MHTI Ajak Muballighah Komitmen Perjuangkan Syariah dan Khilafah
HTI Press. Belum terpenuhinya hak-hak perempuan dan generasi saat ini mengetuk kepedulian MHTI. Banyaknya anak jalanan, kasus trafficking, ditambah lagi dengan banyaknya perempuan yang menjadi komoditas bisnis menambah deretan masalah yang terus menerpa umat. Kunci solusi dari masalah ini adalah diterapkannya syariat Islam dalam naungan khilafah.
“Islam tidak bisa hanya diterapkan tataran ritual saja. Tapi perlu diterapkan sebuah sistem di dalam institusi negara,” kata Ustadzah Nurul Izzati Anggota DPD I Jawa Timur MHTI.
Karena itu, MHTI merasa penting mengajak para muballighot yang memiliki kelebihan ilmu syariat untuk turut berperan dalam sebuah perubahan. Sebanyak 1.000 lebih mubalighot beserta muhibatnya (jama’ah atau santri) dari beberapa kota di Jawa Timur seperti Malang, Pasuruan, Mojokerto, Sidoarjo dan Surabaya menghadiri Liqo’ Muharram 1434 H di Gedung Rohmatul Ummah An Nahdliyah Sidoarjo, Minggu (18/11/2012). Liqa’ Muharam ini adalah bagian dari rangkaian Liqa’ Muharram yang diselenggarakan MHTI di beberapa kota di Indonesia.
Dalam forum tersebut, MHTI menyinggung pembangunan Indonesia yang sudah dilakukan selama 67 tahun, tapi nyatanya 47 juta rakyat masih miskin. Negeri dengan kekayaan sumber daya alamnya ini justru terlilit hutang Rp1,6 trilyun. Ini bukti kegagalan pembangunan oleh sistem kapitalis.
Sistem kapitalisme juga membuat perempuan terhina karena dijadikan sebagai komoditi. Generasi muda rusak akibat eksploitasi seksual, pendidikan kesehatan reproduksi yang menyesatkan. Ancaman kehancuran keluarga juga membayangi dengan adanya amandemen UU perkawinan yang liberal.
Ustadzah Ilmi Zaidah satu diantara pembicara mengatakan perlu adanya negara yang menegakkan semua ketentuan Islam dan semua hukumnya. Negara itu adalah Daulah Islamiyah yang merupakan model negara terbaik untuk menyejahterakan dan memuliakan semua rakyat, tidak hanya umat muslim.
Tegaknya Daulah Islamiyah di Madinah-melalui peristiwa hijrah-menjadi momentum sejarah yang menandai babak baru kehidupan umat Islam. Bahkan di masa Khalifah Umar bin Khattab ditetapkan sebagai patokan awal penanggalan Hijriyah.
Negara Khilafah menjamin kesejahteraan dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis dan berkualitas bagi setiap individu masyarakat, termasuk kota kecil sekalipun. Di Kordoba misalnya, dengan luas wilayah 13.550 km2 memiliki 50 rumah sakit. Khilafah saat itu menyediakan banyak rumah sakit kelas dan dokter dari beberapa kota. Bahkan di Baghdad memiliki 60 rumah sakit dengan 1000 dokter. Khalifah Al Muqtadir Billah memerintahkan setiap unit apotik dan klinik mengunjungi setiap desa.
Negara juga menjamin kesejahteraan bagi suami untuk mencari nafkah. Sehingga ibu tidak disibukkan dengan bekerja dan bisa berperan maksimal mendidik anak-anaknya.
Kini, umat muslim telah 92 tahun hidup tanpa Khilafah. Peran muballighoh untuk kembali mewujudkan Khilafah pun sangat diperlukan. Tidak hanya membatasi penyampaian dakwah hanya pada akhlaq dan ibadah tapi juga menjelaskan tentang hukum Islam secara utuh meliputi politik, ekonomi, pendidikan, sistem moneter dan lainnya.
Ustadzah Retno Sukmaningrum anggota DPP MHTI mengingatkan tiga jenis ulama.Yaitu ‘aalimun billah atau mengetahui Allah, ‘aalimun biamrillah atau mengetahui perintah Allah dan yang ketiga adalah ‘aalimun billah wa biamrillah atau mengetahui Allah dan perintah Allah. Adapun ‘aalimun billah adalah orang yang takut kepada Allah namun tidak mengetahui sunnah. ‘Aalimun bi amrillah adalah orang yang mengetahui sunnah tetapi tidak takut kepada Allah. Sedangkan ‘aalimun billah wa bi amrillah adalah orang yang mengetahui sunnah dan takut kepada Allah. Itulah orang yang disebut-sebut dengan penuh kebesaran di kerajaan langit. (Al Imam Al Hafidz As Suyuthiy Asy Syafi’iy, Al Durr Al Mantsuur).
Atas dasar itu, Muballighoh yang ‘aalimun billa wa biamrillah akan berusaha keras untuk memperjuangakan dan menegakkan hukum dan aturan Allah. Karena dengan cara itulah keridhoanNya akan bisa dicapai. Mereka menjadi garda terdepan dalam perjuangan penegakan Khilafah Islamiyah.
Liqo Muharram 1434 H ini pun direspon positif oleh peserta yang hadir. Seperti yang disampaikan Aminatus pensiunan guru agama SMAN 11 Surabaya. Beliau mengaku senang dengan kegiatan yang diselenggarakan MHTI. Baginya,MHTI sangat bersemangat untuk berjihad. “Saya ikut gini-gini ini supaya bisa terus mengikuti perkembangan pemikiran anak muda sekarang. Biar nggak ketinggalan. Yang diajak HTI ini ya benar. Harusnya memang begitu (terapkansyariah),” katanya.
Menurut Aminatus, untuk mengatasi permasalahan umat memang diperlukan persatuan kaum muslimin. Dan kuncinya harus ikhlas.[]