Tawuran Antar Pelajar Menjadi Perhatian MHTI Sumut
HTI Press. Maraknya tawuran antar pelajar telah menjadi perhatian Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Sumatera Utara. Perhatian tersebut terwujud dalam bentuk menawarkan acara talkshow tentang masalah tawuran ke berbagai stasiun radio di kota Medan. Alhamdulillah tawaran tersebut mendapat sambutan dari pihak radio starnews 102,6 FM. Acara pun dikemas – pada hari Rabu 10 Oktober 2012 – dalam acara “ngopi” yang membahas secara tuntas masalah tawuran dari penyebab sampai solusi jitu yang mampu menghentikan tawuran antar pelajar.
MHTI DPD I Sumut pun menghadirkan Honriani Nst dari perwakilan media MHTI di daerah Sumatera dan Mimi Yulianti dari Lajnah Khusus Sekolah MHTI DPD I Sumut. Dalam acara ngopi tersebut Honriani menjelaskan bahwa penerapan sistem kapitalisme-lah penyebab dari maraknya tawuran antar pelajar, karena dengan diterapkannya sistem ini menjadikan para orang tua kurang perhatian kepada anak-anaknya, orang tua lebih terdorong untuk mencari materi sebanyak-banyaknya dengan asumsi materi yang banyak akan menjadikan terpenuhinya segala fasilitas materi yang dibutuhkan anak. Akhirnya para orang tua pun berpandangan bahwa anak akan bahagia jika dipenuhi segala keinginannya yang berupa materi, para orang tua lupa bahwa anak lebih membutuhkan perhatian dalam bentuk kasih sayang.
Penerapan sistem kapitalisme juga telah menjadikan lembaga pendidikan/sekolah sebagai lahan bisnis yang menyebabkan sekolah lebih fokus mencari keuntungan berupa materi dari pada mendidik anak-anak menjadi generasi yang berkualitas. Kapitalisme juga lah yang menjadikan negara lepas tangan dari kewajibannya mendanai pendidikan, kewajiban itu pun beralih kepada pihak sekolah yang akhirnya pihak sekolah membebankan biaya pendidikan yang mahal kepada orang tua siswa. Oleh karena itu menurut Honriani tawuran akan terus terjadi selama sistem kapitalisme diterapkan. Untuk menghentikan tawuran antar pelajar hanya satu solusinya yaitu mengganti sistem kapitalisme dengan sistem islam/ khilafah, karena dengan khilafah akan terwujud pendidikan yang mampu mencetak generasi yang beriman dan bertaqwa serta menguasai ilmu dan teknologi seperti yang tertuang dalam UU Sisdiknas, dan juga menjadikan para orang tua memberikan kasih sayang yang penuh kepada anak-anaknya
Pernyataan ini pun diaminkan oleh Mimi Yulianti. Menurutnya pihak sekolah juga telah berupaya untuk menghentikan tawuran, namun sulit karena sekolah terikat dengan kurikulum yang padat. Maka untuk solusi jangka pendek, lajnah sekolah MHTI telah menawarkan kerjasama ke berbagai sekolah di kota Medan untuk melakukan pembinaan agama kepada pelajar. Tawaran pun mendapatkan sambutan baik dari pihak sekolah, karena menurut pihak sekolah dan anggota DPRD minimnya pelajaran agama di sekolah menjadi salah satu penyebab maraknya tawuran antar pelajar.[]