Laporan terus muncul dari Arab Saudi mengenai kondisi kesehatan Raja Abdullah bin Abdul Aziz setelah menjalani operasi selama empatt belas jam, pada tanggal 14 November 2012, di rumah sakit Riyadh. Arab Saudi, dengan cadangan minyak terbesar di dunia, adalah bagian penting dalam teka-teki tatanan internasional. Dengan hampir berakhirnya era Raja Abdullah, para pangeran generasi kedua yang telah memerintah negara itu selama hampir 80 tahun akan sampai pada suatu prospek meningkatnya ketidakstabilan potensial karena perebutan kekuasaan di antara anggota keluarga yang berkuasa.
Arab Saudi modern adalah hasil ciptaan dari Perjanjian Sykes-Picot pada tahun 1916, yakni suate kesepakatan rahasia antara Inggris dan Perancis yang mendefinisikan lingkup kedua negara itu setelah Perang Dunia I. Ketika itu, Raja Abdul Aziz al-Saud (Ibn Saud) memimpin sekelompok tentara untuk merebut kota leluhurnya, Riyadh, dari keluarga pesaingnya pada tahun 1902. Inggris kemudian menandatangani “Perjanjian Darin” dengan Ibn Saud yang mempersatukan tanah Keluarga Saud sebagai wilayah protektorat Inggris pada Desember tahun 1915. [1] Wilayah pesisir barat, Hijaz, bersama dengan Mekkah dan Madinah selanjutnya diambil oleh Ibn Saud pada tahun 1925. Dia kemudian memanfaatkan 22 kali pernikahannya untuk membentuk dan mengendalikan kerajaan yang luas. Namun, aliansi dekat dengan Amerika lah yang membantunya menangkal ancaman terhadap negara yang baru lahir itu. Ia menandatangani perjanjian konsesi dengan Standard Oil of California (sekarang menjadi Chevron) pada tahun 1935, termasuk menyerahkan kewenangan substansial atas ladang minyak Saudi. Standard Oil kemudian mendirikan anak perusahaan di Arab Saudi yang bernama Perusahaan Minyak Arab Amerika (Aramco), yang sekarang sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Saudi.
Ada tiga pilar utama yang Kerajaan Saud, yang memungkinkan untuk memainkan peran utama di wilayah tersebut. Yang pertama adalah dominasi keluarga kerajaan Saudi dalam politik. Keluarga kerajaan Saudi secara efektif adalah sebuah oligarki yang telah membentuk suatu monarki absolut, yang diatur oleh konsensus. Akibatnya, keluarga terus mendominasi arsitektur politik negara tanpa adanya pusat-pusat kekuasaan lain. Tahta Arab Saudi berpindah tangan melalui perpindahan kekuasaan yang masih tetap berada dalam klan Saud. Ibn Saud diyakini memiliki setidaknya 70 anak, dengan sedikitnya 16 anak yang masih hidup. Mereka dan keturunannya membentuk inti dari sekitar 200 pangeran yang memegang sebagian besar kekuasaan. Perkiraan jumlah pangeran berkisar lebih dari 7.000 pangeran. Jumlah keluarga yang besar itu memungkinkan untuk mengontrol sebagian besar jabatan penting kerajaan dan memiliki keterlibatan dan kehadiran di semua tingkat pemerintahan. Kementerian kunci diberikan kepada keluarga kerajaan, seperti kekuasaan gubernur di tiga belas wilayah.
Keluarga Saud tahu bahwa para elit mereka memerintah dengan buruk. Arab Saudi adalah sebuah negara yang, seperti ditegaskan oleh namanya, didasarkan pada loyalitas dan bukan kepada wilayah atau ide namun pada sebuah keluarga. Abdulaziz Ibn Saud, yang mendirikan negara itu bersama dengan anaknya Faisal bin Abdulaziz (raja ketiga), mendominasi generasi pertama penguasa Saudi. Generasi kedua didominasi oleh “Tujuh Sudeiri ” – yakni tujuh anak dari istri favorit Ibn Saud, Hassa binti Ahmad al-Sudeiri – yang mengawasi kehidupan politik, sering bertindak sebagai raja, yang memberikan perpaduan kepada keluarga dan struktur kekuasaan. Namun, kelompok itu menghilang. Mahkota Pangeran saat ini, Salman, Sudeiri tertua yang keenam, berusia 76 tahun. Pada generasi ketiga, ada 19 cucu yang akan bersaing dengan 16 anak-anak yang masih hidup dari Ibn Saud di Dewan Kesetiaan, yang diangkat pada tahun 2006 untuk meresmikan proses suksesi. Dan ada banyak lagi cucu-cucu di luar dewan itu.
