HTI Press, Sumedang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) mengancam remaja, pasalnya seks bebas kini menjadi tren penyebaran virus yang mematikan tersebut. Lebih parah lagi, tren seks bebas penyebab HIV saat ini terjadi di kalangan remaja atau pelajar di Sumedang. Terdapat 64 juta remaja di Indonesia, artinya jumlah populasi remaja di Indonesia hampir mencapai 27,6% dari jumlah populasi penduduk Indonesia.
Ustadz Agus Nasrul Suryana, S.S (HTI DPD I Jawa Barat) mengungkapkan begitu banyak diantara remaja saat ini mengalami disorientasi bukan hanya karena menghadapi krisis internal keluarga, tetapi juga karena serbuan nilai-nilai dan gaya hidup yang berasal dari luar Islam. Misal, gaya hidup hedonistik, materialistik dan permissif sebagaimana banyak ditayangkan dalam saluran program TV Indonesia, hanya mempercepat disorientasi karakter dan kepribadian remaja.
Hadir sebagai pembicara, ustadz Hakim Abdurrahman, S.Si (Pembina Kelompok Ilmiah Remaja SMP al-Ma’soem/Penulis buku bergenre sains-religius) menjelaskan bahwa basis pendidikan kapitalis yang bercorak sekularistik (memisahkan agama dari kehidupan) sebagai akar permasalahan telah nyata menampakkan dampak yang bertubi-tubi. Akibatnya, tidak heran kalau banyak remaja, terutama remaja Islam hampir tidak memiliki sikap dan karakter keislaman yang kuat. Banyak di antara anak-anak yang alim dan bajik di rumah, tetapi nakal di sekolah, terlibat dalam tawuran, penggunaan obat-obat terlarang, seks bebas dan bentuk-bentuk pergaulan bebas lainnya. Terbentulah remaja-remaja yang mengalami kepribadian terbelah (split personality).
Di satu sisi, profesi guru sebagai penyampai pengetahuan (transfer of knowledge) dan penyampai nilai (transfer of value) memiliki peranan strategis sebagai penentu kecenderungan (trend setter) perubahan remaja, bahkan guru secara langsung bertindak sebagai agen perubahan itu dalam ranah yang khas, yaitu perubahan berbasis pendidikan. Adalah sebuah sikap yang ahistoris ketika memisahkan peranan guru dengan perjalanan bangsa ini. Kasatnya tanpa guru tak ada bangunan bangsa ini. Ungkapan guru sebagai sosok yang digugu lan ditiru adalah ungkapan yang memastikan posisi strategis itu betapa berpengaruhnya pola pikir dan pola sikap seorang guru di tengah kehidupan remaja. Tidak sekedar mewarnai, bukan sebagai pihak tertuduh (defensive apologetic), tetapi senantiasa aktif karena perubahan memang suatu yang bersifat aktif, bukan pasif. Sehingga remaja menjadi objek sekaligus subjek utama pelaku perubahan masyarakat yang akan mengantarkan kepada kehidupan yang lebih baik, yang terpaut pada nilai yang tidak berubah pada situasi dan kondisi apa pun, dimana pun dan kapan pun, yakni Islam.
Dalam kesempatan yang menghadirkan sekitar 450 remaja se-Sumedang di Graha Insun Medal (GIM), kabupaten Sumedang, panitia LDS HTI Sumedang menyeru dan mengajak seluruh peserta yang hadir untuk bergabung dalam barisan klub dakwah agar turut serta menjadi agen perubahan yang senantiasa merevolusi cara dan gaya berfikir konservatif masyarakat yang telah terbukti tidak memberikan pengaruh yang signifikan dan malah merusak tatanan kehidupan yang mulia. LDS HTI selalu siap mempersiapkan remaja dan masyarakat agar menyadari dan memahami betapa pentingnya kebangkitan Islam segera diwujudkan dan disegerakan demi menyongsong abad kemenangan, demi menyongsong abad Khilafah.[]