Clinton: Demokratisasi Arab Merupakan Kebutuhan Strategis

Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton menegaskan pada hari Jum’at bahwa dukungan AS untuk proses demokratisasi di negara-negara Arab bukan sekedar perkara idealisme, melainkan telah menjadi “kebutuhan strategis” bagi Washington.

Setelah dua tahun dimulainya musim semi Arab dari Tunisia, sementara AS dalam beberapa dekade merupakan pendukung bagi rezim-rezim diktator di dunia Arab. Bahkan Clinton berjanji dalam konferensi pers di Washington terkait demokrasi di dunia Arab bahwa negaranya tidak akan lagi melakukan seperti “pilihan yang buruk antara kebebasan dan stabilitas” ini.

*** *** ***

Pernyataan Clinton ini mencerminkan pandangan Amerika yang sesungguhnya terhadap kawasan Timur Tengah, dan kepentingan strategisnya bagi Amerika. Juga mencerminkan kesiapan Amerika untuk perubahan warna dan kemunafikan politik dalam segala bentuk yang memungkinkan demi menjaga dominasi kolonialnya di dunia Islam, khususnya di negara-negara Arab. Masalahnya bukan memilih antara kebebasan dan stabilitas seperti yang diklaim Clinton, namun antara bentuk dominasi politik yang dipaksakan atas kawasan Timur Tengah tersebut, baik melalui kediktatoran seperti yang telah dan sedang terjadi di beberapa negara, atau melalui demokratisasi dan pengklasifikasian sebagai negara sipil dengan landasan pluralisme.

Bagi Amerika demokrasi adalah senjata utama yang dengannya mampu menyederhanakan bentuk lain dari kolonialisme Barat, setelah beberapa dasawarsa AS dan Barat mendukung rezim-rezim diktator yang berkuasa, terutama di negara-negara yang disebut Arab Spring (Kebangkitan dunia Arab atau Musim Semi Arab), di samping dukungan itu juga disertai dengan penjarahan dan perampokan kekayaan, serat penindasan, pembunuhan dan pengusiran rakyat.

Dan saat ini, Amerika menemukan bahwa wajah kediktatoran pemerintah sudah di ambang ajalnya. Sementara umat Islam mulai menuntut kebebasan dari belenggu rezim yang berkuasa, menghancurkan hambatan rasa takut, serta mulai mencari kehormatan dan kemerdekaan. Oleh karena itu, Amerika melihat dahwa di dalam demokrasi terdapat senjata yang tepat untuk menyesatkan kelompok revolusi, dan menjadikan mereka tetap dalam lingkaran yang pro-Barat untuk mengubah bentuknya. Apa yang dilakukan Amerika, hanyalah membendung beberapa gerakan dan kelompok-kelompok politik (moderat), dan melibatkan mereka dalam proses politik di bawah kedok demokrasi, serta menempatkannya dalam pemerintahan dengan syarat melepaskan apa yang sebelumnya telah menjadi simbol aktivitasnya.

Sesunguhnya yang lebih baik bagi gerakan-gerakan yang berpartisipasi dalam pemerintahan dan yang disebut moderat adalah mengumumkan bahwa mereka berlepas diri dari Amerika dan demokrasi, serta akan mencabut sendiri belenggu dan ikatan-ikatan Barat yang dipaksakan padanya sebagai harga politik karena mereka menerima sebagai pemain politik dan berpartisipasi dalam pemerintahan. Dengan kata lain, mereka harus kembali pada metode Tuhannya, sebelum umat melemparkannya, sebagaimana umat melemparkan rezim-rezim diktator sebelumnya.

Sesungguhnya masa depan politik di kawasan Timur Tengah ini tidak akan menjadi komoditi bagi Amerika dan Barat. Namun, kandidat satu-satunya yang mampu mengontrol semua hal dan mengembalikannya pada posisi yang sejatinya adalah Islam yang agung, yang tercermin pada negara khilafah rasyidah [Abu Basil].

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 19/10/2012.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*