keluarga untuk menguatkan pemahaman tentang dakwah, sehingga bersama-sama dengan umat berdakwah untuk mewujudkan masyarakat dan sistem Islam.[]