HTI Press, Majalengka– Momentum Sumpah Pemuda tidak dilewatkan begitu saja oleh para remaja dan pelajar di Kabupaten Majalengka. Para pelajar se-Kabupaten Majalengka menyelenggarakan Seminar Remaja Islam dengan tema “Sumpah Pemuda Islam 2012: Songsong Kebangkitan Remaja dan Pemuda Islam”, di Masjid Besar Al-Hurriyah, Jatiwangi, Majalengka, Ahad, 28/10/2012.
Acara yang digagas oleh Lajnah Dakwah Sekolah Hizbut Tahrir Indonesia (LDS HTI) Kabupaten Majalengka tersebut diisi dengan orasi dari beberapa pelajar. Dengan dipandu oleh para pembawa acara muda yang tampil enerjik, silih berganti para pelajar perwakilan dari beberapa sekolah menyampaikan unek-uneknya tentang kondisi nyata kehidupan remaja.
“Jika dulu umat ini berwibawa dan disegani, tetapi kini kita saksikan umat Islam dilecehkan,” ujar Aif Saiful Ma’ruf, salah seorang pelajar aktivis LDS Jatiwangi.
“Komisi Perlindungan Anak mencatat tahun 2012 ditemukan 139 kasus tawuran antar pelajar, sebanyak 12 pelajar tewas dan sisanya luka berat dan luka ringan. Ini adalah sebuah fakta bahwa kerusakan remaja itu benar-benar telah nyata,” paparnya dengan lugas dalam orasinya di hadapan para pelajar.
Selain kehidupan para remaja yang sangat memprihatinkan, kondisi remaja semakin buruk lagi dengan opini media yang meneror para aktivis rohis. Rohis diteror dengan tuduhan terorisme, sementara tawuran merajalela. “Tuduhan itu sangat ngawur. Ketika rohis dianggap teroris, sedangkan tawuran menjamur,” tegas Cecep Taufik, perwakilan pelajar SMAN 1 Jatiwangi.
Sementara itu, perwakilan pelajar puteri mengungkapkan kesedihannya tentang fakta-fakta kehidupan pelajar. “Yang sangat dominan adalah pacaran yang kini telah dianggap lazim di kalangan generasi muda-mudi kita,” ujar Debby Rawuh pelajar puteri saat memaparkan bahwa pergaulan bebas semakin menggila.
Hal itu dibenarkan oleh Twelva, pelajar perwakilan dari SMKN 1 Maja yang mengungkapkan data-data tentang meningkatnya pergaulan bebas di kalangan pelajar. “Survey Komnas Anak di 12 Propinsi menyatakan bahwa 93,7% dari 4500 remaja yang disurvey pernah bercumbu. Sebanyak 62,7% remaja SMP udah nggak perawan, dan sebanyak 21,2% remaja SMA pernah melakukan aborsi,” ujarnya.
“Berbagai persoalan yang menimpa para pelajar tersebut terjadi karena para remaja telah teracuni dengan ide-ide sekularisme atau ide pemisahan agama dari kehidupan,” ujar Zaenal Mutaqin, pembina LDSHTI. Turunan dari ide sekularisme itu yang menyerang remaja adalah ide kebebasan, sehingga para remaja Islam tak mau terikat lagi dengan syariah.
Di zaman globalisasi sekarang budaya westernisasi sangat menjamur di kalanga remaja, bukan hanya saja di kalangan anak-anak kota saja tetapi juda menimpa anak-anak pedesaan. “Jika mereka tidak disadarkan maka mereka bisa jadi menjadi generasi sampah. Maka dari itu untuk menyelamatkan mereka kita kaji Islam secara menyeluruh,” tegas Ahmad Wijaya pelajar MAN Jatiwangi.
Selain diisi para orator perwakilan para pelajar, tampil juga orator perwakilan dari Mahasiswa. Jajat Heriyanto, salah seorang aktivis mahasiswa yang pernah ikut dalam ikrar bersejarah bersama ribuan mahasiswa dalam Sumpah Mahasiswa 2009 di Jakarta menegaskan bahwa kita harus merekonstruksi sumpah pemuda.
“Sumpah Pemuda dikatakan sebagai titik tolak ukur untuk suatu perubahan atau mengarah kebangkitan, tetapi nyatanya masalah multidimensional terus ada dan semakin banyak,” tegas ketua Gerakan Mahasiswa Pembebasan Majalengka. Maka harus ada ikrar yang berakar pada akidah Islam, lanjutnya.
Mengakhiri acara, para pelajar juga tak ketinggalan dengan para pemuda pada tahun 1928 lalu. Mereka juga mengikrarkan dengan apa yang mereka sebut sebagai “Sumpah Pelajar Islam”.
“Sumpah Pemuda hanya mampu menggerakkan pemuda Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan fisik yang dulu dialami oleh Indonesia. Namun, berhadapan dengan penjajahan-penjajahan intelektual, kebanyakan pemuda sekarang lengah,” ujar Asep Saepullah pelajar SMAN 1 Majalengka dalam pengantarnya sebelum pembacaan ikrar.
Dalam ikrar sumpah pelajar tersebut, mereka menyatakan siap untuk patuh serta tunduk kepada aturan Allah Swt. Mereka juga menyatakan bahwa sistem sekuler merupakan sumber penderitaan dan membahayakan bagi generasi muda. Mereka juga menyatakan siap menjadi pelajar yang selalu terikat dengan aturan Syar’i, serta bersedia ikut serta dan berperan aktif dalam akvitas dakwah di kalangan pelajar.
Demikianlah, semoga acara ini menjadi tonggak kebangkitan para remaja dan pelajar Islam untuk Indonesia yang lebih baik seperti dipaparkan panitia. []media infokom LDSHTI Majalengka