Anak-anak Jalur Gaza yang tengah menghadapi bombardir rudal dan serangan Israel siang dan malam harus menutup pintu dalam menghadapi delegasi yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Liga Arab, dan ikut bergabung bersamanya para menteri luar negeri negara-negara Arab, serta meminta mereka pulang kembali ke negara di mana mereka berasal.
Warga Jalur Gaza tidak ingin “kunjungan wisata” para menteri luar negeri, atau Sekretaris Jenderal Liga. Sebab mereka datang ke Jalur Gaza hanya untuk klaim-klaim dusta bahwa mereka turut merasakan penderitaan mereka, dan mereka datang dalam rangka menunjukkan perasaan cinta kasih dan solidaritas terhadap mereka.
Mereka tidak memberikan bantuan sepeser pun untuk Jalur Gaza, mereka juga tidak membangun satu rumah pun yang dihancurkan selama agresi Israel pada musim dingin tahun 2006, dan mereka tidak mematahkan blokade yang mencekik dan memalukan yang berlangsung terus sejak puluhan tahun. Jadi untuk apa anak-anak Jalur Gaza menyambut mereka, dan mereka membeberakan untuk mereka karpet merah yang berlumuran darah para syuhada’ dan mereka yang terluka?
Warga Jalur Gaza tidak ingin belas kasihan, dan tidak pula bicara manis. Namun yang mereka inginkan adalah senjata canggih dan modern untuk mempertahankan anak-anak mereka dan martabat mereka dalam menghadapi terorisme Israel. Di mana hingga tulisan ini dibuat (19/11) sudah lebih dari delapan puluh nyawa melayang, yang sebagian besar dari mereka adalah anak-anak.
Mengapa mereka tidak bersaing, seperti yang kita lihat dalam beberapa pekan terakhir, untuk memberikan rudal panggul (stinger) anti-pesawat kepada faksi-faksi perlawanan di Jalur Gaza, sehingga mereka bisa menangkal serangan udara Israel, atau bahwa rudal-rudal itu “haram” digunakan untuk melawan Israel, dan haram pula digunakan untuk melindungi kaum Muslim Sunni Palestina?
*** *** ***
Kami juga mempertanyakan para tokoh ulama kaum Muslim dan asosiasi mereka tentang alasan mengapa tidak mengeluarkan fatwa jihad di Palestina, dan mulai berkampanye untuk mengumpulkan sumbangan guna mendukung para mujahidin di Palestina, dan menggunakan masjid-masjid dan mimbar-mimbarnya untuk melakukan semua itu.
Kami merasa pahit dan sakit, sementara kami melihat sebagian besar menteri luar negeri Arab tidak hadir dalam pertemuan untuk membahas apa yang terjadi di Jalur Gaza, yaitu pembantaian yang dilakukan oleh Israel, pesawat, tank dan rudal mereka.
Warga Jalur Gaza tidak ingin para menteri luar negeri dari negara-negara Arab itu sebagai mediator, namun sebagai warga dan mitra. Sebab mediasi itu bagi orang asing, dan bagi Sekretaris Jenderal Liga Arab, bukan bagi anak-anak dari satu darah, satu akidah dan memiliki keprihatinan bersama.
Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Turki telah mengatakan hal yang sebenarnya ketika ia mengatakan selama kunjungannya ke Kairo bahwa Liga Arab tidak melakukan apa-apa untuk rakyat Palestina di Jalur Gaza, dan kami menambahkan dengan mengatakan bahwa Liga Arab itu bersekongkol dengan aib blokadenya dan inisiatif perdamaian yang penuh tipuan, serta berkolusi dengan ketundukannya terhadap masalah pemukiman dan penggalian Israel di al-Quds yang diduduki.
Anak-anak Jalur Gaza, untuk kedua kalinya dan mungkin kesepuluh kalinya, mereka membongkar wajah jelek teroris Israel di depan seluruh dunia, pengorbanan mereka dan darah anak-anak mereka yang syahid, serta mereka tengah menciptakan ketakutan dan trauma dalam hati lebih dari lima juta orang Israel.
Untuk pertama kalinya sejak dimulainya konflik Arab-Israel tujuh puluh tahun yang lalu, tengah terjadi keseimbangan teror. Israel yang biasa hidup mewah dan manja kini tengah merasakan ketakutan dan teror, sehingga kesedihan ini tidak lagi dirasakan oleh anak-anak dari orang-orang Arab saja. Sehingga ini adalah pencapaian terbesar untuk keteguhan legendaris.
Khalid Misyal benar ketika ia mengumumkan dalam konferensi pers di Kairo kemarin bahwa Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel adalah orang yang meminta gencatan senjata, karena ia sangat menyadari akan risiko dan kerugian politik dan manusia yang akan diterima oleh entitasnya, jika ia terus melakukan pembunuhan dan pembantaian, atau mengirim tank-tanknya untuk menyerang Jalur Gaza.
Tepi Barat mulai melakukan perlawanan. Artinya, gerakan intifadha (perlawanan) mulai menggoncangkan tanah di bawah kaki dan pemukimnya. Bahkan kami melihat tanda-tanda kebangkitan di kalangan tokoh-tokoh otoritas, dan kembali ke mata air melalui seruan persatuan dan mengakhiri perpecahan, serta berkumpul dalam parit perlawanan dengan segala bentuknya. Sungguh kami berharap bahwa inisiatif dan sinyal ini menjadi awal dari sebuah lembaran baru, dan tidak untuk menyerap kemacetan jalanan Palestina, di kota-kota dan desa-desa Tepi Barat.
*** *** ***
Rakyat Palestina tidak lagi takut mati atau mengkhawatirkannya. Mereka tidak akan menghentikan perlawanan hingga mereka menerima hak-haknya secara tanpa kurang sedikit pun. Hal ini tampak dengan mulai untuk pertama kalinya rudal “Fajar 5” menembus jantung kota Tel Aviv. Itulah rudal yang telah membuat lembaran baru dalam sejarah, dan menghancurkan semua perimbangan sebelumnya.
Dari sini, kami memperingatkan faksi-faksi perlawanan untuk tidak menerima gencatan senjata dengan persyaratan Israel dan tekanan Arab, bahkan sekalipun imbalannya adalah dibukanya sebagian blokade atau seluruhnya. Ingat, senjata rakyat Palestina adalah untuk membela diri dalam menghadapi barbarisme mesin teroris militer Israel, yang tidak mematuhi standar etika atau kemanusiaan. Sementara membela diri adalah hak yang sah dan dijamin oleh semua konvensi internasional.
Terakhir kami kembali mengulangi seruan kami kepada anak-anak Jalur Gaza yang teguh melakukan perjuangan untuk mengusir para menteri luar negeri negara Arab agar kembali ke negara di mana mereka berasal, namun itu harus dilakukan dengan sopan, dan sampaikan kepada mereka bahwa mereka akan disambut jika mereka datang kembali dengan membawa rudal panggul (stinger) dan lain-lainnya, untuk memastikan penggunaannya secara efektif dalam melawan tank-tank dan kapal-kapal perang Israel yang membombandir Jalur Gaza dan anak-anaknya, serta memperkuat blokadenya atas Jalur Gaza.
Kami berat mengucapkan perkataan “usir mereka” karena kami masih beradab, meskipun mereka layak untuk mendapatkan perlakuan lebih dari itu (alquds.co.uk, 19/11/2012).