Permasalahan umat tak kunjung henti. Berbagai masalah datang menimpa umat Muhammad saw. Gelar kemuliaan dari Allah SWT bagi kaum Muslim, khayru ummah, tidak lagi mewujud dalam kenyataan. Darah umat Islam terus tertumpah di Gaza, Rohingnya, Pakistan, Suriah, dan berbagai belahan bumi lain. Kekayaan alam pun terus terampas. Kemiskinan tak kunjung terentaskan. Benang kusut. Itulah perumpamaan paling tepat bagi kondisi umat Islam saat ini.
Tugas kita memang bukan meratapi. Kewajiban kita adalah mengubah kondisi ini menjadi lebih baik. Pertanyaannya, apakah harapan itu masih ada?
Tentu, masih ada. Secara imani, Allah menjanjikan kemenangan bagi umat Islam. Dia berfirman (yang artinya): Dialah Yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Quran) dan agama (dien) yang benar untuk Dia menangkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak suka (TQS at-Taubah [9]: 33).
Realitas pun menunjukkan betapa umat Islam di berbagai penjuru dunia tengah berjuang menegakkan Islam di tengah kehidupan. Revolusi Syam merupakan contoh yang paling dekat. Tuntutan penerapan syariah Islam dan penegakkan Khilafah terus menggema. Di Indonesia sendiri dukungan terhadap perjuangan Khilafah muncul dari para ulama, penguasa, tokoh, mahasiswa, pelajar, bahkan ibu-ibu rumah tangga. Di sisi lain, negara adikuasa AS pun terus dililit krisis baik di dalam maupun di luar negeri. Fajar kemenangan Islam makin menunjukkan tanda-tanda kedatangannya. Semua ini menggambarkan bahwa harapan akan datangnya kemenangan itu benar-benar ada.
Harapan itu semakin nyata. Bukan sekadar keyakinan, tegaknya syariah Islam dalam sistem Khilafah tersebut ada yang mengembannya. Di antara gerakan yang secara konsisten berjuang menerapkan Islam secara kaffah dan tegaknya Khilafah adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Tidak mengherankan, berbagai harapan diberikan kepada Hizbut Tahrir.
Ichwan Sam (Sekjen MUI Pusat) memiliki pandangan dan harapan tersendiri terhadap HTI. “Sesuai dengan namanya, saya berharap agar HTI terus memperkuat komitmennya terhadap Islam dan Indonesia,” harapnya. Beliau menambahkan, “Juga, menjadi unsur dinamis bagi gerakan Islam di Indonesia bersama komponen umat Islam lainnya secara sinergis dan konstruktif, serta berusaha semaksimal mungkin menjadi bagian utama penjaga kebaikan, kemajuan dan keutuhan negara dan bangsa Indonesia dari upaya-upaya yang ingin mengganggu, merusak dan memecah belah negara dan bangsa Indonesia.”
Apa yang dilakukan oleh HTI selama ini memang dalam rangka membebaskan negeri Muslim terbesar ini, dan umat Islam secara umum, dari penjajahan negara besar. Hanya saja, ini perlu makin dilipatgandakan.
Pandangan lain datang dari Pak Abdul Chalik. Beliau menyampaikan, “Menyikapi peran dan aktivitas HTI selama ini dapat disimpulkan bahwa HTI memiliki sikap tegas dan prinsip ukhuwah islamiyah serta syar’i terlihat dalam setiap aksi dan reaksi. Hal ini tergambar pada mobilisasi massa HTI dalam merespon kebijakan Pemerintah dan kondisi umat. Keberdaaan HTI dengan sikap tegas dan berprinsip sangat berdampak bagi kehidupan umat Islam di Indonesia. Umat Islam sangat mendambakan adanya institusi bagi pembinaan generasi muda Islam. Itu tampak terlihat pada institusi HTI.”
Berdasarkan hal ini, beliau menaruh harapan besar pada HTI. “HTI tetap dalam prinsip syariah dan Khilafah. Saat sekarang umat Islam membutuhkan pegangan dan figur umat,” tegasnya.
