Sebuah laporan menyebutkan pembunuhan Muslim Rohingya di Myanmar merupakan hasil rencana terorganisir. Laporan tersebut menyatakan pembasmian etnis minoritas tersebut didalangi partai nasionalis Rakhine, didukung biksu Budha, serta bersekongkol dengan pasukan keamanan setempat. Laporan dari kantor berita Reuters tersebut merupakan hasil wawancara dengan pejabat pemerintah, militer, aparat kepolisian, pemimpin politik, puluhan umat Buddha, serta umat Islam di seluruh kawasan konflik.
Seorang pemimpin dari Partai Perkembangan Nasionalis Rakhine (RNDP), Oo Hla Saw, membantah peran partainya dalam mengorganisir serangan terhadap Muslim Rohingya. Meskipun demikian, ia mengakui terdapat kemungkinan keterlibatan dari pendukung pendahulu partai dengan cara menyerukan nasionalisme kepada warga Rakhine.
“Ketika kelompok tumbuh dengan jiwa nasionalis etnis yang sangat panas, maka akan sangat sulit menghentikan mereka,” ujarnya.
Memang tak terdapat bukti yang menunjukan keterlibatan pemerintah Myanmar, yang didominasi partai nasionalis, dalam kekerasan terhadap Rohingya. Namun pemerintah tampak mengantisipasi masalah dengan menempatkan pasukan di antara desa Muslim dan Buddha bulan lalu.
Kepala Daerah Paik Thay, tempat dimana para keluarga Muslim tinggal berdesakkan tanpa listrik, Shwe Hie Maung (43 tahun) mengatakan, kekerasan terhadap Rohingya tersebut merupakan tindakan rasisme. Pemerintah Myanmar semestinya dapat mengatasi konflik tersebut dalam waktu singkat.
“Ini adalah rasisme. Pemerintah bisa mengatasi ini jika memang ingin hanya dalam lima menit. Tapi mereka tidak melakukan apa-apa,” tuturnya. (republika.co.id, 12/11/2012)