Khilafah Melindungi Perempuan Dari Kemiskinan Dan Eksploitasi

HTI Press. Sabtu, (22/12), berbarengan dengan peringatan Hari Ibu, sebuah Konferensi Perempuan Internasional yang digagas oleh Hizbut Tahrir Indonesia bekerjasama dengan Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir berlangsung di Puri Agung Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Indonesia. Tema yang diusung dalam Konferensi ini ,”Khilafah : Melindungi Perempuan dari Kemiskinan dan Eksploitasi”. Acara ini dihadiri oleh muslimah dari belahan dunia seperti Afrika, Australia, Timur Tengah, Inggris, Malaysia, dan tentunya termasuk Indonesia.

Peserta pada sesi awal ini diajak untuk menyambut seruan dan perintah Allah SWT dalam Al Quran (Al Anfaal: 24) untuk menyambut setiap seruan kebaikan dari Allah dan Rasul-Nya, termasuk seruan untuk menerapkan syariah dan menegakkan Khilafah. Seruan inilah yang akan mendatangkan kebaikan bagi manusia termasuk perempuan.

Acara ini kemudian dilanjutkan dengan penayangan video singkat tentang Rasulullah Muhammad SAW sebagai pembawa risalah Allah untuk menerapkan aturan Islam dalam kehidupan. Aturan yang kemudian diakui oleh dunia telah berhasil menghasilkan peradaban mulia dan agung dan memberikan rahmat bagi seluruh alam.  Di sisi lain, saat aturan Islam dalam naungan Khilafah Islamiyyah digantikan dengan sistem Kapitalisme, dunia pun mengakui kehancuran kehidupan, termasuk pada perempuan.

Sejalan dengan itu, dalam sambutannya Ketua DPP MHTI, Ustadzah Ratu Erma, menyampaikan pentingnya pelaksanaan konferensi hari ini untuk membahas akar persoalan eksploitasi perempuan dan solusi hakiki atas ini. Tentunya solusi itu hanya lahir dari aturan Islam yang agung.

Fika M Komara, orator pertama, menyampaikan bahwa sistem Kapitalisme-lah yang sejatinya melegalkan dehumanisasi massal (eksploitasi) atas perempuan. Pemimpin negeri-negeri muslim telah gagal memberikan kesejahteraan pada perempuan dan sebaliknya justru menjadikan perempuan sebagai barang untuk dieksploitasi. Hal ini tentu sesuai dengan sifat dasar Kapitalisme yaitu menilai segalanya dengan materi. Hal ini jelas berbeda dengan sistem Islam yang akan melindungi kaum muslim dan tidak akan menilai sesuatu hanya dengan standar materi.

Orasi kedua disampaikan oleh central media office (CMO) Muslimah Hizbut Tharir dari Asia Selatan, Ummu Musab, yang dibacakan oleh Ustazah Isma Kholil menjelaskan tentang perbudakan perempuan abad 21 melalui pasar bebas. Ketika pengelolaan sumberdaya alam dikuasai oleh segelintir orang yaitu pemilik modal sementara negara lepas tangan maka semakin terpinggirkanlah masyarakat kecil dengan penderitaannya. Negara Kapitalis besar kemudian juga menggelontorkan aturan yang semakin mengikat negeri-negeri muslim untuk tergantung, salah satunya tergantung dengan hutang. Inilah kebohongan besar negara kapitalis yang menyebabkan semakin menderitanya kaum muslim termasuk perempuan.

Menjelang siang, acara Konferensi Perempuan Internasional (KPI) diselingi dengan pembacaan puitisasi narasi oleh Dewi Ana Murti, Retno Wijayanti, dan Ummu Salamah yang berisi tentang perempuan dalam kehidupan belantara kapitalisme. Kapitalismelah penyebab kemiskinan yang telah merampas kehormatan perempuan. Seketika keharuan pun menyeruak, para peserta menangis meresapi puisi tentang penderitaan para Muslimah tersebut.

Setelah sajian puitisasi yang mengesankan, semangat peserta dibangkitkan kembali dengan orasi ketiga oleh Imrana. Ia mewakili  anggota Central Media Office (CMO) Hizbut Tahrir dari Barat, mengenai ‘Model Sukses Perempuan Barat’. Dalam orasi ini digambarkan bagaimana kesuksesan hakiki seorang perempuan, seperti Allah katakan dalam Al quran surat An-Nur: 152, bahwa orang sukses adalah mereka yang paling bertakwa pada Tuhannya.

Namun gambaran kesuksesan perempuan barat, nyatanya telah menjadi suatu kesesatan menakutkan. Sebab mereka seringkali digambarkan sebagai wanita karir sukses namun tidak dalam urusan pribadi mengurus anak dan suami. Mereka akan mengalami frustasi ketika tidak bekerja. Imrana menjelaskan, sejatinya dunia tidak benar-benar membuat wanita lebih kaya dari pria, semua hanyalah trik halus di balik eksploitasi perempuan yang dipaksakan bekerja lebih keras.

Ummu Khalid, CMO asal Asia Tengah, selaku orator ke empat pun melengkapi acara dengan orasinya terkait ‘Kegagalan Model Islam Moderat dalam Menjamin Hak Ekonomi Perempuan’. Saat ini, umat Islam disuguhkan dengan opini mengenai sistem kepemimpinan yang diterapkan adalah sistem Islam. Padahal sistem itu tak lain hanyalah sistem sekuler yang berusaha disandingkan dengan aturan Islam. Tidak akan pernah sedikit pun ada kemuliaan dengan kondisi semacam ini, seperti firman Allah dalam surat Ali Imran: 85.

Selanjutnya, tepat pukul 12.00 WIB, acara diistirahatkan sejenak selama satu jam. Agar para peserta dapat relaksasi, sholat, dan makan, demi mempersiapkan diri ke acara berikutnya.[]

Banyaknya peserta yang hadir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*