Harapan akan teraihnya kemenangan pun banyak disampaikan banyak tokoh. Sebut saja, Ustadz Awid. Pengurus DPP Front Pembela Islam ini menyampaikan, “Semoga HTI lebih maju lagi…dan bisa mewujudkan cita-citanya…”
Sesepuh Partai Bulan Bintang, Fuad Amsyari, juga memberikan harapannya kepada saya lewat SMS beberapa waktu lalu, “Semoga HTI bisa segera mencapai cita-citanya menerapkan syariah Allah SWT dalam kehidupan sosial politik, melalui dukungan penuh pada partai berbasis Islam di Indonesia.”
Persatuan langkah umat merupakan dambaan banyak pihak. Ada juga harapan tersebut disematkan ke atas pundak HTI. Tokoh Pemuda Persis, Taufik, menyampaikan kepada saya, “Semoga HTI bisa sinergi dengan ormas Islam dalam memberikan pelatihan-pelatihan bagi kemajuan ormas Islam dan Islam secara keseluruhan.”
Ungkapan senada pernah disampaikan Ketua Umum Sarikat Islam, Djauhari. Beliau menyampaikan, “Hizbut Tahrir dapat meningkatkan persatuan dan kesatuan perjuangan untuk mewujudkan Islam rahmatan lil ‘alamin.”
Dengan bahasa lebih gamblang diungkapkan kepada saya oleh Presiden Front Serikat Nasional, Ahmad Daryoko. Pak Dar, begitu saya biasa memanggilnya, menyatakan dengan nada penuh semangat, “Kami berharap Hizbut Tahrir menjadi kekuatan Islam yang dapat masuk ke seluruh elemen bangsa yang saat ini mulai dimasuki ajaran-ajaran terlarang seperti komunis.”
Pesan dan harapan juga disampaikan oleh Anwar Abbas (Pengurus PP Muhammadiyah). Beliau mengungkapkan perasaannya, “Pak Rahmat, semoga HTI semakin lebih bagus dan lebih baik lagi dalam mendakwahkan ajaran Islam karena semakin mampu mengimplementasikan dakwah yang penuh hikmah dan maw’izhatil hasanah seperti difirmankan Allah di tengah-tengah masyarakat dan bangsa Indonesia.”
Pesan dan harapan penggugah semangat pun diungkapkan oleh Zahir Khan (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia). Mantan Duta Besar Pakistan ini menyampaikan semangatnya, “Kita harus terus berjuang menegakkan syariah Islam, satu-satunya kebenaran dari Allah SWT.”
Harapan umat demikian besar. Apa yang disampaikan oleh Abdillah Toha kepada saya barangkali dapat mewakili harapan itu. Politisi Senior dan Mantan anggota DPR ini menyampaikan, “Saya ucapkan selamat kepada HTI atas kegigihannya memperjuangkan kejayaan Islam.”
Beliau pun mengutarakan, “Saya harap agar HTI tidak berhenti pada hal-hal fiqhiyah/ubudiyah, Islam politik, hegemoni imperialisme Barat dan sejenisnya, tetapi juga aktif memperjuangkan masalah kongkret seperti nasib mayoritas rakyat Indonesia yang miskin, terbelakang, dan terpinggirkan, serta perwujudan pemerintah yang bersih dari segala bentuk penyimpangan dan korupsi.”
Bahkan beliau mengharapkan, “HTI harus berada di garis depan dalam mempersatukan umat Islam, menghargai perbedaan di antara umat, dan menentang kecenderungan beberapa kelompok Islam yang saling mengkafirkan.”
Berbagai persoalan memang tidak pernah berhenti datang. Namun, harapan terhadap pengemban dakwah dan keberhasilan dakwahnya pun terus bermunculan. Harapan itu demikian besar. Berdasarkan realitas ini, saya ingin menyampaikan, “Layar telah terkembang. Pantang biduk pulang ke pantai. Pergilah, dan teruslah berjuang! Jangan kembali pulang hingga kemenangan itu datang!” Allâhu akbar! [Muhammad Rahmat Kurnia]