HTI Press, Semarang. Aktifitas politik adalah aktifitas kenabian. Salah satu aktifitas ini adalah dengan mengamati apa yang terjadi di pentas perpolitikan dunia. Arab spring adalah suatu fenomena menarik, khususnya Suriah yang sangat unik. “Amerika dengan berbagai proposalnya telah gagal di Suriah.” ungkap Khoirul Anam, Ketua DPD II HTI Kota Semarang ketika membuka acara Halqoh Islam dan Peradaban HTI Kota Semarang, Ahad (3/2) bertempat di Aula Hotel Grasia Semarang.
HIP yang diselenggarakan oleh DPD II HTI Kota Semarang ini, menghadirkan tiga pembicara yaitu Singgih Saptadi, dari DPD I HTI Jateng, serta dua orang akademisi yaitu Adi Joko Purwanto, dan Fendi, dipandu oleh Pompy Syaiful. Sedangkan peserta beragam dari kalangan umum, media , serta para pemerhati permasalahan yang diangkat. Sebelum pembahasan perihal Khilafah dan Suriah, dua pembicara yaitu Adi Joko dan Fendi menyampaikan perihal Fenomena Arab Spring dan Revolusi Suriah.
Arab Spring adalah fenomena gabungan antara momentum dan kepentingan, demikian disampaikan Adi Joko. Sedangkan Arab dalam kepentingan Amerika Serikat (AS) adalah sebagai Frontier Strategic “USA de facto Teritory” dan Menjaga kepentingan Israel, sehingga sesungguhnya AS hanya menumpang momentum ini untuk menjaga kepentingannya dalam berbagai kemasan sikap politiknya. Senada dengan Adi Joko, Fendi menyampaikan juga perihal Revolusi Suriah. Beberapa fakta disampaikan oleh Fendi, diantaranya AS dan Inggris dalam telegraph diplomatiknya telah memanggil para petinggi oposisi untuk berkumpul di Hotel Berbintang di perbatasan Turki, diberi fasilitas agar tunduk dan pro terhadap arahan AS dan Inggris.
“Suriah ini berbeda dari Arab Spring yang terjadi di Tunisia, Mesir dan Libya. “, demikian disampaikan Singgih dalam paparannya. Posisi strategis Suriah yang berbatasan langsung dengan Israel, dan kedekatan Rezim Assad dengan Barat menjadikan dilemma tersendiri untuk Barat . Berbagai kemungkinan dari akhir revolusi Suriah-pun mencuat, dari tumbangnya Assad yang diganti penguasa sekuler sampai dengan penerapan Islam. Sisi lain sebagaimana penayangan video dalam HIP ini, berbagai brigade yang melakukan sumpahnya untuk menerapkan Islam dan menegakkan institusi khilafah, menjadi salah satu kemungkinan terbaik dari akhir cerita revolusi suriah.
Singgih menambahkan, walaupun rezim Assad belum terjatuh serta ancaman asing yang begitu besar akan tegaknya khilafah, namun menilik dari berbagai hadits yang memuji Syam, tidak adanya ketergantungan dengan militer asing, dukungan umat, serta SDM yang memadai sangat mungkin jika Alloh memberikan pertolongan Khilafah akan segera berdiri di Syam. Pertanyaannya lagi adalah apakah kita sudah mempersiapkan diri kita? []brojo p laksono