Pilar kedua telah menjadi jaringan patronase yang banyak dan kompleks yang didirikan untuk mengkonsolidasikan kontrol negara yang kaya minyak itu. Keturunan Muhammad ibn Abd al-Wahhab, pendiri mazhab Wahhabi di abad ke-18 hanya menjadi prestise kedua kepada keluarga kerajaan yang dengannya mereka membentuk pakta saling mendukung dan pembagian kekuasaan pengaturan kekuasaan selama hampir 300 tahun yang lalu [2]. Pakta ini mempertahankan dukungan Wahhabi bagi pemerintahan Saud dan dengan demikian menggunakan kewenangannya untuk melegitimasi kekuasaan keluarga kerajaan. [3] Posisi keagamaan yang paling penting terikat erat dengan keluarga al Saud oleh adanya perkawinan kelas atas. Para ulama telah mengangkat keluarga kerajaan sebagai pembela Islam melalui upaya internasional mereka dalam membangun masjid. Dalam situasi di mana masyarakat mempertanyakan beberapa kebijakan keluarga kerajaan, para ulama akan mengeluarkan fatwa untuk membelokkan perbedaan pendapat apapun. Mufti Besar Arab Saudi mengeluarkan sebuah fatwa yang menentang demonstrasi di tengah maraknya Musim Semi Arab; fatwanya termasuk “ancaman yang hebat terhadap perbedaan pendapat internal” [4] Pilar ketiga dan terakhir adalah kekayaan tambang negara, yang terkonsentrasi di tangan keluarga kerajaan dan tangan beberapa keluarga lain yang mendapat posisi yang baik. Para bangsawan menerima tunjangan dengan jumlah bervariasi, tergantung pada posisi mereka pada garis keturunan Raja Abdul-Aziz. Memiliki ladang minyak terbesar di dunia telah memungkinkan keluarga kerajaan memiliki sarana untuk membangun dan memelihara jaringan patronase yang membantu mereka membangun aliansi kesukuan.
Arab Saudi telah membangun hubungan luar negeri untuk melindungi dan memperkaya monarki dan pada akhirnya memperkaya keluarga Saud. Dalam konteks kekayaan mineral yang besar dan militer, peran Arab Saudi di dunia sebagian besar terbatas pada kepemimpinan simbolis belaka dikarenakan menjadi pemilik atas dua tempat suci Islam, Mekkah dan Madinah, dalam wilayah negaranya. Arab Saudi telah memainkan peran dalam beberapa isu regional seperti menjadi tuan rumah dalam negosiasi untuk solusi dua negara dan menjadi tempat bagi pangkalan militer AS. Hal ini didominasi oleh keluarga kerajaan yang telah mempertahankan keseimbangan internal, yang membuat mereka tetap berada dalam kekuasaan. Arab Saudi adalah negara yang dibuat oleh keluarga Saud bagi keluarga Saud dan ketika salah satu rajanya akan mengakhiri kekuasaanya kemungkinan besar akan ada perebutan kekuasaan dari berbagai kelompok pangeran yang jumlah tepatnya sukar ditebak oleh siapa pun. (RZ: http://www.revolutionobserver.com/2012/12/the-house-of-saud.html)
Sumber:
[1] Wilkinson, John C. (1993). Frontiers Saudi: Arabia’s Frontiers: the Story of Britain’s Boundary Drawing in the Desert. pp. 133–39.
[2] http://www.meforum.org/482/the-power-of-saudi-arabias-islamic-leaders
[3] Al-Rasheed, Madawi (2010). A History of Arab Saudi. hlm 16.
[4] A fatwa from the Council of Senior Scholars in the Kingdom of Saudi Arabia warning against mass demonstrations, Asharq al awsat News, October 2011, retrieved 1 October 2012,