Salah tangkap dan salah tembak merupakan salah satu indikasi yang menunjukkan Densus 88 melanggar HAM. Namun Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mengatakan masih perlu data tambahan untuk menuntut pelanggaran HAM yang dilakukan Densus 88.
“Kami masih mencari bukti-bukti, sehingga bisa menunjukkan juga kepada pihak kepolisian dan seluruh pihak yang berwenang bahwa kesalahan Densus 88 ini perlu segera diselesaikan bahkan diakhiri,” ujar Wakil Ketua Komnas HAM M Nurkhoiron dalam talkshow Halqoh Islam dan Peradaban (HIP) Edisi 45, Rabu (13/2), di Aula Dewan Pers, Kebun Sirih, Jakarta.
Nurkhoiron pun menyebut beberapa hasil penelusuruan pihaknya. “Di Makasar ada penembakan, padahal korban sama sekali tidak menunjukkan perlawanan, ditembak di depan masjid,” ungkapnya dalam acara yang digelar sebulan sekali oleh Hizbut Tahrir Indonesia.
Ia pun mengaku sedang menelusuri bukti lainnya. “Kami juga menyimpan video yang merekam anak-anak seusia 17 an, disuruh telanjang oleh Densus, dan disuruh lari, kemudian di tembak dari belakang. Ini yang akan saya usut,” bebernya di hadapan sekitar 150 peserta acara yang bertema Bubarkan Densus 88. (mediaumat.com, 13/2)