HTI Press. Makassar- Hijrah sebagai perubahan besar dalam kehidupan. Menurut Guru Besar tafsir hadist UIN Alauddin, Prof Arifuddin Ahmad menyatakan hijrah bukanlah semata-mata perpindahan tempat atau wilayah tetapi bagaimana kekuatan persaudaraan antara sesame muslim di tempat yang dituju. Ujarnya saat menjadi pembicara di Halqoh Islam dan Peradaban (HIP) edisi 34, Sabtu (24/11) di aula Hotel La Macca, Makassar.
Menegaskan makna hijrah tersebut, Syahrir Nuhun, Lc. M.Th.I Anggota Ikatan Alumni Timur Tengah menjelaskan mata rantai perjuangan panjang rasul yang menunjukkan adanya proses menuju perubahan besar. Perubahan besar itu, menurutnya, tidak lain bahwa perjuangan islam memerlukan adanya Negara. “Karena hukum islam tidak mungkin sempurna di terapkan tanpa adanya Negara,” ujarnya.
Namun, menyiapkan negara sebagai wadah penerapan aturan Allah swt ternyata tidak semudah yang di bayangkan. Kemal Idris Ketua DPD I Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sulsel menyatakan perubahan ini memerlukan usaha yang besar karena perubahan mendasar diawali dengan perubahan persepsi dan pemikiran. kemudian melibatkan kematangan konsep perubahan yang di inginkan agar tidak bergerak serampangan.
“Tapi pertanyaannya, kemana mau berhijrah jika akidah sekularisme telah menjangkiti semua tempat?” imbuhnya diacara HIP bertajuk “Hijrah, menyongsong perubahan besar dunia menuju Khilafah”.
Maka dari itu, Mursalin Abu Rifki Ketua Lajnah Fa’liyah DPD HTI Sulsel mengutip penjelasan pendiri Hizb-ut Tahrir Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani bahwa hijrah adalah berpindah dari darul kufur ke darul islam. “Di sanalah seharusnya umat berada,” ujarnya.[] Iton/fm