Eksploitasi Kecantikan Muslimah

Kontes Muslimah hanya menguatkan opini bahwa menutup aurat itu harus cantik dan trendy.

 

Fenomena kontes kecantikan kini melanda dunia Muslimah. Ajang pencarian Muslimah tercantik dengan busana paling modis dan fashionable mulai dihelat beberapa kalangan. Seperti Hijab Hunt 2012 yang diselenggarakan sebuah portal berita ternama bekerja sama dengan beberapa kosmetik dan desainer.

Lalu World Muslimah Beauty 2012 yang akan dihelat 9-16 September mendatang di Jakarta. Pemilihan duta Muslimah tersebut digelar bersamaan dengan pertemuan para pengusaha bisnis syariah dunia bertajuk The 3rd Muslim World Biz 2012, yang akan dihadiri oleh delegasi negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) serta para pelaku bisnis syariah dunia, pada 12-16 September di Jakarta.

Nah, tujuan kontes-kontes itu satu: mencari Muslimah cantik untuk ikon fashion busana atau kosmetik Muslimah. Jadi, seperti tahun-tahun sebelumnya, pemenang ajang kontes seperti ini sontak akan menjadi model. Baik model foto maupun peragawati yang lenggak-lenggok memperagakan busana Muslimah karya para desainer kenamaan.

Wajahnya akan nampang di majalah-majalah Muslimah, katalog brand-brand busana Muslimah ternama, brosur produk kosmetik, bintang iklan produk Muslimah atau seliweran di panggung-panggung peragaan busana Muslimah.

Lantas apa bedanya dengan foto model dan peragawati pada umumnya? Cuma satu: tidak mengumbar kulit tubuh. Adapun dandanan make up sama saja, tetap mempertontonkan kecantikan alias tabaruj. Duh!

 

Haruskah Modis?

Belakangan ini semangat menutup aurat di kalangan Muslimah memang menggembirakan. Mereka bahkan membentuk komunitas-komunitas khusus untuk menunjukkan eksistensinya. Dalam menutup aurat, mereka lebih suka menggunakan istilah hijab dan menyebut diri hijaber.

Menurut bahasa, hijab berasal dari kata hajaban yang artinya menutupi. Sedangkan menurut istilah syara’, al-hijab dimaksudkan sebagai suatu tabir yang menutupi badan wanita.

Entahlah, mengapa istilah hijaber lebih disukai. Yang jelas, motto para hijabers ini sangat terkenal, yakni tetap fashionable meski menutup aurat. Mengklaim berpenampilan syar’i tapi tetap modis. Sayangnya, sadar atau tidak, mereka telah terseret filosofi dunia fashion ala sekuler-kapitalis pada umumnya.

Seperti diketahui, fashion umumnya diciptakan untuk menonjolkan kecantikan wanita. Fashion harus selalu berubah dan up to date. Selalu memunculkan trend-trend terbaru. Nah, kondisi ini turut menyeret para hijabers sehingga mereka merasa harus selalu mengikuti trend busana Muslimah teranyar, wajib terlihat fresh dan fashionable dengan model-model busana yang paling up to date. Mereka merasa bangga bila mengenakan busana Muslimah merek ternama, karya desainer favorit atau bahkan mix and match dengan busana-busana branded keluaran Barat, yang penting gombrong atau panjang. Seperti memadukan dress tanpa lengan dengan blazer keluaran Zara. Atau memadukan tunik dengan celana pantalon branded dari butik Max & Spencer.

Padahal, sekali lagi sayang, busana-busana Muslimah up to date yang mereka klaim itu, sangat jauh dari nilai-nilai syara´. Bahkan, terkadang yang tampak justru penampilan yang lebih glamour dan lebih tabaruj dibanding wanita pada umumnya yang tidak menutup aurat.

Hal ini tentu memunculkan keprihatinan. Di satu sisi kita salut dengan semangat berhijab mereka, namun di sisi lain mencuatkan opini di kalangan Muslimah bahwa berbusana itu harus modis dan cantik. Padahal, bukan itu esensi busana takwa, melainkan sebagai identitas Muslimah dan penjagaan izzah (harga diri, red).

 

Eksploitasi Kecantikan

Keberadaan kontes-kontes kecantikan Muslimah semakin menguatkan opini bahwa Muslimah itu harus cantik dan trendy, tak kalah dengan wanita-wanita pengumbar aurat. Buktinya, kontes ini pun selalu mensyaratkan harus berusia muda (17-30 tahun), fotogenik, terlihat menarik saat difoto dalam beberapa angle, tertarik dan berminat dengan dunia fashion.

Memang, mereka tak harus mengumbar aurat. Namun, kecantikan tetap saja menjadi poin penilaian. Wajah harus sedap dipandang dan bodi tinggi langsing. Pokoknya urusan kecantikan, nggak kalah dengan peserta kontes ratu-ratu kecantikan umumnya.

Nah, setiap peserta pasti ingin memenangkan kontes yang diikutinya. Apalagi hadiahnya cukup menjanjikan. Selain uang tunai jutaan rupiah, juga kesempatan menjadi terkenal sebagai foto model Muslimah. Tentu saja, berbagai cara mereka lakukan untuk itu. Seperti memutihkan wajah agar tampak lebih camera face, rajin ke salon sekadar menicure dan pedicure, menjaga kelembaban bibir, diet agar tetap langsing sehingga serasi mengenakan busana Muslimah model apapun, dan perawatan lainnya.

Sementara itu, untuk menghasilkan foto yang eye catching alias enak dipandang, tentunya harus ditunjang make up dan busana terbaik.  Dipilihlah produk kosmetik termahal dan baju-baju branded yang harganya juga selangit. Kalau sudah begini, apa bedanya dengan peserta kontes-kontes ratu kecantikan pada umumnya? Sama-sama mengeksploitasi kecantikan perempuan.

 

Jaga Privacy

Para Muslimah seharusnya menyadari, potensi pada diri mereka bukanlah sekadar fisik. Jika Allah SWT menganugerahkan wajah cantik, fotogenik dan bodi aduhai, bukanlah untuk dieksploitasi.

Islam telah melarang wanita melakukan tabaruj (menampakkan perhiasannya).   Dengan kata lain, tabaruj adalah hukum lain yang berbeda dengan hukum menutup aurat dan hukum wanita mengenakan kerudung dan jilbab.

Walaupun seorang wanita telah menutup aurat dan berbusana syar’i, namun tidak menutup kemungkinan ia melakukan tabaruj. Allah SWT berfirman: “Perempuan-perempuan tua yang telah berhenti haid dan kehamilan yang tidak ingin menikah lagi, tidaklah dosa atas mereka menanggalkan pakaian mereka (jilbab, red) tanpa bermaksud menampakkan perhiasannya (tabaruj).”[al-Nuur: 60]

Mafhum muwafaqah ayat ini adalah, “jika wanita-wanita tua yang telah menapouse saja dilarang melakukan tabaruj, lebih-lebih lagi wanita-wanita yang belum tua dan masih punya keinginan nikah.”

Jelaslah, mempertontonkan kecantikan untuk konsumsi publik tidak diajarkan Islam.

Berbusana dan berdandan dengan maksud agar terlihat cantik, modis dan trendy bukanlah tujuan seorang Muslimah. Kalaupun Muslimah tampil serasi dalam berbusana, hendaklah semata-mata diniatkan dalam rangka ibadah. Jadi, jangan mudah tergoda bius-bius dunia fashion. (mediaumat.com, 20/9/2012)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*