Prihatin Kondisi Remaja Era Kapitalisme, MHTI DPD I Jatim Gelar Konferensi Remaja Islam

HTI Press, Surabaya. Di tengah kontroversial kasus arisan mesum pelajar di Situbondo dan euforia berita akan ditutupnya lokalisasi Dolly, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Jatim menyelenggarakan Konferensi Remaja Islam (16/12). Dibuka pukul 08.30 WIB di Gedung Wanita Graha Kencana, sekitar 700 pelajar Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo menghadiri konferensi tersebut.

Konferensi Remaja Islam (KRI) kali ini mengusung beberapa tema-tema khas remaja seperti isu generasi, dan pergaulan bebas. Di kota yang terkenal dengan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara tersebut, KRI membuka wawasan remaja muslimah yang hadir dengan 5 orasi yang dibawakan oleh remaja muslimah pula. Orasi pertama bertema Remaja Dalam Budaya Yang Rusak” dibawakan oleh Pranadya Tania Putri, pelajar SMA Negeri 2 Surabaya. Orasi kedua yang bertema “Derita Remaja Dalam Pendidikan Sekuler yang Berorientasi Ekonomi” disampaikan oleh Ramadhani Dwi Susanti asal SMAN 15. Berturut-turut orasi yang dibawakan bertutur mengenai “Remaja Dalam Derita Kemiskinan”,  “Remaja Dalam Politik yang Menipu”, dan “Be The Real Agent of Change”.

Pada sesi berikutnya, beberapa remaja muslimah berbagi kisah hidupnya dalam menemukan Islam. Niswah Silmi Fatimah, siswi SMA Negeri 5 bercerita soal dirinya ketika menghadapi ujian nasional. Hampir semua kawan-kawan di kelasnya memilih untuk menggunakan kunci jawaban, sedangkan Silmi bersikukuh untuk tetap tidak ikut mencontek. Silmi kala itu sudah memiliki pemahaman bahwa mencontek itu perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. “Saya percaya bahwa dengan Islam, saya bisa jadi siswa yang berprestasi dan mencapai apa yang saya inginkan. Alhamdulillah, memang benar. Saya pun dimudahkanNya. ”

Lain lagi dengan cerita Intania Putri. Siswi SMP Negeri 19 Surabaya itu menceritakan awal mula perkenalannya dengan dakwah Islam. “Awalnya saya ngaji diajak ibu yang lebih dulu mengkaji Islam, terus diperkenalkan dengan mbak-mbak aktivis MHTI. Saya masih ingat, pertama yang dibahas waktu itu soal menutup aurat, mengenakan jilbab,” kisahnya. Intania makin mengetahui Islam yang sebenarnya. “Ayo…buatlah  energi kita untuk memperjuangkan dan mendakwahkan Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyah!” pesannya pada peserta remaja lainnya.

Selain 5 orasi remaja, terdapat 2 orasi yang disampaikan masing-masing oleh ketua panitia, Siti Zulaikha dan ketua DPD Jatim MHTI, Nurul Izzati. Di sela-sela rangkaian orasi, peserta diajak menyimak tayangan video perjuangan Islam dari penjuru dunia. Tak kalah menarik, terdapat perpaduan teatrikal bendera Al Liwa dan Ar Rayya dan puisi yang dibawakan dengan apik mahasiswi ITS. Menjelang akhir konferensi, dibuka sesi tanya jawab. Dari berbagai macam pertanyaan yang dilontarkan peserta, tampak antusiasme dan rasa penasaran remaja muslimah terkait Khilafah cukup tinggi.

Ketua DPD MHTI Nurul Izzati juga mengajak agar para remaja turut serta dalam perubahan. Yaitu dengan memperjuangkan Khilafah. Sejarah membuktikan, remaja menjadi garda terdepan dalam setiap perubahan rezim. Era kemerdekaan dan revolusi Eropa adalah contoh perubahan yang digerakkan oleh remaja atau pemuda. Apalagi saat ini, remaja dirundung banyak persoalan. Sebanyak 40-70 ribu remaja putri dijual, freesex sudah sangat memprihatinkan. Padahal Indonesia saja memiliki 70 juta remaja atau setara dengan 13 kali penduduk Singapura. Artinya jika para remaja tersebut mempunyai kesadaran hidup dan tujuan untuk menerapkan Islam dan mendirikan Khilafah, maka perubahan kondisi bisa diwujudkan.

Siti Zulaikha ketua panitia yang juga menjadi pembicara, ditemui usai acara mengatakan sudah saatnya Khilafah diperkenalkan kepada para remaja sebagai solusi terbaik. “Sehingga Khilafah tidak hanya dikenal di kalangan muballighoh atau intelektual saja, tapi juga remaja,” ujarnya.

Melalui konferensi ini, diharapkan para remaja bisa mengajak teman-temannya untuk berjuang bersama menerapkan syariat dan menegakkan Khilafah. Ajakan ini pun disambut positif. Siswa MAN Sidoarjo Meni misalnya merasa semakin bersemangat untuk mengajak teman-teman seusianya bangkit dengan Islam.

Nada serupa juga disampaikan siswi SMPN 36 Surabaya Meidillah dan siswi kelas 3 SMA Bina Bangsa Surabaya Evi Nuryanti. Keduanya setuju dengan penegakan Khilafah. Mereka yakin Khilafah yang menjadi solusi terbaik atas permasalahan yang menimpa remaja. “Saya makin yakin tentang Islam. Dan setuju dengan Khilafah, mau ngajak (teman) lebih banyak lagi untuk mengubah kondisi sekarang,” ujarnya.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*