HTI Press. Rancaekek,- “ Tidak !”, Serempak ratusan warga kecamatan Rancaekek Bandung menjawab pertanyaan KH Abdussyukur Sholih (Jubir HTI DPC Rancaekek), yang bertanya tentang ada atau tidaknya solusi yang lebih baik ketimbang Syariat Islam untuk menyelesaikan berbagai masalah umat, dalam acara Talkshow Refleksi Akhir Tahun yang diselenggarakan oleh HTI DPC Rancaekek, pada Ahad (30/12).
Acara yang bertempat di GOR Desa Rancaekek Wetan tersebut dihadiri warga yang datang dari berbagai latar belakang. Mulai dari Pihak Muspika, Tokoh Masyarakat, Asatidz hingga Pemuda. Mereka datang untuk menghadiri acara yang mengangkat tema ‘Menuju Rancaekek Lebih Baik”.
Hadir sebagai Narasumber, Cecep Suhendar,M.Si (Anggota DPRD Kab.Bandung), Agus Kristiadi,S.HI (Wakil Polsek Rancaekek), KH.Ayub Sukirman (Ketua MUI Rancaekek), Agus Mulyana, S.Sos (DPW FPI Bandung Raya) dan KH Abdussyukur Sholih (Jubir HTI DPC Rancaekek).
Agus Kristiadi,S.HI, sebagai Narasumber yang pertamakali diberi kesempatan untuk bicara, mengungkapkan kabar baru yang menggegegerkan,”Selama Bulan Desember 2012, 13 orang tewas di Rancaekek tewas akibat Miras dan Overdosis”
Menanggapi hal tersebut, Agus Mulyana S.Sos (FPI) mengaku prihatin. Pengawasan dan Hukuman yang tidak menimbulkan efek jera bagi produsen dan pengguna miras dituding menjadi sebabnya, “Yang bertanggung jawab adalah Muspika. Pengawasan dan regulasi terhadap masalah ini harus jelas. Bukan hanya pelaku, Produsen juga harus ditindak”
Sementara itu, KH Ayub Sukirman (MUI), mengkritisi Sistem Pendidikan Sekuler sebagai biang masalah “Di sekolah itu pelajaran agama hanya 40 menit seminggu, apakah ini akan berhasil membentuk anak anak menjadi pribadi yang Islami?”
Sedangkan KH Abdusyyukur Sholih mengingatkan, bahwa masalah miras tersebut hanyalah satu dari berbagai masalah besar lain yang terjadi di Rancaekek. Dan masalah tersebut adalah dampak sistemik yang tidak bisa dipisahkan dari Kesalahan di tingkat Kabupaten, Provinsi, Negara, bahkan Dunia.
Dan menurutnya, berbagai masalah yang muncul tersebut bermuara pada dua hal,”Pemimpin yang tidak amanah dan Sistem Kehidupan Sekuler yang salah, maka apapun aturan yang lahir darinya akan salah juga”
Agus Kristiadi juga mengaku, bahwa selama ini pihak Polsek kesulitan dalam menanggulangi masalah miras tersebut karena aturan yang ditetapkan oleh Pemerintah tidak tepat, “Aturan yang mengatur perarturan miras hanya aturan tingkat Perda, sehingga kami tidak bisa dengan tegas menindaklanjuti. Selain itu Hukuman pelaku penyebar miras itu kurang menimbulkan efek jera. Hanya denda saja, bukan kurungan”
Sehingga ia berharap kepada HTI agar perjuangan menegakkan Syariah dan Khilafahnya segera terwujud.”Saya Berharap Semoga Hizbut Tahrir segera berhasil menegakkan Daulah Islamiyyah. Sehingga para Produsen dan Pengguna Miras bisa ditindak dengan tegas, kalau bisa dihukum mati dengan aturan Islam.”
Syariat Islam sebagai solusi tuntaspun diamini oleh Cecep Suhendar,M.Si (DPRD),”Saya dukung penuh HTI yang konsisten tidak masuk Pemilu. Sehingga bisa berkoalisi dengan rakyat. Memahamkan mereka dengan konsepnya. Kalau masyarakat sudah paham konsep Negara berdasarkan syariat Islam, Maka anggota dewan pun insya Allah bisa terdorong menegakkan Konsep tersebut”
Tidak hadir
Dadi, salah seorang tokoh masyarakat, yang juga tokoh FPI Rancaekek, dalam tanggapannya menyayangkan ketidakhadiran Beberapa Pihak Muspika yang sebetulnya diundang sebagai Narasumber oleh HTI,”Yang sangat disayangkan, mengapa Kapolsek, Danramil, dan Camat tidak hadir? Padahal acara ini sangat penting. Karena menyangkut Akhlak dan Perbaikan Rancaekek” Selain Pihak Muspika, berbagai Ormas yang diundang sebagai Narasumber, yakni Muhammadiyyah, NU dan Persis juga berhalangan hadir.
Namun Asep Darkiman (HTI Rancaekek), yang bertindak sebagai moderator dalam acara tersebut menuturkan, bahwa yang terpenting dan menjadi harapan adalah terwujdunya konsolidasi pasca acara.“Harapannya, Pasca Acara ada kerjasama antara pihak Muspika, Tokoh Masyarakat dan Ormas yang hadir, untuk sama sama membangun Rancaekek menjadi lebih baik”, Ujarnya. []FA
Pendidikan Sekuler, Hukum Sekuler, Sistem Sanksi sekuler, bukannya memecahkan masalah malah menjadi biang sumber masalah. Individu warga tidak terdidik moral perilaku dengan baik, menjadi pesakitan dan kriminal dimana-mana. Pesta miras, kecelakaan, penjambretan, perkosaan, perampasan, tawuran, free sex, narkoba, dsb dsb. Ganti dengan Islam ! biar masalah bisa diselesaikan.