Konferensi Perempuan Internasional Muslimah HTI: Kebebasan Finansial Bukan Ukuran Kesuksesan Wanita
Hidayatullah.com–Untuk yang kedua kalinya, hari Sabtu (22/12/2012) Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (M-HTI) mengadakan konferensi internasional. Konferensi yang diadakan di Grand Sahid Hotel Jakarta ini mengangkat tema tentang “Khilafah: Melindungi Perempuan dari Kemiskinan dan Eksploitasi”.
Konferensi Perempuan Internasional yang diadakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia ini membahas tentang penderitaan yang melanda kaum perempuan di Indonesia dan berbagai belahan dunia. Acara ini dihadiri oleh muslimah dari belahan dunia seperti Afrika, Australia, Timur Tengah, Inggris, Malaysia, dan tentunya termasuk Indonesia.
“Ini yang kedua kalinya MHTI mengadakan konferensi, sebelumnya konferensi berlangsung di Tunisia pada bulan Maret 2012,” ujar Ratu Erma, Ketua Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia saat pembukaan konferensi, Sabtu (22/12/2012).
Dalam konferensi kali ini, kata Erma, akan menjelaskan bagaimana sistem Khilafah dapat melindungi perempuan dari perbudakan dan kemiskinan.
“Kapitalisme telah memaksa perempuan untuk bekerja. Wanita Asia lebih memilih untuk menjadi buruh migran karena alasan kemiskinan,”, ujarnya.
Ia juga menyebutkan bahwa M-HTI telah mengadakan penelitian lapangan untuk daerah yang mengeksploitasi perempuan.
“Di Jawa Barat, perempuannya harus bekerja delapan sampai sembilan jam sehari dan hanya dibayar Rp. 600 ribu sedangkan kalau tidak masuk kerja dipotong gaji. Ini adalah eksploitasi perempuan dari sisi finansial,” paparnya.
Menurutnya negara Indonesia telah memakai sistem di luar Islam dan ini merupakan kemaksiatan dan kufur nikmat terhadap Allah Subhanahu Wata’ala.
Ia juga mengatakan ada persepsi keliru yang telah dibuat oleh kapitalis jika wanita bekerja maka akan mengentaskan kemiskinan dan ini merupakan salah satu bentuk eksploitasi.
“Partisipasi perempuan dalam dunia kerja adalah eksploitasi perempuan,” ujarnya.
Maka, kata Erma, tidak ada jawaban lain untuk mengentaskan kemiskinan selain menerapkan syari’at Islam. “Saya harap konferensi ini akan membawa pengaruh besar terhadap umat, utamanya pada perempuan,” tutupnya.
Peserta yang hadir pada konferensi ini diperkirakan sebanyak 1500 orang berasal dari negeri-negeri Muslim. Para peserta beragam latar belakang seperti akademisi, mahasiswi, tokoh masyarakat, mubalighah, aktivis, perwakilan organisasi perempuan, jurnalis dan lain sebagainya. Mayoritas peserta berasal dari berbagai daerah di pulau Jawa dan sekitarnya.* (Sumber: Hidayatullah.com)