Era Partisipasi Penuh Perempuan: Tantangan Muslimah Di Tengah Kepungan Kapitalisme
HTI Press. Muslimah Hizbut Tahrir DPD II Bogor pada hari Sabtu, 26 Januari 2013, bertempat di Sekretariat Muslimah HTI Bogor, Jl. Arzimar III blok A no 14 Bogor, menyelenggarakan Sarasehan Tokoh Ormas yang mengangkat tema “Era Partisipasi Penuh Perempuan: Tantangan Muslimah Di Tengah Kepungan Kapitalisme”. Dihadiri 20 peserta yang terdiri dari tokoh-tokoh ormas perempuan di Bogor dan menghadirkan 2 pembicara yaitu Ibu Nani Ruslan dan Ir. Dewi Nurbaiti.
Realitas yang dihadapi wanita saat ini seperti yang dipaparkan oleh bu Nani Ruslan adalah adanya keterpurukan di seluruh aspek kehidupan. Faktor keadaan ekonomi, keluarga dan rendahnya pendidikan, mengarah pada KDRT; eksploitasi perempuan yang membuat perempuan kerja di luar negeri dan akhirnya mengakibatkan rendahnya moral generasi di masyarakat karena pengabaian kewajiban ibu dalam mendidik anak; kemiskinan yang terjadi di negeri yang kaya, karena dampak kapitalisme. Hal-hal inilah yang dihadapi oleh masyarakat pada umumnya, kaum perempuan pada khususnya.
Ir. Dewi Nurbaiti menyampaikan bahwa kapitalisme adalah sebuah pandangan hidup (ideologi) yang memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, mengukur segala sesuatunya dengan ukuran kapital/manfaat. Kapitalisme dan sekularisme melahirkan kebebasan berkeyakinan, berperilaku, berpendapat dan kepemilikan harta yang membuat orang merasa berhak berbuat apapun, tidak peduli orang lain terganggu dengan ulahnya. Kapitalisme dan sekulerisme menjadikan pendidikan hanyalah untuk mengejar nilai akademik dan kering dari nilai keimanan. Kaum muslimin banyak yang tidak menyadari bahwa saat ini sudah terkena virus kapitalisme.
Allah telah menyediakan aturan yang sangat sempurna untuk kehidupan manusia di dunia. Islam yang mengatur segala aspek kehidupan, bukan malah memisahkan antara dunia dan akhirat, adalah solusi tuntas terhadap segala permasalahan yang terjadi saat ini. Islam haruslah diterapkan baik di skala individu, masyarakat dan negara. Semua pihak harus ikut serta agar Islam diterapkan secara sempurna. Perempuan dalam pandangan Islam memiliki peran domestik (mengatur rumah tangga juga mendidik anak-anaknya agar menjadi generasi yang memperjuangkan Islam) dan publik (ikut mendidik masyarakat agar mau memperjuangkan Islam).
Sesi berikutnya, para peserta disuguhi dengan tayangan yang menggambarkan bahwa kemajuan saat ini memberikan fasilitas yang menunjang bagi kehidupan manusia, tetapi peradaban yang ada saat ini menciptakan kesenjangan yang sangat tinggi, bahkan penjajahan. Hal ini berbeda saat Islam berjaya. Cordoba adalah kota paling beradab di dunia pada saat itu, dimana di belahan dunia lain, justru masih terbelakang. Di bidang ekonomi, kesejahteraan masyarakat terjadi secara merata yang didukung dengan teknologi yang terdepan di saat itu. Muncul ahli-ahli seperti Ar Razi, Al Khindi, dan Ibnu Sina. Kemajuan tersebut tidak lepas dari penerapan Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah Islamiyah.
Agar upaya menjalankan kewajiban dalam menjadikan Islam sebagai landasan kehidupan, maka kaum muslimin harus bekerja sama. Muslimah Hizbut Tahrir mengajak ormas, yang mempunyai peran penting di tengah masyarakat dalam proses pengentalan paradigma baru yaitu Islam, agar secara bersama-sama menyamakan langkah dalam perjuangan menuju arah yang seharusnya, sehingga segala permasalahan yang dihadapi dapat terselesaikan secara tuntas.
Saatnya Tokoh Muslimah Menjadi penolong agama Allah demi tegaknya Syariah dan Khilafah.[]