Tak perlu ditunjukkan kesalahannya, Kristen mulai ditinggalkan oleh pemeluknya. Inilah yang terjadi di Inggris Raya. Banyak orang Kristen di Inggris dan Wales yang tak lagi mau menyatakan dirinya Kristen.
Seperti yang dilansir guardian co.uk (11/12) pemeluk Agama Kristen bisa menjadi kaum minoritas di Inggris dan Wales pada tahun 2018. Hasil analisis sensus terbaru menunjukkan penurunan lebih dari 4 juta jumlah orang yang menyatakan diri beragama Kristen.
Penurunan pemeluk Kristen terjadi dalam sejumlah besar penurunan jumlah orang yang menganut agama manapun, meskipun tren ini sebagian diimbangi oleh peningkatan 1.6 juta jumlah pemeluk Islam.
Pihak sekularis menuding tren untuk menjauhi agama Kristen merupakan peringatan bagi otoritas gereja atas sikap konservatif mereka yang berakibat buruk pada masyarakat. Seperti penolakan penahbisan uskup perempuan dan penolakan terhadap legalisasi perkawinan sesama jenis.
Agama Kristen masih menjadi agama terbesar di Inggris dan Wales. Terdapat 33,2 juta pemeluk atau 59 persen dari jumlah penduduk menyatakan mereka beragama Kristen. Namun, terdapat 14,1 juta orang atau seperempat dari jumlah penduduk yang mengatakan mereka tidak beragama (atheis).
Jumlah terbesar orang yang tidak beragama terdapat di kantong-kantong mahasiswa Brighton dan Norwich, di mana lebih dari 42 persen mahasiswanya mengatakan mereka tidak memiliki afiliasi keagamaan. Lalu diikuti oleh wilayah Selatan Wales Bleanau Gwent, Caerphilly dan Rhondda (semuanya sekitar 41 persen).
Seorang juru bicara untuk Gereja Inggris mengatakan, angka itu “menegaskan bahwa kami tetap merupakan bangsa yang beragama” tetapi mengakui “penurunan terhadap orang yang mengaku dirinya sebagai orang Kristen adalah sebuah tantangan”.
British Humanist Action (BHA) mengalkulasi bahwa jika perubahan jumlah pemeluk Kristen selama dekade tahun 2011 berlanjut pada tingkat linear, pemeluk Kristen akan menjadi minoritas pada sensus bulan September 2018.
BHA mengatakan angka-angka pada sensus itu digunakan di parlemen untuk membenarkan perluasan sekolah-sekolah agama, uskup-uskup pada Majelis Tinggi Parlemen Kerajaan Inggris (House of Lords).
Jumlah Muslim Meningkat
Saat pemeluk Kristen menurun, di sisi lain orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Muslim pada tahun 2011 berjumlah 2,7 juta, naik dari 1,55 juta pada tahun 2001. Kaum Muslim kini mencapai 4,8 persen dari jumlah penduduk, dibandingkan dengan 3 persen pada tahun 2001. Populasi Muslim sangat terkonsentrasi, di mana 12,4 persen penduduk London sekarang beragama Islam, diikuti oleh wilayah West Midlands, Yorkshire dan Humber (keduanya di bawah 7 persen).
Wilayah dengan populasi Islam yang berkembang paling cepat adalah Redbridge di London, yang tumbuh sebesar 11,4 persen selama satu dekade, dan Luton dan Slough, yang keduanya naik 10 persen.
Peningkatan jumlah pemeluk Islam di Inggris antara lain disebabkan semakin banyaknya mereka yang memeluk agama Islam. Sebuah studi yang dilakukan oleh kelompok Faith Matters menemukan jumlah mualaf di Inggris kini telah melewati 100.000 orang. Jumlah ini naik dua kali lipat dalam sepuluh tahun. Laporan itu memperkirakan bahwa hampir dua-pertiga mualaf itu adalah kaum perempuan, dengan usia rata-rata 27 tahun—seperti halnya Matthews.
Yang menarik meskipun Islam terus menerus disudutkan, mereka yang memeluk agama Islam justru meningkat. Survei YouGov baru-baru ini menyimpulkan bahwa lebih dari setengah masyarakat Inggris percaya Islam adalah pengaruh negatif yang mendorong ekstremisme, penindasan perempuan dan ketidaksetaraan. Namun statistik membuktikan konversi Islam menunjukkan perkembangan yang signifikan. Islam adalah agama yang berkembang tercepat di dunia.
Menurut sosiolog Brice salah satu faktor kenapa banyak wanita Inggris yang memeluk Islam karena agama Islam menekankan pada kewajiban menghormati orang tua dan perempuan. “Banyak orang, dari semua lapisan masyarakat, meratapi hilangnya tradisi menghargai orang tua dan perempuan, misalnya. Ini adalah nilai-nilai yang termuat dalam Alquran, yang umat Islam harus hidup dengannya,” ujar Brice.
“Banyak perempuan mualaf di Inggris juga mengonversi agamanya karena tertarik dengan kehangatan hubungan di antara sesama Muslim. “Beberapa tertarik untuk merasakan kembali nilai-nilai yang telah mengikis di Barat,” kata Haifaa Jawad, dosen senior di Universitas Birmingham yang telah mempelajari fenomena konversi agama.
Berkaitan dengan penambahan jumlah Muslim ini Julian Bond, Direktur Forum Islam Kristen mengusulkan agar pemerintah lebih mengakodomasi aspirasi umat Islam. “Ini adalah persentase yang terus tumbuh dan kita perlu memikirkan cara terbaik untuk terlibat dengan Islam dan kaum Muslim dan memikirkan apakah orang perlu memiliki hari libur untuk Idul Fitri, bagaimana mengakomodasi bulan Ramadhan dan bagaimana Islam diajarkan di sekolah-sekolah,” kata Julian Bond. (mediaumat.com, 25/12)