Stok gas yang semula direncanakan diekspor ke Amerika, harus segera dibatalkan dan dialihkan untuk mencukupi kebutuhan gas di dalam negeri, terutama untuk industri.
Pemerintah juga harus membatalkan penjualan gas murah ke China. Hal itu ditegaskan Pengamat Perminyakan Kurtubi ketika dihubungi, Minggu (4/11).
Agar kebutuhan gas dalam negeri terpenuhi, caranya adalah mengalihkan ekspor yang tadinya direncanakan ke Amerika untuk tetap dalam negeri.
“Hari ini barangnya pun ada, lebih baik dialihkan ke Priok sana,” ujarnya.
Jika tidak ada langkah cepat untuk mencukupi kebutuhan gas dalam negeri, ia khawatir akan berdampak luas. Bagi industri, tidak pernah bisa berproduksi optimal dan tidak bisa menyerap tenaga kerja maksimal.
Sedangkan PLN kalau kekurangan pasokan gas, biaya listrik bisa melejit, tarif listrik dinaikkan, rakyat jadi korban.
“Padahal ini karena kelalaian pemerintah yang tidak mengalokasikan gas secara cukup.”
Untuk jangka panjang, ia menekankan perlunya dilakukan perubahan tata kelola gas. Sebab kondisi saat ini karena kesalahan tata kelola.
“Pengelolaan gas di BP Migas, ini bukan perusahaan minyak sehingga dia tidak bisa membangun pabrik LNG. Dia tidak bisa menjual sendiri gas milik negara, sehinga menyuruh orang lain.”
Akibatnya, gas yang dijual pihak yang ditunjuk BP Migas inilah, yang dijual dengan harga murah ke luar negeri.
Ditambah lagi, penjualan gas ini tidak memikirkan alokasi yang cukup untuk kebutuhan dalam negeri.
Bukan gas kita tidak ada, tapi karena tata kelola yang salah yang menyebabkan harga gas mahal, dan alokasi tidak cukup.
“Harus ada perubahan tata kelola, karena kalau tidak masalah ini akan berulang terus,” ujarnya.
Ia menyarankan agar BP Migas dibubarkan, dan fungsinya dikembalikan ke Pertamina. Agar Pertamina bisa membangun pabrik LNG tangguh sendiri.
Langkah ini harus dilakukan dengan mencabut UU Migas yang berlaku saat ini. (mediaindonesia.com, 4/11/2012)