PT Chevron Geothermal memberikan komitmennya untuk mengembangkan energi panas bumi di Suoh-Sekincau, Lampung Barat. Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) ini akan memenuhi target Pemerintah Pusat dan daerah untuk merealisasikan proyek sumber daya panas bumi yang diperkirakan mampu menghasilkan daya 500 mw.
Hal ini ditegaskan Direktur PT Chevron Geothermal Suoh-Sekincau Paul D. Mustakim pada Seminar Daerah Pengembangan Potensi Panas Bumi Lampung Barat di Sheraton Lampung, Kamis (30-8).
Menurut Paul, pihaknya berkomitmen untuk membantu pemerintah daerah meskipun harus menanggung risiko eksplorasi dan tantangan teknis, investasi, dan kebutuhan akan tenaga profesional. “Hingga kini kami masih fokus untuk mencari solusi atas risiko-risiko yang dihadapi,” kata Paul.
Menurut Paul, Chevron memiliki kemampuan untuk mengembangkan panas bumi. Pasalnya, Chevron merupakan perusahaan terbaik dalam kemampuan teknis seperti operasional pengeboran dan manajemen reservoar serta profesional di bidangnya.
Perusahaan yang telah mengantongi izin untuk mengeksplorasi, mengembangkan, dan mengoperasikan lapangan panas bumi di Suoh-Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, ini juga memiliki keandalan dan kinerja dalam kemampuan organisasi. “Suoh-Sekincau memiliki potensi yang bagus dan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan listrik,” kata Paul.
Proyek Paling Enak
Lebih lanjut, Paul mengatakan untuk merealisasikan komitmen tersebut, pihaknya kini melakukan program tahapan mulai dari persiapan jalan dan lokasi. Chevron juga secepatnya akan membuka kantor di Liwa, mengurus perizinan dan menyelesaikan studi environmental baseline.
Pihaknya juga akan menyelesaikan pengeboran dan eksplorasi semua sumur dites dan diuji serta menyelesaikan studi kelayakan. Chevron, kata Paul, sudah mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk menunggu kepastian melakukan eksplorasi.
Dalam seminar tersebut, hadir pula dua ahli panas bumi dari ITB Andi Asaad dan Suharno dari fakultas Teknik Universitas Lampung. Kedua pakar tersebut mendukung terealisasinya pengembangan potensi panas bumi di Suoh Sekincau ini.
“Cadangan minyak Indonesia hanya 4 megabarel, dengan adanya sumber energi baru ini diharapkan Indonesia mampu melakukan ekspor sehingga eksplorasi yang dilakukan Chevron juga memiliki manfaat bagi pemasukan daerah,” kata Suharno.
Chevron sendiri telah mengoperasikan empat proyek panas bumi di Indonesia dan Philipina. Perusahaan multinasional ini telah memasok 1.273 megawatt (mw) listrik dari panas bumi kepada masyarakat di dua negara tersebut.
Di Indonesia, Chevron mengoperasikan sepenuhnya lapangan panas bumi Salak, Jawa Barat (Jabar), yang berkapasitas 377 mw. Chevron juga mengoperasikan lapangan panas bumi Darajat, Jabar, berkapasitas 259 mw, dengan kepemilikan 95%. Meskipun demikian, Paul mengakui proyek panas bumi yang dilakukan Chevron di Lampung Barat ini merupakan proyek yang paling “enak”.
“Mulai dari proses tender yang cepat, perizinan dari pemerintah daerah mudah, dan tidak neko-neko. Ini merupakan kondisi paling ideal bagi investor untuk menanamkan investasinya,” kata Paul. (lampungpost.com, 31/8/2012)
Lampung Barat memang kaya SDA, sumber daya airnya juga telah menarik hati investor dari Jakarta untuk survei. Dua tahun lalu ketika panas bumi Suoh-Sekincau masih dalam proses penawaran tender, sudah ada audiensi yang menjelaskan kepada salah satu petinggi di Pemkab Lambar tentang keharaman penyerahan SDA ini ke swasta. Namun beliau menjawab, keputusan ini melibatkan semua pihak hingga ke pusat. Konsekuensi dari sistem kapitalisme
Kalau saja dari dulu saja digarap & dikelola pemerintah saja pasti Lampung sudah kaya …
Rencana peningkatan eksploitasi energi panas bumi oleh Chevron di Jawa Barat terhambat karena berada di kawasan hutan lindung. AS melalui Dubesnya terus melakukan pendekatan supaya pemerintah daerah memberikan izin. Sumber daya alam terus dieksploitasi asing sementara warga yang tinggal di sekitar lokasi tidak merasakan manfaatnya.