Kalaulah ada satu atau dua orang yang terlibat tindak pidana teroris dulunya pernah aktif di Kerohanian Islam (Rohis) SMA tidak bisa digeneralisasi bahwa kegiatan yang berpusat di masjid sekolah tersebut tempat persemaian teroris. Hal itu dinyatakan Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto saat menanggapi tudingan bahwa Rohis tempat persemaian teroris, Kamis (20/9) malam di Bogor.
“Saya ingin mengatakan bahwa satu hal yang harus dihindari adalah generalisasi! tegasnya.
Ia pun menganalogikan dengan koruptor. “Ketika dijumpai adanya koruptor alumni Universitas Indonesia umpamanya, kemudian disebutlah bahwa UI merupakan tempat persemaian koruptor pasti akan ditolak,” ungkapnya.
Jadi, beber Ismail, generalisasi ini sangat penting untuk tidak dilakukan karena ketika menyatakan bahwa Rohis menjadi tempat persemaian teroris dampaknya menjadi sangat luas. Pertama, pasti jadi ada tindakan-tindakan tertentu dari pemerintah atau pihak keamanan untuk mengawasi Rohis. Kedua, orang tua kemudian sangat mungkin melarang anaknya untuk aktif di Rohis.
“Nah ini kan sangat berbahaya. Suatu kegiatan yang sangat positif kemudian dihindari,” ujarnya.
Sementara dalam waktu yang sama, anak SMA terlibat dalam tawuran. “Sekarang bagaimana menyelesaikan tawuran itu kalau bukan dengan pembinaan Rohis yang intensif?” pungkas Ismail.[] Joko Prasetyo
sekali lagi STIGMATISASI terjadi, kali ini pada remaja peduli islam dan syariahnya. sampai kapan ini terjadi?
sampai KHILAFAH tegak menaungi kita semua
iya!!! betul tuh!!! kita baik2 aja ikut rohis kok digeneralisasi begitu!!! mantan anak rohis nieh!!! >_<
sejatinya kami sebagai orang tua sangat merasa TERANCAM (terTeror ) oleh kegiatan2 remaja dan produk siaran hiburan yang tidak sesuai dg ajaran Islam yang gencar-gencarnya di ekspose oleh media masa dan TV Yang nota bene adalah produk orang2 kafir dan antek2nya
Tayangan televisi selalu membahas teroris,
baru terduga, boleh dibunuh juga,
negara macam apa ini.
Sampai2 semua yang berkaitan dengan histori kehidupan teroris harus dikecam,
contohnya rohis.
Ini Sungguh tidak logis.
Semua sekolah se indonesia juga selalu bilang bahwa tak bertanggung jawab pada aktivitas murid diluar jam belajar.
Nah itu masih kategori pelajar,
apalagi almuni.
Sekolah sama sekali tak ada kaitannya lagi.
(terkecuali sekolah abal2 mungkin)
kalau sekolah saja tak mau disalahkan atas kelakuan murid.
Lalu kenapa rohis disalahkan atas kelakuan segelintir alumni nya
yang gak sampai 0,001% dari total alumni rohis.
Padaha fakta dimana manatelah menunjukan bahwa rohis sungguh efektif untuk membina mental dan sikap generasi muda.
Mana ada anak rohis tawuran?
Mana ada anak rohis mabuk mabukkan? (yang abal2 aja kali)
sungguh miris