Open House dan Buka Bersama Ibu–ibu Pengajian dan Tokoh Masyarakat Dengan MHTI Sleman
HTI Press. Meskipun para ibu menghadapi berbagai kerepotan di rumah, tetap harus peduli kepada umat Islam. Inilah yang nampak pada acara open house dan buka bersama ibu – ibu pengajian dan tokoh masyarakat ( 12/8 ) yang digelar oleh Muslimah HTI DPD II HTI Sleman di Gedung GIP jalan ring road utara, Pogung Lor, Sinduadi, Mlati, Sleman. Kurang lebih 100 orang hadir, dari banyak kecamatan di Sleman seperti Depok, Kalasan, Mlati, Ngaglik, & Gamping. Ustadzah Eulis siti Murnaesih selaku pemateri tunggal mengatakan bahwa acara ini diadakan khusus untuk menjawab beragam pertanyaan yang muncul tentang dakwah Hizbut Tahrir, syariah, khilafah dan segala yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Tidak ada limit waktu tertentu untuk mengakhiri acara yang dalam bahasa arab disebut sebagai jalasah munah itu hingga masyarakat sudah merasa cukup mendengar penjelasannya . Acara dibuka dengan tadarus al Quran bersama.
Bu Reni, salah seorang aktivis MHTI dari Ngaglik menyampaikan sebuah hadits yang menyatakan bahwa siapa saja yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka dia bukanlah bagian kaum muslimin. Ustz. Eulis menanggapi bahwa Hizbut Tahrir hadir di tengah masyarakat untuk senantiasa peduli terhadap keluarga, tetangga, masyarakat, juga nasib kaum muslimin di negeri lain. Meskipun para Ibu menghadapi berbagai kerepotan di rumah, tetaplah harus peduli kepada umat termasuk kepada umat Islam etnis Rohingya yang sedang terusir dan teraniaya di Myanmar. Umat juga perlu bersatu tanpa membedakan asal usul negeri dan etnis, karena dengan bersatu kita akan kuat melawan musuh. Musuh kita sekarang bukan semata orang-orang kafir yang menyerang negeri-negeri Islam tetapi juga berupa pemikiran liberal yang menggiring umat Islam untuk menjauh dari aturan syariah dan menjadi sangat senang hati mengikuti gaya hidup yang jauh dari petunjuk allah SWT dan Rasul-Nya. Persatuan yang hakiki hanya akan terjadi bila umat memiliki Khilafah, tandas Eulis.
Jelang berbuka, Bu Prapto sesepuh di daerah Papringan yang sudah melampaui usia enam puluh tahun mengajak hadirin agar terus bersemangat mengaji, menuntut ilmu meski harus pergi ke tempat yang jauh dari rumah. Jangan mau kalah dengan nenek-nenek, kata beliau. Bunda Irine dari Kalasan, seorang mualaf di masa gadisnya, merasa menemukan Islam yang sebenarnya ketika bertemu dengan Hizbut Tahrir yang selalu mengajak untuk kembali mererapkan syariah yang sempurna di seluruh aspek kehidupan dengan memperjuangkan Khilafah Islamiyah ‘ala minhajin nubuwwah. Adzan maghrib pun berkumandang, doa syukur dipanjatkan untuk karunia puasa dan rizki atas hidangan ta’jil yang sudah tersedia. Sebagian peserta ada yang bergegas pulang untuk shalat maghrib di rumah agar tak ketinggalan tarawih berjamaah di masjid tercinta. Ada yang memilih shalat berjamaah di gedung GIP untuk kemudian melanjutkan dialog lebih panjang dengan Hizbut Tahrir. []
Alahamdulillah, Moga ibu;ibu semangat selalu