Saatnya Remaja Bicara Masa Depan Bangsa, Selamatkan Indonesia Dengan Syariah dan Khilafah

Surabaya, HTI Press. “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut gunung Semeru dari akarnya. Tapi berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Itulah kalimat yang diucapkan oleh mantan presiden pertama Indonesia, Bung Karno, tentang pemuda. Ini membuktikan bahwa sesungguhnya kedudukan pemuda (termasuk di dalamnya remaja) merupakan pilar penting bagi kemajuan negeri ini. Maka tak salah jika Klub Remaja Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Jatim mempersembahkan acara Liqo’ dan Talkshow Remaja Muslimah bertema “Saatnya Remaja Bicara Masa Depan Bangsa; Selamatkan Indonesia Dengan Syariah dan Khilafah”. Liqo’ dan talkshow tersebut diselenggarakan pada 23 September 2012 yang lalu di aula SMK Negeri 6 Surabaya.

 

Remaja digambarkan memiliki 2 sisi yang saling bertolak belakang. Di satu sisi, ia disanjung karena semangat mudanya dalam membawa perubahan, penentu nasib bangsa, hingga mampu mengguncang dunia seperti ungkapan Bung Karno di atas. Namun di sisi lain, remaja dituding sebagai pihak yang identik dengan kenakalan. Pernahkah kita mendengar istilah ‘kenakalan bapak-bapak’ atau ‘kenakalan ibu-ibu’? Yang pasti terdengar adalah kenakalan remaja.

 

Ironi, namun itulah faktanya. Menurut penelitian, sebanyak 45% dari 700 remaja usia sekolah menengah pertama di Surabaya berangggapan bahwa berhubungan badan layaknya suami-istri boleh dilakukan saat berpacaran. Bahkan, 15 persen remaja usia SMP mengaku telah melakukan hubungan seks dengan lawan jenis. Belum lagi 92% isi handphone para remaja yang mengandung konten pornografi. Ini hanyalah potret sebagian kecil dari fakta kenakalan remaja sekarang.

 

Untuk memberikan wacana dan solusi permasalahan kenakalan di kalangan remaja inilah, Klub Remaja Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (KR MHTI) DPD I Jatim mengemas Liqo dan Talkshow menjadi rangkaian acara yang meriah. Antusiasme remaja terlihat dari membludaknya kehadiran peserta yang ditargetkan hanya 600 orang menjadi 700 orang. Diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an, kemudian dilanjutkan duet puisi pelajar oleh Mei Hidayah dan Mustika Anggraini. Usai pembacaan puisi, sederetan orator remaja menyuarakan dan menyeru kawan-kawan sebayanya untuk bergerak bersama.

 

Orasi pertama dibawakan oleh Annida Amani, siswi SMPN 6 tentang potensi remaja yang amat besar dalam menghadapi tantangan zaman. Orasi kedua dibawakan oleh Ramadhani, siswi SMAN 15 yang mengingatkan kembali identitas seorang remaja muslim sebenarnya. Sayangnya, remaja sekarang digerus oleh budaya hura-hura alias hedonisme. Orator berikutnya, Nur Syamsiah siswi SMKN 1, menegaskan orasi sebelumnya. Nur membeberkan pengaruh pemikiran kebebasan (liberalisme) dalam kehidupan remaja, sehingga berperilaku bebas tak mau mengikatkan diri pada peraturan Sang Pencipta.

 

Di sela-sela rangkaian orasi, terdapat penampilan tahfidz al Qur’an surat ar Rahman dan teatrikal remaja yang dibawakan SKI SMKN 6 selaku tuan rumah acara. Naufalia, siswi SMAN 21 kemudian menjelaskan dalam orasi berikutnya tentang suatu sistem yang akan menjaga remaja dari gempuran virus liberalisme, yakni Khilafah Islam. Terakhir, Hamidah Assagung, siswi HSG SMP Khoiru Ummah, mengajak kawan-kawan remaja untuk segera berubah dan melakukan perubahan. Perubahan itu ialah tegaknya syariah kaffah dan Khilafah.

 

Sesi talkshow pun dimulai dengan suasana yang santai nan hangat. Mbak Zulaikha selaku moderator berbincang di panggung bersama Saffanah Fathin, alumnus SMAN 5 Surabaya dan Bu dokter Retno Palupi mengenai remaja beserta segala pernak-perniknya. Fathin, mewakili kalangan remaja di usianya, mengungkapkan bahwa remaja itu sebagai sosok yang berada pada masa peralihan. “Remaja itu selalu semangat, pengen berpendapat, pengen diakui keberadaannya. Remaja itu nggak dipaksa atau digurui,” ujarnya. Maka tidak salah jika kemudian ada banyak komunitas-komunitas remaja yang terbentuk, karena di sanalah tempat para remaja mengekspresikan diri. “Sayangnya, nggak semua komunitas itu mengajak pada hal-hal yang baik. Seharusnya sebagai seorang Muslim kita pakai standar baik-buruk, benar-salah berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah,” tambah Fathin.

 

Setali tiga uang, Bu Retno juga menambahkan bahwa memilih beraktivitas di komunitas-komunitas tersebut sebaiknya jangan asal pilih. Sebab, remaja tidak sekadar butuh untuk mengisi waktu luangnya. Namun butuh pula benteng untuk menjaga dirinya dari hal-hal negatif di luar sana. Belum lagi prediksi bahwa di tahun 2020, Indonesia akan mengalami “Bonus Demografi” di mana angka penduduk usia muda produktifnya akan jauh lebih besar dari angka penduduk usia lainnya. Hal ini merupakan potensi yang luar biasa untuk menjadikan Indonesia lebih baik melalui generasi muda. Asalkan, generasi yang dihasilkan berkualitas bagus.

 

Sebelum sesi talkshow diakhiri, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi berkelompok. Ruang aula SMKN 6 dalam sekejap terbagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 15-20 orang. Peserta saling membicarakan permasalahan remaja yang terjadi di lingkungan sekolahnya, lalu saling memberikan saran langkah kongkrit apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Tiap kelompok diwakili satu orang peserta memaparkan solusinya ke tengah-tengah forum. Sebagian besar dengan mantap menyatakan perlunya memperdalam ilmu agama Islam, mengamalkan ilmu tersebut agar menjadi contoh bagi yang lain, dan tak lupa mengajak kawan-kawannya alias berdakwah.

 

Fathin dan Bu Retno pun kembali menegaskan, bahwa mengkaji Islam penting supaya tahu mana yang baik dan benar menurut agama. Menyampaikan pemahaman Islam yang didapat meskipun masih sedikit, juga penting,

 

Selain talkshow, peserta juga dapat menikmati bazaar dan gelaran Expo kegiatan Klub Remaja MHTI lainnya di selasar aula SMKN 6. Antusiasme peserta masih dapat terasa meskipun acara telah berakhir. Amaroh, siswi SMK Wachid Hasyim 1 Surabaya mengungkapkan rasa senangnya mengikuti acara ini. “Seru kok. Saya jadi tahu kalau saya harus berubah jadi lebih baik dari sebelumnya, belajar Islam lebih dalam lagi”.

 

Semoga melalui tangan-tangan gerakan perubahan remaja inilah, kemuliaan Islam dapat segera teraih dalam wujud institusi penjaga remaja itu sendiri; Khilafah Islamiyah yang kedua! [art]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*