Kapitalisme, Sumber Permasalahan Keluarga
HTI Press. Semua malapetaka yang menimpa keluarga muslim bermuara pada tidak dijadikannya hukum-hukum Islam sebagai pedoman dalam kehidupan keluarga-keluarga muslim. Nilai-nilai Islam di tengah keluarga sedikit demi sedikit luntur. Di sisi lain derasnya arus globalisasi yang hakekatnya adalah kapitalisasi dan liberalisasi, turut menggerus nilai-nilai Islam dalam keluarga.
“Kapitalisme adalah biang kerok dari segala persoalan.” Demikian ungkap dr. Siti Nurlatifah dari Muslimah HTI DPD I HTI DIY, dalam Bincang-Bincang Terbatas Mubalighoh dengan tema “Khilafah Menjamin Kebahagiaan dan Kesejahteraan Keluarga” pada Minggu (5/8) di Komplek Masjid Balai Kota Yogyakarta.
Siti Nurlatifah sebagai pemantik diskusi mengungkapkan data 2011, yang menunjukkan bahwa dari 2 juta pernikahan setiap tahun, 12-15% berakhir dengan perceraian (80% di antaranya terjadi pada perkawinan di bawah 5 tahun). Tidak hanya itu, kasus perceraian ini 70% di antaranya terjadi karena gugat cerai (artikelindonesia.com, 29 Juli 2011).
Selama ini, analisa terhadap permasalahan keluarga biasanya hanya berkutat pada beratnya beban ekonomi yang ditanggung keluarga. Kemiskinan dianggap sumber semua persoalan sehingga menginsiprasi munculnya beragam kebijakan bagi penyelesaian masalah keluarga. “Padahal persoalan keluarga sesungguhnya bukan hanya kemiskinan, namun juga hancurnya nilai-nilai mulia keluarga dan pelalaian tugas serta fungsi keluarga” kata Siti Nurlatifah.
Senada dengan yang telah diungkapkan oleh Siti Nurlatifah, fenomena ibu bekerja mengemuka dalam sesi diskusi. Fenomena yang terjadi sekarang adalah banyaknya ibu bekerja berakibat pada hilangnya fungsi perempuan sebagai ibu, pendidik anak-anaknya. Fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya merupakan fungsi yang sangat vital bagi kelangsungan hidup suatu bangsa.
Permasalahan ini membutuhkan solusi yaitu perubahan mendasar dan sistemik. “Karena itu sudah saatnya mengganti sistem yang rusak ini dengan penerapan Syariat Islam dalam sistem Khilafah Islamiyah yang menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.” Tegas Siti Nurlatifah.[]