Rencana Presiden SBY dan Wapres Boediono turut merayakan puncak Natal pada 27 Desember terus menuai kontra hingga ormas Persatuan Islam (Persis) angkat bicara. “Sangat disayangkan, karena meskipun mereka kepala negara dan wakil kepala negara tetap saja haram!” ungkap Prof Dr Maman Abdurrahman, Ketum Persis, kepada mediaumat.com (15/12).
Menurutnya, keharaman seorang Muslim untuk mengucapkan selamat apalagi turut merayakan natal sudah jelas.Sehingga tidak usah sampai kepala negara yang Muslim itu sampai menghadiri acara tersebut. “Urusan perayaan ibadah mereka itu bisa diserahkan ke Kementrian Agama Dirjen Katolik dan Dirjen Protestan,” sarannya.
Maman pun menyebutkan empat faktor yang membuat orang Islam turut berpartisipasi dalam perayaan Natal. Pertama, mereka termakan oleh kata toleransi yang kebablasan sehingga ikut-ikutan. Kedua, memahaman tentang Islamnya sangat lemah. Kalau akidahnya sudah mapan pasti tidak akan ikut-ikutan. Ketiga, orang-orang Kristen memiliki media yang sangat luas dan sangat banyak, baik cetak maupun elektronik sehingga seolah-olah semua orang merayakan natal bersama.
Keempat, ada juga orang yang dengan serampangan menyamakan natal dengan maulid. Maulid itu hari kelahiran Nabi Muhammad SAW sedangkan natal itu bukan hari kelahiran Nabi Isa/Yesus as tetapi hari kelahiran Tuhan Anak. Jadi mereka itu mengangapnya sebagai tuhan bukan nabi. “Walau pun di Persis, kami tidak merayakan maulid, jelas beda antara maulid dengan natal,” pungkasnya. (mediaumat.com, 20/12/2012)