HTI Press. “Subhanallah wal hamdulillah” diucapkan berulang oleh host, Muhammad Arifin Al Bashirony, saat menginformasikan 2000 ulama telah mengisi daftar hadir acara silaturahim keluarga besar HTI Malang. Acara akbar ini bertempat di Ponpes Sabilul Huda Bumi Ayu Malang, (16/9). Mengambil judul “Peran Ulama Dalam Menegakkan Khilafah Negara Ideal Yang Mensejahterakan.”
Di Ponpes asuhan KH. Abdul Hamid ini HTI Malang menyuguhkan kepada ribuan ulama yang hadir format kolaborasi acara multimedia, pengajiian sekaligus rapat akbar. Mengetengahkan pembacaan syair, testimoni minal ulama, sholawat juga orasi. Setting peserta terbagi menjadi tiga lokasi: didepan panggung, disamping kiri panggung dan didalam masjid ponsok. Karena itulah panitia memasang beberapa screen besar di beberapa lokasi terpisah.
Berkesempatan menjadi pembicara: KH. Hafidz Abdurrahman dari DPP HTI, KH. Mahmudy Syukri alumnus Pondok Ribath Tahrim Yaman, KH. Abdul Qoyyum ulama kharismatik Gondang Legi, KH. Lukmanul Hakim ulama Pegiat Majlis Dzikir al Huda Landungsari, DR. Nasrul Ilminafik juga ketua DPD II HTI Malang, Ustadz Abdul Malik.
KH. Hafidz Abdurrahman mengingatkan pentingnya mewujudkan ketaatan kepada penguasa sebagaimana kandungan al Qur’an surat An Nisa: 59. Hanya saja ketaatan kepada penguasa ini tidak mutlak ditunjukkan dengan tidak dicantumkannya penggunaan kata atiu yang berarti ketaatan atas penguasa didalam QS. An Nisa: 59. Ketaatan kepada penguasa disejajarkan dengan ketaatan kepada Rasul hanya dengan pengguanaan huruf wawu oleh sebab itu menurutnya jika para penguasa kaum muslim saat ini tidak mengajak taat kepada Rasul dan taat kepada Allah maka penguasa seperti ini tidak wajib ditaati. Tidak ada ketaatan kepada makhluk untuk bermaksiat kepada Allah. Penguasa yang hanya diam ketika Nabi Muhammad yang mulia di hina tidak layak untuk ditaati.
Selain itu KH. Hafidz juga menunjukkan fakta penguasa muslim saat ini bukan menjadi pelindung nyawa kaum muslimin. Menurutnya sesuai hadits Rasul nyawa kaum muslimin lebih berat nilainya disisi Allah ketimbang dengan hancurnya Ka’bah tetapi penguasa Syuria yang syiah justru menumpahkan darah kaum muslimin rakyatnya sendiri. Penguasa-penguasa Arab lainnya hanya diam begitu juga penguasa negeri ini juga diam ketika muslim Rohingya dibantai. Sayangnya, KH. Hafidz tidak sempat melanjutkan orasinya dikarenakan sakit dan terpaksa harus dibopong turun dari podium menuju kediaman KH. Abdul Hamid dibelakang tempat acara.
Testimony minal ulama dari KH. Abdul Qoyyum banyak bercerita tentang pengalaman pribadi betapa berat harus bergabung dengan gerakan Hizbut Tahrir. Banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satu faktor yang terberat menurutnya bagi para Kyai ketika hendak bergabung bergerak bersama untuk menegakkan syariah Allah dalam frame Khilafah adalah rasa takut ditinggal umat atau organisasi induk sebelumnya. Padahal menurutnya umat justru semakin mendekat dan bertambah. Ketakutan itu tidak terbukti
Sekitar pukul 23.40 acara ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh ustadz Muhammad Alwan. Meski berjubel peserta tertib meninggalkan lokasi. Selamat dan sukses liqo’ syawal ulama Malang 1433 H.[] MI Malang
Semoga para ulama yg blm ikut berjuang setelah ikut acara ini menjadi pejuang yg terdepan sebagai konsekwensi atas titel yg di sandang sebagai pewaris nabi,dimana nabi Muhammad SAW menjadikan syari’ah Islam sebagai UU Negara yang di pimpinnya.Amin
subhaanallah,janji Allah dan kabar gembira dari Rosulullah tentang kembalinya kekuasaan islam KHILAFAH ala minhajinnubuwah semakin dekat